Buat yang gasuka cerita sad tapi masih bertahan baca cerita ini, kalian luar biasa💞
~~~
Sekitar pukul satu siang, Cakra sudah rapi dengan setelan santainya. Menunggu seseorang membukakan pintu untuknya. Saat ini ditangannya ada dua kantung berlogo yang isinya bermacam-macam makanan sehat juga sekotak susu ibu hamil.
Siapalagi kalau bukan untuk Adira. Perempuan manis itu tengah mengandung anaknya. Meski belum benar adanya, Cakra sudah sangat yakin. Nanti saat kehamilannya memasuki tiga bulan, Cakra akan melakukan tes DNA. Apakah keyakinannya terbukti atau tidak. Cakra sih berharapnya iya.
Lama berdiri di luar, pintu pun dibuka dari dalam. Menampilkan seraut wajah fresh Adira yang Cakra tebak sehabis mandi. Adira terkejut melihat kedatangannya yang justru Cakra melewatinya dengan santai.
"Sini sayang, aku bawain sesuatu buat kamu." Cakra berujar lembut sembari meletakkan bungkusan itu di atas meja pantry.
"Ada roti, buah-buahan, yogurt, sama susu. Kamu sama sekali belum minum susu kan?"
Adira menahan lengan Cakra yang hendak mengeluarkan barang belanjaannya. Tatapan menghunus tajam tepat di manik Cakra, "Gue nggak butuh semuanya. Silahkan lo angkat kaki dari sini," ujarnya dingin.
Menghadapi perempuan yang sebelas dua belas keras kepalanya kayak Kinan perlu ekstra sabar. Cakra tersenyum tipis dan membawa tangan Adira untuk dia kecup ringan. Membuat sang empunya tangan melotot horor lalu buru-buru mundur selangkah.
"Jangan aneh-aneh lo ya! Gue bisa panggil satpam buat ngusir lo! Atau gue bisa telpon Agra buat ngedepak lo dari hadapan gue!"
"Kamu bisa nggak ngomongnya pelan-pelan aja? Marah-marah mulu nggak baik untuk janinnya. Aku cuma mau ngingetin kamu soal makanan dan minuman yang kamu konsumsi. Biar ibu dan calon bayinya sehat." Cakra mengucapkannya dengan tulus. Pancaran matanya yang meneduhkan membuat Adira terenyuh sejenak sebelum dia tersadar dan membuang mukanya ke arah lain.
"Gue gak mau minum susu pemberian lo. Gue bisa beli sendiri."
Cakra tak mengindahkan penolakan Adira yang mana lelaki itu langsung mendidihkan air di atas kompor gas yang baru saja dia hidupkan. Adira hendak mematikan kompornya namun Cakra mengunci pergerakannya dengan menghimpit tubuh Adira di meja pantry. Menyatukan kedua tangan Adira dan menyembunyikanya dibalik punggungnya. Cakra tersenyum kecil sementara Adira meronta-ronta, minta dilepaskan.
Tanpa persiapan, bibir tebalnya menempel di bibir Adira. Mengecupnya berulang kali sebelum Cakra menjauhkan diri dan mendapat serangan bertubi-tubi di dadanya. Adira menggeram penuh emosi.
"LO NGGAK WARAS! LO PRIA MESUM! PERGI LO DARI SINI!" teriak Adira dengan lantang.
"Lo pikir setelah lo nyium gue, hati gue bakal luluh, gitu?! Nggak sama sekali! Malah gue makin benci sama lo!"
"Jangan benci aku, sayang. Ujung-ujungnya nanti jadi cinta. Tapi gapapa. Memang itu yang aku mau." jawab Cakra seraya menuangkan air yang telah mendidih ke dalam gelas berisi bubuk susu lalu mengaduknya sampai merata.
"Nih, minum dulu." Cakra memajukan gelas susunya ke hadapan Adira yang hanya dilirik ogah-ogahan. Cakra menghembuskan napas berat, "Setidaknya kalau kamu nggak mau negaknya, pikiran calon bayi kamu. Eh ralat, calon bayi kita. Dia butuh nutrisi, Ra. Kamu males makan dampaknya ya ke janin yang kamu kandung. Sumber makanan dia ya dari apa yang ibunya makan. Coba turunin ego kamu sebentar aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter To You
RomanceKisah ini tentang sebuah kepahitan hidup, tentang pengorbanan yang sengaja diabaikan dan tentang surat-surat cinta yang dibiarkan teronggok mengenaskan tanpa ada satupun yang terbalaskan.