TLLTY [10]

2.2K 253 164
                                    

Malaikat pelindung datang melindungiku, sementara malaikat penghancur berusaha meremukkan hatiku. Dan bodohnya, aku malah mencintai sosok mengerikan itu

......

Tepat pukul 02.00 pagi, Kinan baru saja selesai dari pekerjaannya. Tubuhnya serasa remuk, sebab dari sehabis magrib klub ini buka, Kinan tidak berhenti melayani pelanggan yang memang setiap hari mengunjungi tempat hiburan itu. Sekedar minum ataupun menyewa wanita seksi untuk di ajak one night stand.

Sering kali pria hidung belang yang ada di sana, memandang Kinan terang-terangan dari atas sampai bawah. Tergiur dengan tubuhnya yang terbilang seksi. Apalagi setiap malamnya, Kinan selalu mengenakan baju dress ketat selutut, suruhan Mr.Brown. Masalahnya, kalau Kinan tidak menuruti apa yang Mr. Brown katakan, pria setengah baya itu tidak akan segan-segan menyiksa Kinan. Dengan berat hati, Kinan pun memakai pakaian seksi.

Kinan sebenarnya sangat risih. Terutama pada para pelanggan Mr. Brown yang rata-rata mempunyai perusahaan terbesar diberbagai negara. Kerap kali, melihatnya seakan ingin menerkam Kinan hidup-hidup. Kinan takut, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak.

Dia ibarat seekor semut yang berada di tengah-tengah sekumpulan gajah. Dia terlalu kecil untuk melawan sekumpulan itu. Dia lemah dan tidak berdaya.

Tapi mau bagaimana pun Mr. Brown sudah mau mengangkatnya sebagai anak, meskipun kenyataannya pria itu tidak menganggapnya dan malah mempekerjakannya sebagai pelayan di klub, dikelilingin orang-orang bernapsu tinggi.

Kinan menatap pantulan dirinya di depan cermin. Kantung hitam di bawah mata sangat jelas terlihat. Mata sayupnya sedari tadi ingin terpejam, akibat kantuk menyerang. Namun, Kinan menahannya. Kinan ingin membersihkan diri terlebih dahulu dan pergi secepatnya dari sana.

Kinan merapatkan jaket yang dia kenakan, berjalan keluar dari gedung, menuju persimpangan jalan. Menunggu taksi lewat. Setiap pagi buta, Kinan selalu pulang naik taksi. Dan Mr. Brown tidak pernah mengkhawatirkan keadaannya. Apakah Kinan baik-baik saja di jalan? Bagaimana kalau Kinan dijahatin? Tidak. Mr. Brown tidak peduli padanya.

Justru, dengan dirinya terluka, Mr. Brown bukan semakin kasihan padanya, tapi semakin marah. Marah karena Mr. Brown harus merelakan uang puluhan jutanya dari usaha klubnya, gara-gara Kinan tidak bekerja. Kinan aset berharga bagi usaha klubnya. Ada Kinan-lah, klubnya semakin ramai di datangi pria-pria berkelas. Kinan pembawa keberuntungan. Kinan adalah budak kekayaannya.

"Hai Nona cantik," seorang pria tiba-tiba saja sudah berada di samping Kinan dengan satu tangan terulur ke depan. Ingin berkenalan.

Kaget pastinya. Kinan mundur selangkah. Dia mencoba berpikir positif dan mengontrol rasa takut di dalam dirinya.

Sekitaran yang sepi, membuatnya merinding. Tidak ada siapa-siapa lagi di jalanan. Taksi pun tidak ada yang lewat. Kinan merapal doa dalam hati, meminta perlindungan.

"Perkenalkan, saya Albert Clein," pria itu memperkenalkan diri, "Siapa namamu, Nona?"

"Maaf Tuan. Saya harus pergi," ucap Kinan buru-buru dan berlalu. Namun, tangannya langsung ditahan oleh pria tadi.

Albert tersenyum penuh arti. Pasalnya dia mengenali siapa perempuan di hadapannya. Salah satu pelayan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama hanya karena melihat tubuh seksinya.

"Kenapa terburu-buru?" tanya Albert, bermain-main, "Alangkah lebih baik kalau kita menghabiskan waktu bersama di kamar hotel. Bagaimana, Nona?" Albert mengedipkan sebelah matanya.

Mendengarnya, mata Kinan terbelalak. Yakin jika pria ini sangat berbahaya dan harus cepat dia hindari, "Saya rasa anda mabuk, Tuan. Bicara anda sedikit ngelantur. Saya permisi, Tuan," Kinan mengambil langkah lebar, menjauh. Tapi tampaknya pria bernama Albert, tidak akan melepaskannya begitu saja. Tangan Kinan kembali di cekal. Kali ini, kuat.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang