Hatiku ibarat kaca yang ketika jatuh, hancur berkeping-keping.
......
Pagi ini sedikit berbeda dari pagi biasanya, pasalnya Mr. Brown tidak ada di rumah saat Kinan bangun dari tidurnya, jam 5 subuh tadi, pria setengah baya itu sudah pergi entah ke mana. Kinan tidak tahu jelas ke mana perginya. Di satu sisi, dia amat bersyukur ketidakadaan Brown hari ini. Itu artinya, Kinan tak perlu menulikan telinganya lagi ketika Brown mengeluarkan kata-kata umpatan untuknya.
Mengetahui jika di rumah hanya ada dia dan Nathan, Kinan buru-buru menuruni anak tangga menuju lantai satu setelah menyambar tas slempangnya. Hari ini Kinan mengenakan baju rajut tangan panjang berwarna coklat dipadukan celana cut bray berwarna putih. Rambut panjangnya dia biarkan tergerai dan hanya menggunakan bandana warna putih. Senada dengan celana yang dipakainya.
Berjalan ke arah meja makan yang sudah diisi oleh sosok Nathan, di sana. Laki-laki tampan itu saat ini memakai setelan kemeja berwarna biru muda dengan bawahan celana kepper hitam. Rambutnya pun sudah tertata rapi sehabis dikasih pomade.
"Selamat pagi Bapak Dosen," dengan nada bergurau, Kinan berkata seraya duduk di kursi kosong tepat dihadapan Nathan.
Ucapan yang menghadirkan dengusan geli dari arah Nathan, "Selamat pagi juga cantik," dia mengedipkan sebelah matanya pada Kinan.
"Dasar genit," cibir Kinan disertai kekehan kecil.
"Sama kamu aja kok, Baby. Nggak masalah dong."
Kinan hanya tersenyum. Dia mengambil roti tawar di atas piring kemudian mengolesinya dengan selai coklat lalu memberikannya pada Nathan. Nathan menerimanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Lalu membuat roti untuk dirinya sendiri.
"Kalau nanti kamu punya pasangan, apa kamu tetap memperlakukan aku seperti biasanya, Nat?" tanya Kinan. Pandangannya lurus ke depan, memandang Nathan tepat ke maniknya. Dia membiarkan rotinya menganggur di atas piringnya.
Nathan menghentikan kegiatan makannya. Dia mendongak untuk menatap Kinan dengan kedua alis tertaut sempurna, "Maksud kamu apa Baby?"
Dia tahu Nathan pura-pura tak mengerti arti dari pertanyaannya barusan. Kinan menghela napas pelan, "Maksudku, kamu akan tetap memanggilku Baby dan memberikan seluruh perhatianmu padaku saat kamu sudah memiliki kekasih?"
"Ya. aku akan tetap seperti itu padamu."
"Sekali pun ada kekasihmu?"
Nathan mengangguk mantap. Dia sudah tak berselera lagi menghabiskan roti buatan Kinan karena pertanyaan yang dilontarkannya, "Ya. Bahkan saat ada kekasihku."
Mata Kinan melebar mendengar jawaban santai yang keluar dari bibir Nathan. Dia benar-benar tidak habis pikir jalan pikiran lelaki itu. Dia tak bisa membayangkan bagaimana jika yang dikatakan Nathan benar terjadi, pasti perempuan yang berstatus kekasih Nathan nanti, perasaannya akan terluka. Persis seperti dirinya yang terluka ketika melihat Agra begitu dekat dengan Adira. Tapi Kinan sadar akan posisinya. Dia bukanlah kekasih Agra. Melainkan seseorang yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Miris.
Menghilangkan rasa keterkejutannya, Kinan merubah ekspresinya menjadi tertawa renyah, "Bercanda kamu buat aku syok tau. Tapi entah kenapa aku lucu dengernya, Nat."
"Aku nggak sedang bercanda. Aku serius dengan ucapanku," Nathan menatap Kinan lekat. Pancaran matanya memang tak lagi bergurau. Kinan mendadak terdiam. Dia bingung dengan situasi di antara mereka kenapa menjadi seperti sekarang, sangat serius.
Tak mau berada di dalam kecanggungan ini terlalu lama, Kinan berdiri dan melempar senyum ke arah Nathan, "Jangan serius-serius atuh Bapak Dosen, masih pagi loh," dia melangkah sambil membawa piring kotornya ke bak cuci piring. Setelahnya mendekati Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter To You
RomanceKisah ini tentang sebuah kepahitan hidup, tentang pengorbanan yang sengaja diabaikan dan tentang surat-surat cinta yang dibiarkan teronggok mengenaskan tanpa ada satupun yang terbalaskan.