Khilaf..
.
.
.
.
.
.Tengah malem suasana villa udah sepi banget, tenang, damai... Backsound cuma ada suara ombak yang bergemuruh dari kajauhan. Risa dengan telaten ngeberesin sisa-sisaan makanan ringan yang barusan dia makan bareng Manaka.
Risa ngusap-ngusap hidungnya yang sedikit berair. Kayanya dia bakalan flu deh soalnya kebanyakan main air, bahkan sekarang indra penciumannya udah mulai menurun pula.
Pes pun tak lupa dia matikan, sekalian diberesin juga.
Manaka udah hilang, masuk ke kamar setelah Risa ngasihin hpnya biar bisa komunikasi sama Rika. Kasian juga sih galau mulu keliatannya.
"Eh? Belum tidur?"
Risa otomatis noleh, ada Neru yang megang gelas kosong dan hendak kedapur kayanya.
"Lagi beresin ini."
Neru ngangguk-ngangguk setelah dilihatnya Risa memegang sebuah kresek yang isinya sampah.
Risa lanjut lagi beresin sisa remahan rebo, disapuin juga biar beneran bersih. Tapi perhatiannya langsung teralihkan begitu denger pintu samping bergeser.
Neru terlihat keluar, lalu duduk dipinggir kolam. Udah jadi kebiasaan penghuni villa, pasti kalo nongkrong pinggir air kakinya suka di celupin.
Risa lanjutin beresin ruang tengah, sampe 15 menit kemudian nyamperin Neru aja.
"Gak bisa tidur?" Tanya Risa. Ucapannya mengagetkan Neru.
"Iya."
"Minum susu hangat harusnya. Mau gue bikinin?"
Neru lantas ngelirik segelas air putih disampingnya yang tinggal setengah. "Gausah."
"Oh.. oke. Gue temenin disini boleh? Belum ngantuk soalnya."
"Boleh lah, siapa bilang enggak boleh? Villa juga villa lo, bebas kali."
"Siapa tau lo lagi pengen sendiri." Komentar Risa lantas ikut duduk, bedanya dia memeluk lutut.
Keduanya enggak ngobrol sama sekali. Bermenit-menit betah banget cuma diem, suara gesekan daun dengan ranting jadi pengiring.
Langit terlihat sedikit berawan, menyembunyikan bintang yang sebenarnya sedang bertaburan malam ini.
"Lo gapapa ikut kita liburan kesini? Pacar lo gak nanyain?" Ucap Risa pelan, memecah keheningan.
"Fuuchan? Gapapa kok dia ngerti. Tapi kadang dia rewel sih, nanya lagi ngapain atau kenapa bales chatnya lama."
Risa cuma ber-oh ria sambil manggut-manggut.
"Lo sendiri?"
"Saechan mah santai. Harusnya dia ikut malah tapi ngedadak batal karen dia gantiin temennya jai volunteer acara kampus."
"Kayanya lo awet banget sama dia. Langgeng."
Risa ketawa pelan. "Gak kaya keliatannya sih."
"Maksudnya?"
Risa memundurkan tubuhnya, kakinya ia selonjorin. "Namanya ldr ya pasti ada aja masalahnya."
"Misal?"
"Gue sama dia juga kadang ada berantemnya karena sibuk, bahkan sampe putus." Jelas Risa, tatapannya jatuh ke Neru yang liatin air kolam. "Lo sendiri? Kenapa tiba-tiba pacaran sama Fuuchan? Random banget kayanya."
"Dia baik sih sama gue."
"Baik doang? Bukan tipe lo deh kayanya."
Neru lantas noleh kearah Risa. "Emang. Tapi ya gapapa, seenggaknya dia ngertiin gue, bikin nyaman juga. Mungkin dia pelan-pelan bisa ngerubah gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Yang terlewatkan
Hayran Kurgu2 tahun selepas Memi pindah, Techi kembali di pertemukan sama temen lamanya itu. Ada banyak hal yang Techi ceritain dan di bagi ke Memi, termasuk rasa patah hati.