48. Terungkapnya Kebenaran

5.6K 778 74
                                    

Kandasnya hubungan Arka dan Fara sudah diketahui oleh Kevin dan Micho. Mereka berdua hanya bisa bungkam setelah mendengar yang sebenarnya. Hubungan mereka terlalu pelik. Namun lebih dari kerumitan tersebut, hubungan Arka dan Melodi mungkin saat ini jauh lebih miris. Sudah satu bulan lamanya Arka melarikan diri dari kenyataan bahwa ia harus

"Mau sampai kapan lo jadi beban di rumah gue?" Micho menyindir. Matanya menatap malas Arka yang sedang tiduran di sofa kamarnya.

Sudah satu bulan Arka tinggal di rumah Micho, sesekali menginap di indekos Kevin. Selama itu, Arka benar-benar menarik diri. Keadaan yang membuatnya enggan pulang. Jika Arka pulang, sudah jelas ayahnya akan meminta penjelasan darinya. Sementara ia masih belum menemukan jawaban. Tentang apa yang sebenarnya ia inginkan.

Arka memainkan remot TV yang ada di dekatnya sambil berpikir. "Menurut lo ... apa gue harus pulang aja?"

Micho mengangguk mantap. "Haruslah! Kakak lo sering neror gue supaya balikin lo ke rumah. Gue berasa lagi nyulik perawan kalo gini ceritanya. Padahal lo sendiri yang dateng ke sini."

Arka diam, larut dalam pikirannya sendiri. Hal itu membuat Micho geram sendiri. Ia sering kali mendapati Arka seperti ini, tiba-tiba tidak fokus dan melamun. "Lo masih belum bisa ngelupain Fara?"

"Dia udah bukan urusan gue," jawab Arka meski ia tidak menampik rasa sakitnya masih tersisa.

"Terus lo lagi mikirin apa?"

"Melodi lagi ngapain, ya?"

Mata Micho menyipit. "Lo lagi mikirin Melodi?"

Arka tersentak. Padahal ia telah sesumbar tidak akan memikirkan Melodi. Namun lihatlah dirinya kini, menjilat ludah sendiri. "Gue enggak mikirin dia," elak Arka.

"Gue sebenarnya masih enggak paham kenapa lo milih ninggalin dia," kata Micho.

"Dia ngungkapin perasaannya ke gue. Dia bilang cinta ke gue. Lo pikir gue bakal bisa nerima itu?" tanya Arka.

"Ayolah, Ar! Melodi itu cantik, kenapa enggak lo terima aja, sih?"

"Mana mungkin gue macarin cewek gila. Apa kata orang?" sahut Arka, tidak habis pikir pada Micho.

Micho beralih duduk di samping Arka. "Sejak kapan lo peduli apa kata orang? Gue yakin enggak ada yang akan sadar kalo Melodi gila dengan wajah secantik itu."

Micho menepuk pundak Arka. "Ar, jujur aja gue sedikit kecewa saat lo milih ninggalin Melodi. Lo keliatan kayak pengecut setelah kasih banyak janji sama dia. Gue emang enggak tau Melodi gimana, tapi apa lo bisa banyangin sehancur apa dia saat lo milih pergi?"

Tatapan Arka tampak berubah kosong. Ia hanya menatap jari-jari tangan yang diremasnya sedari tadi.

"Selama ini gue bisa lihat se-protectif apa lo sama Melodi. Sekesel apa lo ketika Melodi deket sama Kevin. Gue harap sikap lo bukan semata karena kepedulian apalagi tanpa alasan," ucap Micho.

Arka menoleh pada Micho. "Maksud lo?"

"Lo tertarik sama Melodi. Dalam artian lo suka."

Ada penolakan yang tergambar dalam mimik wajah Arka, tetapi pria itu justru bertanya, "Kenapa lo mikir gitu? Gue cuma perawatnya, itu wajar."

Micho menggeleng. "Justru itu. Sikap lo selama ini menunjukkan lebih dari yang seharusnya. Perawat dan pasien. Yang gue lihat lebih dari itu, Ar. Lo, cuma belum sadar sama perasaan sendiri."

Arka tampak pias. "Gue enggak mungkin bisa. Dia ...."

"Seharusnya lo enggak mempermasalahin status Melodi. Lo sendiri yang bilang mau sembuhin dia." Micho menatap Arka dengan serius. "Masih ada waktu buat menyadari perasaan lo, tapi jangan sampai terlambat. Air itu anugerah, tapi bisa juga bencana. Lo sendiri pasti tau, siapa aja yang bakal kecewa karena sikap lo ini."

Love in PsychiatricalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang