Membukakan pintu mobil untuk Melodi, Arka segera membawanya masuk ke dalam rumah yang langsung disambut hangat oleh Elina. Sebelum datang, Arka memang lebih dulu mengabarinya.
Arka tersenyum kecil pada Elina. "Bun, sama Melodi bentar. Arka mau ke kamar mandi." Arka melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Elina.
"Kenapa dia buru-buru banget?" Elina menatap heran Arka yang berlarian ke kamar mandi di kamarnya.
"Mual," sahut Melodi membuat Elina menoleh cepat.
"Mual kenapa?"
"Karena ini." Melodi menunjukkan kantung plastik besar dan juga berat dalam dekapannya. "Ikannya Melodi."
Elina tertawa kecil. Pantas saja Arka mual, ternyata karena ikan. "Arka itu memang anti sama bau ikan, Melodi. Ini ikannya mau diapain?"
"Melodi mau makan ikan, tapi enggak bisa masak."
"Bunda masakin, ya?" tawar Elina.
Seketika senyum lebar merekah di bibir Melodi. "Beneran, Bunda?"
"Iya, mau ikut bantuin Bunda masak juga?"
Kepala Melodi mengangguk cepat. Ia menjawab antusias, "Mau, Bunda Elin."
Elina membawa Melodi ke dapur. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Selama Elina membuat bumbu, Melodi bertugas mencuci ikan nila merah yang sudah ada dalam guyuran air keran.
Melodi mengamati ikan tersebut dengan saksama. Sesekali memainkan ekornya hingga kemudian ia teringat akan pertanyaan yang hendak ia tanya kepada Elina.
Melodi menoleh ke belakang meski yang terlihat hanya punggung Elina. "Bunda," panggil Melodi. "Melodi mau tanya, boleh?"
"Boleh, mau tanya apa?"
Melodi mengulum bibirnya. Sedang mencari kata yang cocok. "Bunda, kenapa kalo ikan mati matanya tetep melek?"
***
"Arkana sini, deh." Melodi melambaikan tangan meminta Arka segera mendekat.
Arka baru saja dari kamarnya. Niatnya tadi hanya mencuci muka, tetapi karena gerah sekalian saja berendam sampai ketiduran.
Arka berjalan ke arah Melodi yang berdiri di ruang makan bersama Elina. "Kenapa?"
Melodi menggiring Arka untuk duduk. "Gue masakin ikan buat lo. Cicipin, deh, pasti enak." Melodi memperlihatkan beberapa masakannya. "Ini gue sama Bunda yang masak. Karena gue udah capek berkeringat sampe adu argumen tentang kenapa ikan kalo mati matanya tetep melek sama Bunda, lo harus cicipin."
Arka menatap horor potongan ikan nila goreng yang ada di hadapannya. "Gue enggak suka ikan."
Melodi mendengkus. "Tuti. Gue enggak percaya."
"Apa itu tuti?"
"Tukang tipu," kata Melodi.
Arka memutar mata. "Gue enggak bohong."
Melodi menusukan potongan ikan nila merah goreng dengan garpu. "Makan, lo harus kasih nilai biar bisa nentuin yang menang, gue atau Bunda."
"Mel, gue enggak suka ikan, gue alergi."
"Lo mau nipu lagi?"
"Melodi, Arka memang alergi sama ikan. Dia enggak bisa makan ikan."
Raut wajah Melodi berubah murung. Tangannya yang terulur memegang garpu perlahan mulai turun dan diletakan lagi di piring.
Arka yang melihat perubahan air muka Melodi, hatinya mendadak tidak tega. Arka meraih garpu itu lagi. "Sini, gue makan." Kemudian memakannya.
Elina memekik kaget. "Arka jangan makan itu!" Elina tahu persis Arka memiliki alergi ikan yang tidak bisa dikatakan sepele. Namun mengapa Arka dengan ringan memakan ikan itu tanpa melihat risiko ke depannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
ChickLit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...