bab 47

15.8K 521 258
                                    


    Rangga mematung seketika, senyumnya yang 10 watt kini luntur dari bibirnya, akibat penuturan Nadira barusan, yang jujur itu membuat hatinya bimbang antara senang dan sedih. senang karena ternyata Nadira mencintai dirinya, dan sedih karena dirinya belum bisa menyerahkan sepenuhnya hatinya ke pada Nadira. ia juga masih bingung dengan hatinya sendiri. hatinya mungkin memang masih berada di antara bayang bayang sang mantan. ya, ia bisa dikatakan cowok yang susah move on, tapi satu hal kenyataan yang memukulnya telak sekarang, bahwa dirinya sudah beristri, yang Rangga takuti sekarang bahwa dirinya akan melukai hati Nadira atas perbuatannya itu yang susah move on.

" lupakan. lupakan omongan gue barusan. " ujar Nadira yang kikuk dengan suasana krik krik yang terjadi. walaupun Nadira sudah menduga suasana ini akan terjadi setelah ucapannya itu.

    Nadira bangkit dari tempat duduknya. ia malu sekaligus kecewa. padahal tak gampang baginya untuk mengatakan perasaannya seperti tadi. kalian boleh mengatakan Nadira adalah cewek nekat yang tidak punya urat malu. tapi satu hal yang kalian harus tahu bahwa semua yang ia lakukan ini karena ia sudah tidak tahan lagi dengan perasaan cintanya yang terus ia pendam. ia juga kecewa karena Rangga tidak menjawab atas pernyataan cintanya. ya tuhan Nadira benar benar menyesal mengucapkan perasaan cintanya tadi, jika akhirnya akan seperti ini.

" em- Rangga apakah kita bisa menerbangkan lampion itu ? " ujar Nadira mengalihkan topik.

" eh- i-ia boleh, lo mau nerbangin sekarang ? " ujar Rangga yang sama  kikuknya dengan Nadira. Nadira pun menganggukan kepalanya atas pertanyaan Rangga sambil menggigit bibirnya.

    Rangga memanggil salah satu pelayan yang membawakan sebuah lampion yang berbeda dengan lampion yang mengitari meja makan romantia tadi.

" sekarang kita terbangin. " ajak Rangga

" eh entar dulu. sebelum kita terbangin kita harus buat permohonan dulu. " Rangga mengiyakan permintaan Nadira.

     kedua mata mereka menutup secara bersamaan, berharap permohonan mereka akan segera terkabul.

------------------------------------------

               Nadira☆:

ya tuhan, semoga Rangga akhirnya bisa membalas perasaannya

--------

Rangga☆:

semoga hati gue bisa memilih salah satu cewek yang sekarang tengah mengharapkan cinta gue

-------------------------------------------

    lampion terbang tinggi membawa harapan mereka ke langit angkasa malam, mengirim pesan pada tuhan untuk mereka berdua. dan tak ada satu pun di antara mereka berdua yang menanyakan permohonan masing masing karena meraka tahu itu privasi. mata Nadira berbinar bahagia melihat lampionnya dengan Rangga terbang tinggi menjelajahi langit malam, berharap permohonannya akan segera terkabul.

" huh ... saatnya kita pulang. ini akan menjadi perjalanan pulang yang melelahkan dengan mengendarai mobil. " keluh Nadira.

" siapa bilang kita akan naik mobil lagi. " ujar Rangga. dahi Nadira berkerut tak mengerti.

    tak lama kemudian terdengarlah bunyi bising dari baling baling helikopter yang memutar mutar di atasnya, Nadira menganga lebar melihatnya. helikopter mendarat. helikopter mendarat di tanah lapang yang tidak jauh dari tempatnya dan Rangga berdiri.

" ayo ! " ajak Rangga, menggandeng tangan Nadira.

    Nadira bahagia, senyumnya tak lepas barang sekali sedetik pun. jujur walau pun sudah berkali kali naik helikopter seperti ini, entah mengapa rasanya berbeda, lebih menyenangkan bersama orang yang kita cintai.

   
                  **&**


    aktivitas Nadira tetap sama seperti hari hari biasanya, setelah acara makan malam itu. seperti mengurus rumah, mengurus Rangga dan dirinya, dan mengurus sekolahnya. mungkin hidupnya serasa monoton seperti yang dirasakan istri istri lainnya. tapi bagi Nadira hidup dengan orang yang kita cintai, itu sudah cukup baginya, walaupun cintanya hanya sepihak. ya, Rangga memang belum mengatakan jawabannya sampai saat ini tententang pengakuan pernyataan cintanya itu. terbayangkan betapa uring uringnya Nadira saat ini.

" Nadira ? " panggil Dinda

" em ... apa. " jawab Nadira yang kini tengah sibuk mencatat di bukunya.

" lo udah dapet brosur ? "

" brosur. brosur apaan, kok gue gak tahu ? "

" brosur study tour ke bali. "

" ke bali, kapan ? "

" kalo jadi si katanya dua minggu dari sekarang. "

" oh ... lo ikut kan ? "

" em ... kayanya gue gak ikut deh, lo tahu kan gue cuma anak panti yang beruntung bisa dapet beasiswa di sini. jadi mana mungkin gue punya uang untuk ikut ke bali yang harganya jutaan. "

" lo tenang aja, nanti gue yang akan bayarin lo. "

" gak, gak Nadira. utang gue udah terlalu banyak sama lo. sampe sampe gue takut gak bisa bayar nanti. gue gak papa ko gak ikut study tour itu. lagi pula besok juga ada perayaan di panti. pasti ibu panti sangat membutuhkan gue untuk jagain anak anak. "

" Dinda udah berapa kali si gue bilang, lo itu gak ngutang sama gue. gue ikhlas bantuin lo. "

" ok, kalo lo masih gak mau ikut juga. berarti gue juga gak akan ikut. " desak Nadira agar Dinda menerima tawarannya

" eh, jangan dong Nadira. entar yang ada malah lo gak bisa jagain Rangga dari si nenek sihir Bianka. "

" bodo amat. gue maunya lo ikut juga sama gue pliss, lagian lo juga bisa jagain Revan kan sekalian nanti dari cewek cewek centil di sana. ayolah Dinda ikut, kapan lagi kita ke sana bareng bareng sama anak sekolah. "

bersambung ...

hallo, kalo boleh tanya. kira kira akhir seperti apa ya, yang cocok dengan cerita ini.

happy ?

sad ending ?

apa gantung ?

jangan lupa vote dan komen ya ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage With Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang