"Gue Arkana, mau apa lo?" — Arka.
"Oh, kayak obat kaki." — Melodi.
***
Tidak pernah Arka pikirkan sebelumnya bahwa Ayahnya akan memberinya hukuman semacam ini. Dia tidak tahu apa yang menjadi alasan Wira menjadikannya perawat dadakan di sana. Tidak mungkin juga rumah sakit jiwa seelit itu kekurangan pegawai.
Demi kucing gempal kakaknya, Arka tidak bisa menerima tugas ini dengan lapang dada. Bukan. Ini bukan tugas, melainkan hukuman super gila yang membuat jiwanya semakin merana. Arka tidak bisa membayangkan seperti apa menghadapi orang-orang gangguan jiwa di sana.
Demetria Melodi. Nama itu terus berputar di kepalanya.
Ayah tahu kamu bisa. Tolong jadikan dia menjadi Melodi yang waras lagi.
Arka jadi teringat ucapan ayahnya tempo hari. Bagaimana caranya dia bisa mewaraskan kembali jika kemampuan saja tidak punya. Ayahnya memang seorang dokter kejiwaan, tetapi dia jelas berbeda. Rasanya sudah sulit berpikir lagi. Demi kuliahnya dia harus merendahkan ego dan harga dirinya sebagai calon dokter dengan lulusan terbaik. Sebentar lagi akan diadakan ujian akhir semester. Rasanya bebannya semakin berat saja. Setengah memikirkan ujian, setengah memikirkan si gadis gila. Dia berharap jiwa raganya sekuat baja.
Hela napas terdengar. Kedua netra hitam Arka masih setia menatap langit-langit kamar. Setelah kuliah, dia dan Micho berkunjung sebentar ke indekos Kevin. Sekadar rebahan seperti yang dia lakukan sekarang. Sementara Kevin dan Micho tengah asik beradu game di ponselnya masing-masing.
"Vin, Mic," panggil Arka.
"Hm? Apaan?" sahut Kevin tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Menurut kalian kalo koas atau kerja di rumah sakit jiwa itu gimana?"
"Percaya sama gue ngadepin orang gila lebih serem daripada meja operasi," balas Kevin.
"Kenapa tiba-tiba tanya itu?" tanya Micho.
"Gue lagi ketiban sial." Arka menghela napas panjang.
"Sial gimana?"
"Gue dihukum sama bokap. Gue bakal jadi perawat pribadi pasien di rumah sakit bokap gue, jadi perawanyat orang gila."
"HAHAHA!"
Tawa Kevin dan Micho meledak seketika. Mereka bahkan tanpa sadar mengabaikan game yang sedang dimainkan. Kevin memegangi perutnya yang kram karena banyak tertawa, sedangkan Micho sibuk meninju bantal Kevin. Sementara Arka menutup wajahnya dengan bantal yang sebelumnya dia gunakan sebagai bantalan kepalanya.
"Kok bisa? Bokap lo sehatkan?" tanya Kevin setelah tawanya mereda.
Arka mengangguk, membenarkan bahwa ayahnya dalam keadaan sehat. Tak lama, dia merasa ponsel yang ada di saku jaketnya bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
ChickLit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...