TLLTY [74]

2K 144 74
                                    

Satu part menuju ending.
Karna cerita ini sampe part 75 aja.
Mendadak banget? Ya emang udah gitu jalannya jadi mo gimana lagi hehehehe

Part ini panjang bat guys.
3110 kata.

Yuk sambil putar lagu yang ada di mulmed. Liriknya menggambarkan perasaan Kinan bgt💙

~~~

Matahari belum menampakkan diri, Adira sudah terbangun dari tidurnya yang ketika membuka mata, pandangan Agra bertelanjang dada sukses membuat paginya sangat cerah.

Sahabatnya satu ini memang kebiasaan kalau tidur tidak suka memakai baju. Adira senang-senang saja. Kapan lagi satu ranjang dengan lelaki tampan yang terlihat seksi itu.

Senyum miringnya terukir. Adira sudah mendapatkan ide untuk menghancurkan hubungan mereka. Kalau foto yang waktu itu memang bukan Agra, maka foto yang akan dia ambil sekarang benar-benar Agra orangnya. Tampaknya pun Agra tertidur pulas sekali dan tidak ada pergerakan darinya sejak semalam. Posisinya tetap sama. Telentang.

Ah, Adira lupa mengatakan satu hal. Agra kalau tidur susah dibangunkan. Tidurnya kayak orang mati. Adira makin punya kesempatan untuk melancarkan aksinya. Adira berjalan ke kamar mandi dan sesegeranya melepas pakaian atasnya. Menyisakan celana pendeknya. Setelahnya melangkah hati-hati tanpa menimbulkan suara lalu Adira turut bergabung bersama Agra dibalik selimut.

Pelan-pelan dan penuh siaga, Adira berbaring di sebelah Agra dengan satu tangan memeluk perut lelaki itu untuk mendapatkan posisi terbaik sebelum menekan tombol putih di layar ponselnya.

Entah Agra memang tidak terasa, atau Agra yang malas bangun atau pula menganggap dirinya adalah Kinan, Adira tidak peduli. Awal mulanya dia yang bersikap seperti jalang, jadi lebih bagus diteruskan saja. Kalaupun Agra sadar tidak mungkin juga Agra mengusirnya.

Dapat beberapa foto, lantas Adira beringsut menjauh dan kembali memakai bajunya. Senyum penuh kemenangan menghias wajahnya saat foto berhasil di kirim. Kalau sudah kayak gini pasti Kinan akan memilih mundur.

Lain di kediaman Kinan, sesuai perkataannya bahwa pagi-pagi buta sekali, Kinan sudah pulang dengan kondisi demam. Seluruh tubuhnya terasa panas membuat Brown yang baru tiba langsung membawanya ke rumah sakit dan kini Kinan sudah berbaring di kamarnya. Kinan tidak ingin dirawat yang disetujui oleh Brown.

Brown terlihat sigap mengompres kening Kinan supaya panasnya turun setelah meminum obat. Kinan mengucapkan terima kasihnya pada sang Papa.

"Pa, Nathan kapan balik ke Paris?" tanya Kinan dengan suara pelannya.

Brown yang selesai menaruh kain di kening Kinan menoleh. Satu tangannya terulur mengusap pucuk kepala puterinya. "Besok sayang. Kenapa, hm?"

"Kinan boleh ke sana juga nggak, Pa?"

"Boleh dong. Tapi kan kamu lagi kuliah. Liburan akhir tahun juga masih lama lagi."

Kinan tersenyum, "Aku nanya aja, Pa. Mana tau Papa nggak ngijinin."

"Sebenarnya kalau kamu mau bisa saja kamu ikut dengan Nathan sekalian biar Papa yang mengurus kepindahanmu ke sana. Jadi kamu lanjut kuliah di Paris."

Kinan memandang lekat pria itu, matanya memancar keseriusan. Kinan dilanda kebimbangan. Akankah dia sanggup meninggalkan Kota juga orang-orang yang menjadi alasannya bertahan hidup sampai detik ini?

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang