9.

402 62 16
                                    

Bangun-bangun Memi pusing. Diliat sekelilingnya asing banget.

Jangan negatip dulu, dia pusing karena tidur baru beberapa jam doang. Abisnya semalem Memi, Jurina sama Techi begadang main gaple.

'Oh iya ini kamarnya Techi ya.'

Tapi kemudian dia panik karena dikasur sendirian (?). Diliatnya dibawah lantai beralaskan kasur lipat Techi lagi meluk boneka larva kuning segede gaban (hampir seukuran badannya).

Memi jadi gak enak, yang punya kamar malah tidur dibawah sementara dia yang notabene tamu enak betul di atas kasur.

Jam menunjukan pukul set 7 pagi, padahal dia tidur jam 3. Efek tidur dirumah orang tuh suka begini, pasti bentar dan kadang enggak nyenyak suka kebangun ditengah malem.

Memi ngulet sambil nguap. Lalu ngambil hpnya yang ada diatas meja selepas ngelangkahin Techi kaya ngelangkahin pecahan beling sambil jinjit (?).

"Sepi bat hp gue yaa..." gumamnya ngeliat layar hpnya yang hampir tidak ada hal yang penting.

Sepersekian detik kemudian hp Techi nyala, ada pop up yang otomatis dapat Memi liat siapa gerangan pengirimnya, pun isi dari pesannya karena posisinya yang memungkinkan.

————
Nagahama Neru
Bangun hei udah pagi
————

"Woooww..." gumamnya pelan, berbisik hampir tak bersuara.

Memi langsung ngelirik Techi yang masih anteng tidur dengan nyaman. Tangannya terulur untuk ngambil hpnya Techi yang nganggur, tapi karena bisikan setan kurang kuat maka Memi cuma membalikan hp itu tanpa melanjutkan ke kepoannya. Pura-pura gak ngebaca apa yang baru aja muncul di pop up.

Lagi-lagi penasaran.

.
.
.
.
.
.

Siang hari menjelang adzan dzhur Memi sama Techi baru selesai sarapan. Maklum bangunnya kesiangan dan Memi tadi tidur lagi setelah ke wc sebentar.

Keduanya udah balik berada dikamar, bingung mau mulai darimana. Ada satu kardus ukuran sedang berada diatas meja.

"Mau mulai yang ini dulu?" Tanya Memi. Telunjuknya ngarah ke pigura dengan keadaan mengenaskan disana. "Kan ini paling mencolok."

"Oke deh."

Techi ngeraih pigura itu dengan note dari Neru itu, sejenak dia baca kata demi kata yang ada disana seperti menghafal setelah itu baru dimasukannya ke dalam kardus.

"Bismillahirohmanirohim.."

Memi otomatis langsung noleh kearah Techi yang menggumam bismilah. "Buset segala basmalah dulu."

"Ck. Biar berkah Mi, biar gampang. Tidak ada halangan buat move on."

"Ya terserah lo lah."

Baru kemudian Memi sadar kenapa Techi baca bismilah karena setelahnya ada banyak BANGET barang yang Techi masukan ke kardus. Yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah album foto yang ternyata isinya semua Neru. Memi kira itu album yang ada di deretan buku cuma album biasa, ternyata album kenangan.

Kenangan cinta. Eeaaaa

Kirain foto tuh cuma yang nempel dipapan doang.

Barang-barang kecil lainnya mulai di masukan. Salah satunya gantungan kunci berbentuk boneka otter yang lucu banget menurut Memi ternyata juga termasuk artefak kuno selama pacaran.

Berpuluh-puluh lembar tiket bioskop yang bahkan tulisannya sudah hilang dimakan waktu (yang ternyata masih Techi simpan) pun ikut di buang. Lagian buat apa ngumpulin tiket nonton?

[4] Yang terlewatkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang