Pagi-pagi yang terasa ganjal bagi Melodi adalah kehadiran Fara di kamarnya secara tiba-tiba. "Ngapain lo ke sini?" tanya Melodi pada Fara yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Melodi memang lebih menyukai pintu kamarnya terbuka daripada tertutup.
"Kita harus bicara," ucap Fara.
Melodi berjalan menghampiri Fara. "Ngomong apa?"
"Gue punya pertanyaan buat lo, dan lo harus jawab jujur," ucap Fara.
"Lo kira gue lagi ikut cerdas cermat?" celetuk Melodi.
"Apa semalam Arka sama lo?"
Melodi terdiam sesaat. "Iya, kenapa?"
"Satu pertanyaan lagi dari gue, dan lo harus jawab jujur. Apa lo suka sama Arka?" tanya Fara.
"Apa yang akan lo lakuin kalo gue jawab jujur?"
"Bukan urusan lo," jawab Fara.
"Kalo gitu sama. Bukan urusan lo." Melodi menjulurkan lidah pada Fara, lalu berbalik meninggalkannya.
Namun, Fara justru menarik tangan Melodi. Mendorong gadis itu hingga punggungnya membentur dinding. Melodi yang terkejut, tidak siap ketika Fara tiba-tiba mencekik lehernya.
"Jawab pertanyaan gue, Melodi!"
Melodi mencengkram tangan Fara di lehernya, berusaha melepaskan. Ia tahu, Fara tidak benar-benar mencekiknya, tetapi karena tindakannya inilah, Melodi justru tidak berdaya tatkala ingatan buruk di kepalanya sedikit demi sedikit bermunculan. Ingatan yang sudah lama ingin dilupakan, kini justru kembali berkeliaran.
"Lepasin, Fara," pinta Melodi dengan lirih.
"Jawab pertanyaan gue, Mel!" paksa Fara. Membuat Melodi semakin dibuat tidak keruan karena situasi ini.
Melodi benci seseorang menyentuh lehernya dengan cara seperti ini. Itu hanya akan membuatnya mengingat hal terburuk dalam hidupnya. "Kenapa gue harus jawab hal yang bukan urusan lo?" Melodi berusaha bertanya.
Beberapa saat Fara tidak segera menjawab. Gadis itu seperti sedang bergulat dengan batinnya. "Supaya gue tau, harus mempertahankan atau melepas Arka. Gue ... udah cukup hancur, dan jawaban lo akan jadi penentu. Apa setelah ini gue bakal lebih hancur atau sebaliknya."
Melodi kesulitan bernapas. Wajahnya sudah pucat pasi, sedangkan tubuhnya tremor. Melodi tidak bisa bertahan lebih lama lagi dalam situasi ini. Kenangan buruk tentang kematian ibunya berkeliaran memenuhi ingatannya, lebih dari menyiksa.
"Tolong jawab, Melodi," pinta Fara dengan lirih.
Samar-samar Melodi mengangguk. "Ya, gue suka sama Arka," lirih Melodi.
Bersamaan dengan ucapan Melodi yang berakhir, Arka datang dan menepis bahu Fara agar menjauh darinya. Melodi meluruh dan jatuh terduduk.
"Apa yang lo lakuin, Far?" tanya Arka, marah.
Fara hanya diam sembari memandang bagaimana kini Arka begitu mengkhawatirkan Melodi. Melodi menyukai Arka, dan hal yang sama bisa ia lihat dari sikap pria itu. Fara melangkah mundur dan keluar dari kamar Melodi.
"Mel, lo kenapa?" tanya Arka dengan panik.
Melodi menghirup oksigen sebanyak mungkin dan mulai mengatur napasnya. "Mama .., " lirih Melodi.
"Mel! Lo harus sadar!"
"Mama enggak bisa napas," racau Melodi. Gadis itu menatap sekitarnya dengan linglung. Tangannya yang digenggam Arka beberapa kali dilepaskannya. "Kenapa dia lakuin itu ke Mama?"
Arka bisa merasakan tremor hebat di tubuh Melodi, dan pucatnya wajah gadis itu membuatnya khawatir.
"Mel tenang, atur napasnya," ujar Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
ChickLit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...