TLLTY [24]

1.5K 142 75
                                    

Berharap selepas malam panjang ini. kamu tidak akan berubah lagi.

......

Untuk saat ini akal sehat Nathan tidak bekerja dengan baik. Seluruh darah dalam tubuhnya mendidih, mukanya kusut seperti menopang beban terlalu berat. Tangan bebasnya terhempas ke segala arah, menjatuhkan benda-benda yang tersentuh olehnya. Kamarnya hancur. Tidak bisa lagi di katakan tempat beristirahat, melainkan cocok di sebut gudang tak terpakai.

Nuansa hitam putih kamar terlihat semakin seram kala pemiliknya menggeram marah dengan kedua tangan terkepal erat, pandangannya menajam, seolah di hadapannya tengah berdiri sesosok yang membuatnya jadi sebuas ini. Nathan memutar ingatannya ke satu kejadian beberapa jam sebelum dirinya memilih pulang di saat pekerjaannya sebagai Dosen, belum terselesaikan.

Aku ini apa di mata kamu, Gra? Orang asing atau pacar kamu?

Dari awal kita jadian apa kamu menganggap kehadiranku? Apa kamu menganggap aku sebagai pacar kamu? Sekali pun?

Apa kamu sama sekali nggak cinta sama aku?

Sekiranya, ketiga kalimat itu yang mengganggu pikirannya. Menumpuk beban hidupnya. Benar, Nathan melihat dan mendengar semuanya, tanpa terkecuali. Tadinya, Nathan ingin pergi ke salah satu stand makanan yang ada di kantin. Namun, respon tubuhnya menolak di tengah perjalanan, sebab suara lembut dari seseorang memasuki indera pendengarannya. Nathan seketika berhenti melangkah lalu setengah memutar badannya, dia mematung, terdiam cukup lama, menyaksikan sebuah drama tak lebih dari setengah jam itu tepat di depan mata. Cukup menyakinkan jika hatinya terluka.

Sungguh Nathan terkejut mengetahui perempuan yang amat dia cintai sejak lama secara diam-diam, telah dimiliki orang lain. Nathan masih belum percaya atas apa yang dia dengar. Nathan sangat tidak yakin apakah fungsi telinganya masih berjalan dengan baik. Tetapi, keyakinannya semakin diperkuat sebab Kinanlah yang mengatakan semua itu. Nathan mendengarnya langsung dari mulut Kinan bahwa laki-laki di kantin tadi adalah kekasih Kinan. Meski reaksi laki-laki itu terbilang sangat dingin, intinya, Nathan sakit hati. Akhirnya dia memilih pergi tanpa jadi memesan makanan.

"Apa salah jika seorang Abang menyukai Adiknya sendiri?" gumam Nathan. Terbesit rasa sesal kenapa dia harus dipertemukan dengan Kinan sebagai Abang dari perempuan itu. Kenapa harus Kinan yang di angkat oleh Papanya. Kenapa?

"Apa salah kalau aku mencintaimu? Apa kamu akan benci padaku setelah kamu tahu aku menaruh perasaan padamu?" Nathan merancau sembari mengacak-acak rambutnya frustasi. Nathan ingin sekali mengutarakan perasaannya sejak lama, namun, satu hal mengganjal pikirannya, akankah Kinan menerima pernyataan cintanya? Atau justru Kinan akan pergi menjauh dari hidupnya?

Nathan takut jika Kinan menjatuhkan keputusannya dan memilih opsi kedua. Nathan tidak sanggup bila harus kehilangan perempuan yang amat disayanginya. Nathan mencintainya. Tetapi, bila Nathan tak urung mengatakan isi hatinya, dia pasti menyesal karena Kinan sudah lebih bahagia bersama yang lain. Nathan tidak mau itu terjadi. Nathan mencoba menguatkan tekadnya. Ya, dia sesegera mungkin harus membicarakan masalah ini dengan Kinan. Secara tertutup. Brown---sang Papa tidak boleh mengetahuinya. Kalau tahu, Brown pasti mengagalkan niatnya.

Seusai merapikan penampilannya yang awut-awutan, Nathan bangkit, berjalan memegang handle pintu dan membukanya. Sebelum dia melakukannya, Nathan pergi menuju dapur, menegak segelas air putih. Gerakan menaruh gelasnya menggantung di udara saat maniknya mendapati Kinan sudah berdiri di hadapannya. Nathan terpaku sesaat kemudian berdehem pelan. Kerongkongannya baru saja tercekat. Untung Nathan cepat sadar.

Kinan sangat cantik dibalut dress putih selutut dengan rambut panjang tergerainya. Nathan berdecak kagum dalam hati. Andai, Nathan adalah kekasih Kinan, Nathan pastikan dia pria paling beruntung bisa memiliki bidadari di sisinya.

The Last Letter To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang