5.

418 60 4
                                    

"Mi bentar lagi puasa nih, lo gak mau balik?" Tanya Techi.

"Hah? Balik kemana? Maluku? Enggak lah, papa gue bilang boleh pulang kalo udah S1."

"Buseng dah lama anjir."

"Lagian boros diongkos dodol!"

"Terus kalo lebaran?"

Memi ngangkat bahunya tanda tidak tahu.

"Lo ke rumah gue aja Mi kalo gak bisa lebaran bareng bokap lo." Tawar Techi tiba-tiba. "Ibu juga pasti seneng ada lo, kemaren aja waktu denger gue ketemu lo lagi katanya suruh ajak kerumah kalo weekend."

"Lo weekend suka pulang?"

"Dulu waktu minggu-minggu pertama hehe."

"Manjaaaa anjir!" Seru Memi dengan nada meledek.

"Ya abisnya homesick."

"Tetep aja manja disebutnya, anak mamiii yeeee anak mamiiii."

"Lo juga pasti pulang-pulang kalo masih dirumah yang lama." Cibir Techi.

"Kata siapa?"

"Kata gue barusan."

Memi cuma ngehela nafas, susah emang ngelawan Techi kalo soal bacot tuh. Akhirnya mereka lanjut makan baksonya masing-masing, karena kebanyakan ngobrol Techi maupun Memi enggak sadar ada orang yang merhatiin mereka dari jauh.

"Mau pesen apa?"

Neru langsung noleh kearah temennya yang nawarin menu bakso. "Hmm bakso urat deh tapi jangan pake bihun ya."

"Oke..."

Kemudian lanjut lagi merhatiin dua orang itu yang kadang bercanda, kadang ngobrol tanpa mengindahkan sekelilingnya. Berasa dunia milik berdua. Sejak masuk parkiran kedai bakso pun Neru sebenernya merasa hafal sama motor trail modif tinggi yang terparkir disana, waktu masuk pun matanya langsung tertuju ke pemilik motor itu.

"AAAAAAAAA!!"

Neru teriak begitu ngerasa geli dikakinya karena tiba-tiba ada sekelebat bulu dari hewan yang paling dia takuti.

Saat lengkingan Neru terdengar, mahluk itu malah mengeong.

Mendengar pekikan seseorang yang rasa-rasanya familiar banget, Techi maupun Memi lantas menoleh ke arah belakang mereka.

"Kak Neru tuh.."

"Masih aja takut kucing." Gumam Techi, tapi masih bisa kedengeran sama Memi.

"Samperin gih." Memi sengaja nyikut Techi pelan. Memberi kode dengan gerakan kepalanya ke arah yang di tuju

"Apa sih..." Techi berusaha mengacuhkan ucapan Memi. Mendingan juga ngabisin baksonya. Cuman kok ada yang aneh gitu, berasa pengen nyamperin. Kalo dulu pasti dia sengaja takut-takutin Neru pas ada kucing lewat.

Sekali lagi Techi ngelirik Neru yang udah tenang karena ada temennya, sementara si kucing yang memang sering bolak-balik seolah yang punya kedai sudah tak lagi terlihat.

Neru pun begitu, ketika ada kesempatan dia pasti ngelirik Techi juga. Gak tau kenapa ngeliat dia sama Memi rasanya ada perasaan sedikit lega yang menyeruak.

"Balik Mi ayo..."

"Sekarang banget apa? Belum turun nih basonya, ntar sakit perut gue."

"Mi.."

"Kenapa sih? Takut banget apa lo ketemu kak Neru."

"Bukan.."

"Terus?"

"Gue cuma-- cuma... gimana ya...." Techi menggaruk kepalanya yang gatal.

Memi lalu melirik Neru yang emang duduk agak jauh dengan mereka, lalu berbalik menatap Techi yang lagi muter-muter botol kecap.

"Lo ngehindarin kak Neru ya?"

"..."

"Gue anggap diemnya lo tuh jawaban iya ya." Ucap Memi memulai. Matanya melirik Neru untuk kesekian kalinya, kali ini kebetulan bersiborok dengan Neru, makanya Memi senyum sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kenapa lo ngehindar sih?"

"Ya lo pikir aja sendiri."

Alis Memi naik. "Pikir gimana?"

Techi kaya enggan buat ngomong, tapi Memi dengan sabar nunggu.

"Gue gak tau harus gimana." Jawabnya. "kan dasarnya nih ya gue pacaran baru sekali nih, mana diputusin. Lo pikir aja gue musti gimana."

Memi mengangguk paham. "Jadi karena lo gak tau harus gimana jadinya ngehindar gitu?"

"Iya."

"Oohh... kalo kata gue sih sapa aja gapapa, anggap temen. Lo gak belajar dari kak Manaka sama kak Risa tuh? Mereka kan mantan tapi jadi temen."

"Ngomong doang gampang, prakteknya anjir yang susah."

"Gamon ya lo? Hahahahaha.." ledek Memi, ketawa kecil sambil nunjuk-nunjuk Techi yang udah sebel raut ekspresinya.

"Ck. Tau ah. Gue tinggal nih!" Techi berdiri dari duduknya, menyambar jaket bomber yang tersamping dikursi, meraih kunci motor diatas meja.

"Bayar dulu heh!" Seru Memi.

"Lo yang bayar, ntar gue ganti! Buru, ditunggu diparkiran!"

"Kok gitu sih?"

Sekali lagi Techi enggak ngerespon, maen nyelonong pergi gitu aja. Sepintas tentu ngelirik Neru yang kebetulan juga merhatiin dia, sayangnya sih senyum Neru sama sekali enggak Techi bales.

Karena itu Neru jadi ngehela nafas pendek. Rasa tidak enaknya muncul kembali ke permukaan.

Memi segera menyusul Techi ke parkiran, tentu juga Neru gak lepas buat merhatiin apalagi sekarang keduanya keliatan akrab banget bercanda, Memi bahkan keliatan nyubit Techi dan mukul helm bagian belakangnya begitu berhasil duduk di motor. Sampe Techi pergi, barulah Neru balik lagi ke aktivitasnya semula makan bakso meski sekarang agak tidak menikmati.

'Hhhhhhhhh...'

.
.
.
.
.

Pendek ya? Sengajaa hehe

[4] Yang terlewatkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang