42. Filosofi Bunga Matahari

7.8K 1K 271
                                    

"Arka minta maaf, Om."

"Untuk apa?"

"Untuk semua kesalahan yang Arka lakuin sama Melodi kali ini," jawab Arka.

Abhi tetap mempertahankan sikap tenangnya. "Saya tahu pasti ada alasannya. Katakan, supaya saya tahu apa saja yang sudah kamu lakukan pada Melodi."

Arka meremas kedua tangannya. "Dari pertama kami berangkat ke Bandung, Arka beberapa kali bentak, marah-marah sama Melodi. Dan ... itu adalah sebuah kesalahan."

Mendengarnya, membuat Abhi cukup terkejut. Seharusnya, Arka tahu apa dampaknya bagi Melodi. "Kamu bahkan tahu Melodi tidak menyukai dua hal itu. Mengapa kamu tetap melakukannya?"

"Karena Arka peduli sama Melodi," jawab Arka cepat.

"Kamu sebut itu peduli?" tanya Abhi terdengar remeh.

Arka mengangguk. "Ya, biarpun cara yang Arka lakukan salah tapi Arka sebenarnya peduli sama Melodi."

Sesaat Abhi menatap Arka dengan wajah tegasnya. "Kenapa kamu melakukannya walau tahu itu salah?"

Arka terdiam sesaat. "Fara, dia pacar Arka. Dia enggak begitu suka Arka dekat dan perlakuin Melodi secara berlebihan. Arka enggak menampik, itu wajar. Saat awal kami berangkat, ada kesalahpahaman kecil yang bikin Fara minta perhatian Arka lebih dari perhatian yang Arka kasih ke Melodi. Arka enggak bisa nolak," ungkap Arka. Mengingat kilas balik kejadian di mana Fara menangis karena hal itu.

"Dan itu salah satu alasan kamu tidak bisa mengontrol emosi?" tebak Abhi yang kemudian diangguki oleh Arka.

"Arka tau sebelumnya Melodi udah sakit, sempat melarang dia ikut karena hal itu. Dan hal itu juga yang bikin Arka lebih perhatiin Melodi. Dia ceroboh dan cenderung enggak memikirkan diri sendiri. Tapi karena permintaan Fara, Arka jadi enggak bebas buat lebih perhatian sama Melodi. Setiap kali Melodi melakukan hal yang bisa bikin dia tambah sakit, rasanya Arka frustrasi karena enggak bisa nunjukin perhatian dengan baik-baik. Yang bisa Arka lakukan cuma marah-marah."

Abhi menangkap cukup jelas apa yang Arka katakan, dan ia mengerti situasi Arka yang kesulitan menempatkan diri. "Fara membuat kamu tidak bisa mengungkapkan sisi perhatian kamu untuk Melodi dan akhirnya memilih dengan cara ... marah, membentak, semacam itu?"

Sekali lagi Arka mengangguk. "Ya, dan sikap Melodi berubah karena Arka. Dia selalu membangkang, itu yang bikin emosi Arka makin kacau dan enggak terkendali. Sikap Arka terlalu kasar sama Melodi, dan itu bikin dia menarik diri dari Arka. Semalam ... Melodi benar-benar enggak kasih tau Arka soal kondisinya. Maafin Arka," ucapan Arka melirih di akhir kalimat. Dia begitu merasa bersalah atas kejadian ini.

Abhi mengangguk paham, lalu menepuk singkat bahu Arka. "Saya bisa mahami kondisi kamu, tapi jangan lakukan kesalahan itu lagi. Itu menyakitinya."

Arka mengangguk.

"Perihal hubungan kamu dengan Fara, saya tidak ingin ikut campur. Itu urusan kalian, tapi ada hal yang ingin saya tanyakan," ucap Abhi. "Kamu masih mencintainya?"

"Tentu, dia pacar Arka," jawab Arka.

"Lalu bagaimana dengan Melodi?"

Arka mengernyit. "Maksudnya?"

"Kamu mencintainya atau hanya sekadar peduli?"

Arka menelan ludah lalu tertawa canggung sebelum akhirnya menjawab dengan cepat. "Mana mungkin, Arka cuma peduli dengan Melodi."

Abhi mengangkat bahunya. "Terdengar lebih baik. Saya enggak tahu sisi lain kamu."

***

Love in PsychiatricalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang