extra part with Namba pride II

343 34 9
                                    

"aaahhh kok tega sih lo ninggalin gue sendirian? Gak bilang-bilang lagi..."

"Hehehehe sori Mi, dadakan banget ini gue pulang kemaren pas sore abis kelas terakhir..."

"Lah lo nyampe malem dong? Motoran Berarti?"

"Iya..."

"Ih gak takut dibegal apa lo?"

"dijalan kan banyak motor juga Mi, ngapain takut dah?"

"Bukan gitu.."

"BUCCCHHHEEEEENNNN!!!"

Teriak Mion dan Kojirin serempak, hal itu membuat Rikatii mendelik hendak protes.

"Eh lo lagi sama temen lo ya? Maaf kalo ganggu." Diujung sana, Memi sadar jika Rikatii sedang bersama orang lain. Teriakan terdengar saling sahut-menyahut meski tidak jelas.

"Gak ganggu elah santai aja, ini juga ngumpul tapi pada sibuk sama hpnya sendiri." Ucap Rikatii dengan nada menyindir, menatap dengan ujung mata pada teman-temannya yang ternyata semakin siap siaga mengompori.

"Oowalah yaudah kalo lo lagi ngumpul, takut ganggu. Maaf gue malah nelpon."

"Dibilang santai elah Mi. Pada sibuk sendiri juga soalnya, untung lo nelpon jadi gue juga ada kegiatan." Ucap Rikatii. "Btw biasanya jam segini lo lagi telponan sama Kage bukannya?"

"Udah selesai kok makanya telpon lo. Tadinya gue mau ngajak lo ke gramed, eh malah lagi pulkam."

"Haha sori gue balik dadakan ini."

"Bilang kek, jadi gak gabut. Eh bentar ya."

"Mi?"

Ada jeda keheningan, Rikatii menjauhkan hpnya dari telinga lalu melihat layarnya, masih tersambung itu artinya Memi masih ada disana.

"Mi?"

"Coy..." bisik Kojirin mendekat. "Suruh kesini aja gabung kalo doi gabut."

"Emang dia mau?"

"Ya coba dulu?"

"Oke."

Rikatii menghela nafas panjang. "Mi?"

"Buset kaya mau nembak aja lo narik nafas." Celetuk Mion dan tidak digubris sama sekali oleh Rikatii.

"Ya? Sori gue abis dari kamar mandi."

"Gapapa. Oh iya lo beneran sendiri?"

"Ya enggak sih sebenernya ada yang lain, ini anak kelas ada yang mau ngajakin nonton ntar malem, liat deh di grup. Kenapa emang?"

"Lo mau gak kesini?"

"Ke tempat lo?"

"Iya. Mau gak?"

Rikatii berharap Memi nge-iya-in. Disamping emang biar dia enggak sendirian disana, ada hal lain yang bikin perasaannya gak enak kalo ninggalin Memi sendirian setelah kejadian dies natalis hampir 2 minggu yang lalu itu.

"Bisa naek kereta kok, nyampenya malem tapi. Nanti gue jemput, gimana?"

Disisi lain Memi mikir keras. Lumayan juga kan golden week daripada gabut gak jelas mending juga liburan. Tempat Rikatii juga bukannya enggak familiar, familiar banget malahan karena daerah mereka -tempat dulu Memi tinggal- deketan.

Tapi masa iya nanti nginep dirumah Rikatii? Eh ada sih sodaranya disana, tapi itu dari pihak ibu tirinya. Sama istri baru papanya itu aja enggak deket apalagi sama keluarganya? Meski Memi tau mereka terbuka dan baik banget seingetnya.

[4] Yang terlewatkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang