Setelah beberapa hari melaksanakan ujian, Arka kembali menjalankan tugasnya di rumah sakit jiwa ayahnya. Kakinya melangkah ringan menelusuri koridor. Dulu ketika ia baru pertama kali menjadi perawat, langkahnya sangat berat. Seperti ada yang menahan kakinya. Namun kali ini berbeda.
Arka menjadi bersemangat ingin bertemu dengan Melodi. Ah rasanya sudah lama sekali. Selama sepuluh hari ini, Arka seperti terisolasi. Harinya menjadi kurang menarik tanpa kekonyolan Melodi.
Sampai di depan kamar Melodi, Arka melihat Aditya baru saja keluar dari kamar gadis itu. Tangannya mendorong troli pengangkut makanan.
"Mas," sapa Arka sambil sambil mengangkat tangan kanannya.
"Habis ngapain?" tanya Arka setelahnya.
Aditya menunjuk makanan di depannya dengan dagu. "Anter sarapan. Lo udah mulai magang lagi?"
Arka mengangguk. "Ujian gue baru selesai kemarin."
"Melodi di dalem, masuk aja. Gue mau ke kamar pasien lain," ucap Aditya kemudian melenggang pergi.
Arka masuk ke dalam kamar Melodi. Ia kira gadis itu masih tidur ternyata sudah bangun. Duduk membelakanginya di kursi depan meja. Kepalanya menduduk entah sedang melakukan apa.
Piyama merah muda Melodi membuatnya sempat tertawa kecil. Piyama itu membuat Melodi semakin terlihat lucu. Rambutnya juga masih berantakan. Mungkin baru saja bangun tidur.
"Hei!" bisik Arka bersamaan dengan tepukan tangannya di bahu Melodi. Arka bersandar di pinggir meja. Kedua tangannya menyilang di depan dada. "Gue baru tau lo jago gambar.""Lo gambarin siapa?" tanya Arka. Setelah mengamati sebentar, Arka baru menyadari lukisan itu berisi seorang perempuan yang memeluk anak kecil.
"Mama," jawab Melodi singkat.
"Terus anak kecilnya? Elo?"
"Hm."
Arka mengangguk mengerti. Ia kembali bertanya. "Kenapa tiba-tiba gambar mama lo?"
Melodi menghentikan gerakan tangannya. Terdiam sebentar sebelum akhirnya kembali mengarsir bagian rambut. "Karena Odi mimpiin mama."
"Jadi kalo lo mimpi mama lo, terus lo gambar gitu?" tebak Arka pada Melodi yang hanya membalas dengan gumaman.
Arka berdecak. Ia mulai menyadari sesuatu yang berbeda dari Melodi. "Lo kok jadi hemat kata sih? Ketus lagi."
"Males aja," balas Melodi.
"Dih sok pake alasan males, biasanya juga banyak omong."
Melodi masih terus berkutat dengan pensil dan buku gambarnya. Ia sama sekali tidak menoleh atau melirik Arka di samping. "Terserah Odi."
"Lo marah?" tanya Arka.
Melodi diam, membuat Arka kembali mengulang pertanyaannya. "Gue tanya lo marah?"
"Kenapa harus marah?" Melodi balik bertanya.
"Kalo lo gak marah kenapa ketus gitu ngomongnya? Lo juga gak liat gue kalo ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
Chick-Lit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...