37.

458 51 10
                                    

"Ah berat heh!" Keluh Memi begitu ada  seseorang yang ngerangkul dia tiba-tiba. Disingkirkannya tangan dari bahu yang tiba-tiba memberat itu.

"Ck elah rangkul doang juga."

"Gak liat gue lagi ngetik?"

"Enggak tuh."

Techi akhirnya duduk bersila di samping Memi yang gak tau lagi ngapain di pendopo. "Sendirian aja Mi tumben."

"..."

"..."

"..."

"Oh sama Rikatii ya." Ucap Techi lagi setelah matanya menangkap ada tas gitar familiar bersandar di tiang tidak jauh dari posisi Memi duduk.

Bermodalkan tas yang kayanya punya Rikatii plus hoodie item yang digulung-gulug buat bantal, Techi memilih buat rebahan sambil main hp.

"Gada kuliah Mi?" Tanyanya.

"Udah dari tadi."

"Terus ngapain disini?"

"Bantuin Rikatii rapihin proposal."

"Dih mau-maunya lo."

"Gada kegiatan sih." Jawab Memi santai. "Lo sendiri keluyuran gada kuliah apa?"

"Baru selesai, tapi ada lagi nanti jam 3."

Techi memiringkan tubuhnya, ngadep Memi yang serius ngetik. "Mi..."

"Hm..."

"Gajadi deh, lupa mau ngomong apa."

"Banyak dosa lo." Ceplos Memi.

Abis itu mereka sibuk sendiri, Techi sama hpnya begitupun Memi sama hpnya juga karena kerjaan dia udah selesai.

"Mi ntar sore lo sibuk gak?"

"Enggak. Kenapa emang?"

"Temenin gue nyobain burger baladonya mekdi kuy."

"Yang katanya anak kos harus hemat..." cibir Memi.

"Sesekali Mi, menyenangkan diri sendiri."

Memi ngelirik Techi yang udah miring kesamping ngadep dia dengan posisi kepalanya ditahan sebelah tangan, "Gak kfc nih?"

"Enggak, tapi kalo—"

"MI!!!!"

Ucapan Techi kepotong sama lengkingan Rikatii yang udah lari-lari dari kejauhan. Semua orang yang ada di pendopo otomatis pada ngeliatin.

"Apa?"

"Maaf ya lama hehehe.." Ucap Rikatii ngerasa bersalah, begitu mau ngambil laaptopnya..."BUSET NGAPAIN LO DIMARI?" Pekiknya begitu sadar ada Techi lagi tiduran disamping Memi.

Techi bangun dari posisi nyamannya, terus nengok ke kiri sama kanannya, lantas nunjuk ke diri sendiri. "Gue?"

"Iya lah lo dodol siapa lagi."

"Oh."

"Malah oh lagi." Ucap Rikatii menggumam. "Maaf Mi gue tadi dicegat dulu sama anak-anak makanya lama."

"Gapapa kok. Nih udah gue rapihin, tinggal lo liat lagi aja siapa tau ada yang salah."

Keduanya sibuk ngobrol apa yang jadi urusannya, membiarkan Techi yang ca bisa menyimak tanpa sedikit pun ngerti. Ada perasaan kesel yang muncul begitu ngeliat Memi keliatan begitu akrab sama Rikatii, sesekali bahkan senyum ataupun tertawa kecil.

Hal yang udah jarang banget bisa Techi liat atau dapetin dari Memi pas lagi sama dia. Ada sejumput rasa iri yang kemudian menguar.

"Beres nih... Wah makasih banget ya Mi."

[4] Yang terlewatkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang