Suka dan duka itu sepaket.
......
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Perayaan ulang tahun Universitas Brawali. Acara yang katanya akan berlangsung meriah itu dihadiri beberapa artis penyanyi solo ternama Indonesia, salah satunya Isyana Sarasvati.
Segala persiapan sudah dilakukan selama sebulan penuh demi kelancaran acara. Semua panitia gotong royang, mempersiapkan apa yang telah diputuskan dalam rapat pembentukan panitia. Tidak hanya panitia, para staf kampus, para dosen, cleaning service dan orang-orang yang berperan penting juga turut andil.
Acara diselenggarakan di gedung serba guna milik Universitas Brawali. Tempat biasanya penyelanggaraan besar diadakan. Gedungnya terletak berseberangan dengan gedung Universitas. Kapasitas tampungnya bisa mencapai ribuan orang. Ruangannya sangat megah. Banyak pilar-pilar menjulang tinggi disekeliling dan di dalamnya. Kalah ballroom hotel.
Jam 10 pagi acara dimulai. Namun sejak malam ada beberapa panitia masih sibuk berjalan kesana-kemari mengurus apa saja yang kurang. Ketua panitia memberi pengumuman bahwa jam 6 semua wajib selesai dan mereka bisa pulang, membersihkan diri, berdandan dan segala macamnya kemudian balik lagi ke kampus.
Termasuk Agra yang saat ini sudah rapi, mengenakan baju kemeja putih dibalut jas hitam dengan bawahan celana kepper ngepas dan sepatu pantofel hitam pelengkap penampilannya. Rambutnya tertata rapi dibaluri pomade. Paras tampan nan datarnya terlihat semakin tampan. Apalagi ketika tersenyum tipis dan berbicara beberapa patah kata saja, auranya merebak, menarik perhatian para mahasiswi yang berlalu lalang disekitarnya.
Satu-persatu tamu undangan serta para mahasiswa-mahasiswi berdatangan memasuki gedung dengan busana long dress bagi perempuannya, bagi laki-laki memakai jas. Memadati ruangan yang telah disusun kursi-kursi serta meja. Tersisa sejam lagi sebelum acara dibuka. Agra sendiri memilih berdiri sendirian di dekat pilar besar sembari menyelami beberapa akun sosial medianya yang tak terlalu sering dia jamah.
"Widiwww ini temen gue bukan sih?" dari arah pintu utama, Afka serta Abyan muncul, merangkulnya secara bersamaan, kanan-kiri. Yang mengatakan itu adalah Afka.
"Sumpah Gra, lo ganteng banget kayak Rizky Nazar!" lanjutnya meneliti lekat setiap sisi wajah Agra dengan raut jenaka.
Abyan memukul bahu Afka kuat seraya mendesis geli, "Nggak usah drama lo, kampret! Ketara banget lo bohongnya demi liat Agra senyum! Jijay gue!"
Mengibaskan-ngibaskan satu tangannya ke udara tepat dihadapan Abyan. Afka memasang tampang malas.
"Hidup ini kan memang penuh dengan drama. Jadi diem aja dah lo. Kapan lagi coba kita bisa lihat Agra pake jas. Udah kayak CEO gitu dia," ujar Afka antusias, membersihkan bercak putih di dekat dada Agra dengan telapak tangannya. Layaknya seorang istri yang merapikan baju suaminya ketika hendak pergi bekerja.
"Singkirin tangan buluk lo!" Agra merespon nyelekit. Gerakan mengusap-usap ala Afka mendadak terhenti. Laki-laki berjas abu-abu itu menyengir lebar, selebar daun kelor.
"Sekalinya ngomong napas gue langsung tercekat. Asli itu nyakitin Gra. Padahal tangan gue udah gue kasih hengbodi losion setengah botol biar warnanya putih cerah," Afka mendramatisir keadaan. Pura-pura bersedih.
Abyan menggeleng dan membatin kenapa bisa dia punya temen gini banget kelakuannya. Sementara Agra tetap bermuka datar.
"Otak lo tuh yang heng. Mana ada sejarahnya namanya hengbodi," Agra mengoreksi, "Inggris paling pedalaman ya gini. Asal bunyi," demi apapun, hari ini Agra baru berbicara panjang lebar hanya di depan Afka dan Abyan. Selain mereka palingan Adira atau Kinan. Tapi sedari tadi Agra datang, dia tidak melihat batang hidung kekasihnya dimanapun. Pesannya saja tidak dibalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter To You
RomanceKisah ini tentang sebuah kepahitan hidup, tentang pengorbanan yang sengaja diabaikan dan tentang surat-surat cinta yang dibiarkan teronggok mengenaskan tanpa ada satupun yang terbalaskan.