Melodi menatap rumah besar namun terlihat sederhana dengan kagum. Ini kali pertama ia berkunjung ke rumah seseorang setelah selama ini dirawat di rumah sakit jiwa. Ini rumah Arka yang mana berarti juga milik dokter Wira.
Tangannya digenggam erat oleh Arka kemudian membawanya masuk ke dalam rumah. Langkahnya beriringan dengan dengan kaki panjang Arka juga dengan kegelisahan hatinya. Melodi menjadi gugup karena setelah sekian lama, ia kembali menjamah tempat bernama rumah. Meski ini bukan rumahnya tapi ia cukup senang.
"Bun," teriak Arka memanggil Bundanya setelah ia sampai di ruang tamu.
Sekilas Melodi mengamati interior rumah Arka. Rumah ini lebih banyak di dominasi warna putih dengan lantai bercorak kayu yang terlihat makin minimalis. Ada banyak figura yang terpanjang di dinding maupun bifet. Yang paling menarik di mata Melodi adalah figura besar di ruang keluarga yang dapat ia lihat. Figura tersebut berisi foto keluarga Arka.
"Eh? Siapa yang dateng ini?" sahut Elina ketika menuruni anak tangga, matanya melihat seorang gadis bersama Arka.
"Melodi, kan, Bunda yang suruh ajak ke sini," kata Arka pada Elina.
Melodi menoleh ke samping di mana Arka sekarang berdiri. Alisnya naik satu menandakan ia meminta penjelasan. Saat di perjalanan Arka memang memberi tahu ingin mengajaknya ke rumah pria itu, namun tidak dengan permintaan bundanya itu.
"Bunda mau bikin kue sama lo katanya," ucap Arka seolah mengerti kebingungan Melodi.
"Jadi ini ya yang namanya Melodi?" Elina terlihat antusias menghampiri Melodi. Bibir wanita itu terulas senyum.
Melodi hanya tersenyum kecil bingung harus bereaksi seperti apa. Namun hatinya tiba-tiba menghangat melihat bagaimana bundanya Arka ini menyambutnya dengan senyuman.
"Mel, ini bunda gue," ucap Arka mengenalkan Elina pada Melodi.
"Kabar kamu gimana?" tanya Elina pada Melodi. Wanita itu mengusap pelan lengan Melodi.
"Baik, bunda ..."
"Bunda Elin."
"Iya, Melodi baik, Bunda Elin," ucap Melodi mengulangi perkataanya.
Elina tersenyum melihat Melodi. Ia mengusap lembut kepala Melodi. Ternyata yang Wira katakan benar, Melodi secantik dan sepolos ini. Terlihat menggemaskan dengan rambut sebahunya.
"Bun, Arka mau ganti baju dulu," ujar Arka kemudian melenggang pergi ke kamarnya tanpa menunggu jawaban.
"Kamu suka kue?" tanya Elina pada Melodi yang kini mengangguk antusias.
Elina tersenyum kembali. "Hari ini Bunda mau bikin kue sama Arka, kamu mau ikut?"
"Emang boleh, Bunda Elin?" tanya Melodi pelan.
"Boleh dong. Ayo." Elina membawa Melodi menuju dapurnya.
***
"Dari tadi belum bikin?" tanya Arka.
"Ini mau bikin." Elina mengambil tepung untuk ditakar. "Kamu yang bikin kue ulang tahunnya ya, Bunda mau bikin cream brulee cake sama Melodi."
Arka mendengkus. "Tadi katanya Bunda yang mau bikin, kenapa sekarang jadi Arka sih?"
"Kan kamu yang jago bikin Arka," ucap Elina sambil menyolek lengan Arka.
"Emang siapa yang ulang tahun?" tanya Melodi tiba-tiba.
"Sha sama Ilo, sepupu Arka," jawab Elina. Tangannya masih sibuk menimbang.
Melodi hanya ber-oh ria. Ia masih berdiri diam di samping Elina, tidak tahu harus melakikan apa. Hanya memperhatikan gerakan wanita itu yang menakar berat tepung yang akan digunakan. Matanya bergulir menatap Arka yang sama sibuknya. Pria itu sedang memecahkan telur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
Chick-Lit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...