Tentang pengakuan
.
.
.
.
.
.Cuaca cukup terik siang itu, maklum daerah pantai. Ac di mobil pun rasanya hampir kalah karena panas yang kuat banget.
Selama perjalanan Techi enggak sama sekali ngomong, kerjaannya liatin jalan sama merhatiin luar. Enggak sama sekali ngajak ngobrol Neru yang fokus nyetir.
Bukannya gak mau ngomong, cuma canggung aja. Mulainya gimana, harusnya seperti apa.
Neru juga bukannya ikutan canggung, hanya saja jika dia tiba-tiba banyak bicara takut banget bikin Techi enggak nyaman.
Tapi lama-lama gatel juga. Apalagi ke supermarket ngabisin waktu hampir 15 menit tapi hening-hening bae.
"Kamu enggak dimarahin pergi-pergi gini? Bolos kuliah?" Neru yang pertama pecah telor.
Techi awalnya diem, bingung mau jawab atau tetep diem. "Ibu sama ayah gak tau kok. Itupun kalo kak Jurina gak cepu." Akhirnya dijawab juga, soalnya gak sopan (?).
Neru cuma ngangguk doang, masih fokus nyetir sambil nginget-nginget jalan yang Risa kasih tau.
"Ada kfc tuh, mau gak?"
Techi yang emang sudah mengunci pandangannya ke papan merk ayam favoritnya itu lantas berfikir sejenak.
"Pake kartu Akanen nih, katanya bebas mau beli apapun." tawar Neru.
"Boleh."
Mobil merah menyala itu pun memutar arah perjalanan, memanfaatkan kartu Akanen untuk keperluan pribadi.
Buat Techi sih sebenernya.
Mereka makan dengan tenang, sambil nungguin 2 ember ayam pesenan mereka juga sih.
Neru gak bisa diem aja kaya gini. Otaknya lagi muter nyari topik buat memulai percakapan sampe tiba-tiba,
"Gue mau minta maaf."
Neru langsung natap Techi yang juga natap dia. Intens banget. Tatapan yang dulu bikin Neru suka khilaf (?)
"Buat?"
Techi malah ngangkat bahu, ekspresinya Neru baca sebagai, 'ya menurut lo kenapa gue minta maaf?'
Tafsiran Neru untuk sementara adalah Techi minta maaf karena 'selalu diam' dan 'menghindar'.
"Gak enak kalo kita liburan bareng tapi kaya gak kenal."
Senyum tipis Neru mulai mengembang, ada desiran perasaan lega mengenai Techi yang dia harapkan mulai berubah sikap dinginnya.
Es itu kini perlahan mencair.
Meskipun sedikit tidak tepat waktunya.
"Aku ngerti kok." Ucap Neru. "Seseorang memang butuh waktu buat menyesuaikan diri setelah merasakan patah hati pertama."
Techi menggigit bibir bawahnya, menyimak. Ada banyaaakkk sekali kata yang ingin dia ucap, tapi sangat sulit untuk sekedar membuka mulutnya.
Neru yang sekarang berada di depannya adalah Neru yang selalu dia rindukan setiap hari. Seseorang yang entah sampai kapan menguasai hampir seluruh hatinya.
"Aku mau kita enggak saling diem. Rasanya sakit banget kalo kamu enggak nganggep aku sama sekali tiap kita ketemu."
"..."
"Kita pernah pacaran, pernah satu hati, pernah ngelewatin suka duka bareng-bareng——"
"Terus kenapa lo putusin gue waktu itu?" Sela Techi tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/146498911-288-k800607.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Yang terlewatkan
Fanfiction2 tahun selepas Memi pindah, Techi kembali di pertemukan sama temen lamanya itu. Ada banyak hal yang Techi ceritain dan di bagi ke Memi, termasuk rasa patah hati.