TLLTY [58]

912 97 16
                                    

Kelopak matanya lamat-lamat terangkat saat pantulan cahaya matahari pagi yang terpantul melalui kaca jendela, menerpa wajahnya. Kinan mengerang, merasakan hantaman kuat di kepalanya hingga rasa pusing lebih mendominasi. Beginikah efek menegak minuman keras? Terasa tidak mengenakan setelah bangun.

Memijat-mijat pelipis bergantian menekan-nekan kepalanya hal yang bisa Kinan salurkan guna meredakan pusingnya. Walau kurang ampuh, paling tidak Kinan bisa mengangkat tubuhnya dan duduk tegap tanpa mengalami oleng.

Kesadarannya berangsur pulih. Mata sayunya bergulir ke arah jam dinding di atas televisi. Pukul delapan pagi. Waktu tidur terlama sepanjang sejarah hidupnya. Mengingat kegiatannya cukup padat dan pula biasanya Kinan hanya punya dua jam untuk beristirahat selepas bekerja lalu disusul jadwal kuliah di jam tujuhnya.

Pandangannya turun ke bawah, ke baju yang dikenakannya. Lingerie putih beserta rok yang tadi malam Kinan kenakan sudah tidak lagi menempel di tubuhnya. Cuma menyisakan pakaian dalamnya saja.

Batinnya bertanya heboh. Siapa yang mengantarnya? Siapa yang membuka bajunya? Lalu siapa yang....

Astaga!

Ini dia ada di kamar siapa?! Jantungnya berdegup kencang. Kinan menatap sekelilingnya dengan ngeri, mengamati setiap inci ruangan, barang-barang yang ada dan napasnya terhela lega mendapati itu barang kepunyaannya. Bisa habis Kinan kalau sampai dia ada di kamar orang lain apalagi pemiliknya seorang pria. Tidak bisa dia bayangkan nasibnya akan berakhir seperti apa.

Tapi siapa yang mengantarnya?

Kinan lupa dan dia mencoba me-reka ulang kejadian di klub. Kinan duduk di depan meja bar kemudian memesan beberapa gelas minuman tak lama muncul seorang pria kemudian dia......

Oh, Tuhan. Kinan ingat sekarang.

Tidak mungkin. Tidak mungkin Kinan meminta hal gila pada pria asing yang baru dia temui. Kinan nyaris gila karena permintaannya sendiri.

Pria itu.... Pria ituu... Ah, ya. Alex. Ya, namanya Alex. Sungguh, Kinan jadi menyesal sudah menyentuh minuman laknat dan berakhir menggodanya dengan kalimat yang luar biasa menjijikkan. Kinan harap mereka tidak akan bertemu lagi untuk yang kedua kalinya. Kalau sampai terjadi mau ditaruh di mana wajahnya ini? Kinan benar-benar kelewat malu.

Memorinya terus berputar. Setelah Alex menyetujui permintaannya, pria itu membopongnya pergi lalu tiba-tiba seseorang mencegat mereka. Samar-samar Kinan melihat bayangan Cakra. Oh Tuhan, ini lebih gila lagi! Kinan meremas-remas rambutnya sampai berantakan, berguling-guling di atas kasur dan memukul-mukul kepalanya dengan tangan terkepal.

Jemari kanannya tergerak, meraba bibirnya, menyapunya perlahan terus turun ke lehernya dan berhenti di sana. Kinan segera memutuskan ingatan tidak baik itu dengan beranjak ke kamar mandi. Kinan ingin menguyur pikiran kotornya dengan air dingin.

Bagus! Kelakuanmu sudah seperti jalang saja, Kinan!

~~~

Penampilan Kinan tampak lebih rapi dengan kemeja flanel merah muda dipadu celana jeans putih bersih. Tidak ketinggalan sepatu pansus lusuh kesayangannya. Sangat sederhana. Untuk urusan satu itu, Kinan tidak mau ribet.

"Kau sudah akan pergi?" Suara berat milik Brown membuat langkahnya terhenti. Kinan berbalik, menemukan pria setengah baya itu menuruni anak tangga sesaat setelah kakinya mendarat di lantai.

Kinan mengangguk sebagai jawaban. Gimana ya, dia masih belum membiasakan diri dengan segala perubahan Brown.

"Tidak buru-buru, kan? Bagaimana kalau kita sarapan bersama, apa kau mau?"

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang