bab 41

8.8K 382 63
                                    


    lamunan Nadira buyar, saat perih lukanya menyerang dengkulnya.

" aww !!!... " pekik Nadira

" eh maaf ? " ujar cowok itu. Nadira baru sadar kalo cowok itu masih dalam posisi yang sama.

Nadira melihat luka di dengkulnya sudah tertutup  dengan sebuah handsaplasht yang cowok itu tempelkan.

" makasih. " ujar Nadira

" sama sama. oh ia kita kan belum kenalan. kenalin gue Gilang ? " ujar cowok bernama Gilang akrab.

belum sempat Nadira memperkenalkan namanya. dari kejauhan terlihat Dinda yang sedang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangannya

" sepertinya udah ada temen lo. gue pergi dulu ya, semoga kita bisa ketemu lagi bye ? " Gilang pergi menjauh sebelum Dinda berhasil sampai di tempat Nadira duduk

" lo gak apa apa kan Dir ?. tadi siapa ? " ujar Dinda sembari mengatur nafasnya setelah berlari lari tadi

" gue gak apa apa. "

" terus cowok yang tadi siapa. kayanya gue pernah liat dia deh ? " Dinda langasung duduk di bangku kosong samping Nadir

" gue juga gak tahu. cowok itu tiba tiba nolongin gue tadi, tapi ... dia bilang si namanya Gilang ? "

" Gilang ... kayanya gue gak asing dengan nama itu- Ah... gue inget ! ya ampun Nadira lo gak tahu cowok itu siapa ? " ujar Dinda antusia, yang di jawab gelengan dari Nadira

" lo inget gak- ? "

" gak. "

" ish ... gue kan belum selesai ngomong Nadira ... ? " ujar Dinda kesal, sedangkan Nadira cengengesan melihat Dinda yang antusias dengan cowok yang menolongnya tadi

"  gue pernah cerita kan sama lo, kalo gue itu ngefanss ... banget sama pemain basket sma sebelah yang sayangnya sekarang dia udah keluar dari tim basket. nah cowok yang tadi nganjak ngobrol lo itu dia, kak Gilang ... omg ... " ujar Dinda menjadi histeris sendiri. dan baru kali ini Nadira melihat Dinda sengefans ini pada seseoranga. apalagi itu seorang cowok

" awas lo, nanti ada yang cemburu ? " goda Nadira

" apaan si Nadira. " pipi Dinda langsung memerah.
dari kejauhan Nadira melihat Revan yang sedang berjalan ke arahnya dan Dinda sambil menebar senyum pesonanya

" kayanya kalian memang berjodoh deh, coba Din lo liat ke arah jam sembilan. gue pergi dulu ya. pangeran lo udah jemput noh ? " ujar Nadira berlalu meninggalkan Dinda yang salting

" eh- Nadira tunggu !"

" udah lo di sini aja. gue tahu kok kalian itu pengen pacaran, jadi mana mungkin gue ganggu. " goda Nadira

                  **&**

    Nadira berjalan dengan gontai memasuki apartemennya. tenaganya sudah terkuras habis tadi saat turnamen, apalagi saat pulang ia harus rela menunggu berjam jam di halte bus karana tak ada mobil angkutan umum yang searah ke apartemnya. tas dan sepatunya ia biarkan terkulai di lantai ruang tamu, sedangkan Nadira sudah tepar di sofa ruang tamu.

" Nadira ? " panggil Rangga yang ternyata sudah pulang sebelum Nadira

" em ... "

" gue pengen ngomong serius sama lo ? "

" ngomong seriusnya entar aja ya, gue lagi capek banget nih. mendingan lo bantui angkuti tas sama sepatu gue aja ke kamar. " sungguh Nadira kali ini benar benar capek. capek fisik mau pun batin

" Nadira pliss ... gue pengen ngomong serius sama lo ? " Nadira tersentak kaget saat tangannya tiba tiba ditari oleh Rangga untuk bangun.

" apaan si Rangga gue capek. "

" jelasin semuanya sama gue, apa maksud lo dengan mengeluarkan tikus tikus itu di saat Bianka lagi tampil ? "

Deg ...

ekspresi wajah Nadira berubah dingin dan kaku. jadi Rangga sudah tahu tentang rencananya yang gagal itu, tapi kapan, dan di mana ?

" lo tahu gak si Nadira, yang lo lakuin ini itu dapat membahayakan Bianka. " lanjut Rangga membuat hati Nadira seperti di tusuk tusuk.

" Nadira jawab gue ? " Nadira terus diam, tak menjawab pertanyaan Rangga

" gue tahu, mungkin lo ngelakuin semua itu karena balas dendam kan sama Bianka. Nadira ... asal lo tahu yang ngebully lo itu bukan Bianka. gue tahu persis seperti apa Bianka, jadi gak mungkin dia yang ngelakuin itu semua sama lo. " ujar Rangga. Nadira tak percaya Rangga bisa sebuta ini dengan cinta pertamanya itu. apakah Rangga tahu, ucapannya itu sangat menyakiti hatinya.

Nadira segera bangun dari duduknya, mengambil sepatu dan tasnya yang tergeletak di lantai, dan berjalan ke arah pintu apartemennya. masa bodo dengan rasa kantuk dan capeknya, karena rasa itu sekarang telah hilang dan tergantikan dengan rasa sakit di hatinya yang sangat menyesakan. Nadira butuh udara segar untuk menetralisir hatinya.

bersambung ...

sorry ya kalau cerita ini banyak typonya ?

vote dan komen ?




Marriage With Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang