Bunglon.
Rupanya kata Bunglon adalah kata yang paling tepat untuk meringkas segala tingkah laku Melodi. Berubah-ubah tanpa terduga sesuai kondisi lingkungan di mana dia berada. Terkadang Melodi bukan tidak mau beradaptasi, melainkan memang tidak sadar diri. Seperti dalam film misteri, gadis itu tidak tahu kapan harus berteriak dan kapan harus diam. Semua ia lakukan apa adanya tetapi tetap saja terlihat seenaknya.
Sifat bandel yang ada pada Melodi kerap kali membuat orang bergeleng-geleng kepala. Tidak jarang juga membuat orang merasa gemas hingga ingin sekali memiting lehernya atau berakhir memaki. Akan tetapi, bila sudah melihat wajah lugunya mana ada orang yang tega melakukannya.
Seperti kejadian kemarin, Arka hanya bisa menghela nafas meski nafsu mengatainya sudah sangat meledak-ledak. Arka ingat betul kala itu saat ia hendak menuruni tangga, Melodi datang dengan tangis kencangnya. Menerjang dan memeluknya erat hingga pada akhirnya mengadu padanya kalau ia baru saja melihat setan.
Awalnya Arka terkejut dan hampir saja menganggap serius perkataan Melodi. Namun ketika gadis itu berkata bahwa setan yang dimaksud adalah Deva, Arka hanya tercengang di tempat. Pikirannya mendadak bubar entah bagaimana dan ke mana.
Arka tidak paham bagaimana bisa Melodi menyebut kakaknya adalah setan. Melodi hanya menangis kencang dan mengadukan hal lainnya lagi. Yang Arka bisa simpulkan, Melodi sudah memancing kemarahan Deva.
Dari yang Melodi adukan padanya dan konfirmasi Deva sendiri setelahnya, Arka bisa mengerti. Melodi memang banyak bertingkah. Memasuki dan mengacaukan kamar Deva adalah hal yang sangat berbahaya. Deva tidak senang bila kamarnya dimasuki oleh orang lain kecuali Elina. Apalagi jika dibuat berantakan. Arka tahu semarah apa Deva saat itu hingga membuat Melodi menangis.
Melodi berkata jika ia masuk ke kamar Deva karena ingin bermain dengan kucing, tetapi pada akhirnya ia justru memberantaki isi kamar. Melodi memang tidak bisa diberi tahu. Sebelumnya Arka sudah mengatakan agar tidak penasaran dengan kucing Deva, tetapi gadis itu seperti tidak peduli dengan apapun.
Siang ini, Arka baru saja kembali dari kampusnya. Niatnya ingin ikut ke indekosan Kevin bersama Micho tetapi Melodi lebih dulu menuntut perhatian. Di tangan kanan Arka sudah ada sebungkus bakso sesuai permintaan Melodi. Arka berjalan menyusuri koridor rumah sakit jiwa, lebih tepatnya di gedung VIP.
"MINGGIR!!!"
Langkah kaki Arka perlahan berubah pelan saat mendengar suara melengking seseorang yang ia kenal. Itu teriakan Melodi yang terdengar cukup keras. Arka segera melangkah dan berbelok. Saat itulah ia dapat melihat sosok Melodi sedang meluncur menggunakan sepatu roda dengan wajah panik.
Arka tidak tahu Melodi sedang kuwalahan hingga tidak bisa menghentikan laju sepatu rodanya atau karena seseorang bertubuh besar yang kini sedang menghadang jalannya. Orang berkulit kecokelatan itu berdiri di tengah koridor yang menjadi lintasan bagi Melodi.
"Minggir lo buntelan kaos kaki!" Melodi kembali berteriak kencang.
Arka yang berdiri tak jauh di belakang orang itu mendadak gelagapan. Bukan takut orang berbadan besar itu akan terjungkal, melainkan ia khawatir Melodi yang justru terpental jauh mengingat porsi tubuh mereka berbeda jauh.
Ketika Melodi sudah semakin dekat, Arka tidak bisa menahan kekesalan pada orang yang Melodi sebut buntelan kaos kaki ini karena tidak kunjung beranjak. Akhirnya dengan secepat yang ia bisa, kantung kresek berisi bakso itu ia letakan di salah satu kursi yang terdapat di sepanjang koridor. Arka berlari cepat ke depan orang itu dan menghadang Melodi dengan merentangkan kedua tangannya.
"Awas obat kaki!" teriak Melodi semakin keras. Tangannya mengibas ke depan supaya Arka segera beranjak. Namun pria itu tetap berdiri di depan sana.
BRUK
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
ChickLit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...