25. Ungkapan Tersembunyi

10.3K 1.2K 72
                                    

Rupanya ungkapan sudah jatuh tertimpa tangga sangat cocok untuk mengatai Arka.  Sudah kepanasan ditambah pegal di bahunya semakin terasa menyiksa karena harus menahan bobot tubuh seseorang. Bila hari ini ada orang yang mendapat sial mungkin bisa jadi Arka jauh lebih sial.

"Gue capek."

Arka mendongakkan kepala untuk menatap Melodi yang berdiri di atas bahunya. "Gue yang capek, woi!" ungkap Arka keras.

Siang-siang seperti ini, Melodi dengan gaya penjajah meminta Arka untuk menemaninya memetik jambu biji. Katanya dia sedang ingin makan jambu. Tetapi anehnya, Melodi ingin memetik dengan tangannya sendiri.

Arka tidak tahu di mana letak dan penyebab Melodi lelah. Padahal bila di lihat secara kasar, Arkalah yang paling lelah karena harus berdiri sembari menopang tubuh Melodi. Namun gadis itu malah dengan gampangnya ikut mengeluh.

"Tangan Odi gak nyampe, capek," keluh Melodi lagi.

Arka mencibir. "Lagian ngapain sih lo pake manjat segala? Pake tongkat atau tangga kan bisa," ujar Arka.

Arka juga tidak mengerti mengapa Melodi bersikeras tidak mau menggunakan dua benda yang tadi ia sebutkan. Melodi justru dengan kekeh ingin manjat tetapi tidak bisa karena tangan dan kakinya yang terdapat luka. Alhasil, bahu Arka yang menjadi korban sendal kelinci Melodi.

"Odi maunya makan jambu langsung dari sumbernya, pake tangan sendiri biar gak kena kuman apalagi lo," balas Melodi menatap sinis Arka.

"Baik-baik mulut lo kalo ngomong," kata Arka. "Lagian pake cara yang gampang juga ada, lo malah milih yang ribet, kaya orang mau nikahan."

Melodi kembali mengulurkan tangan untuk dapat menggapai jambu biji yang ia inginkan. "Lo udah mau nikah?" tanya Melodi.

Arka memutar mata. "Enggak nyambung, pea," ucapnya. Kaki Arka menggaruk sebelah kakinya yang gatal karena digigit nyamuk. Ia mendongakkan kepala lagi. "Lo lama banget sih-"

Perkataan Arka terjeda saat melihat Melodi dengan santainya memakan jambu. Tidak mempedulikan Arka yang sudah gosong karena kepanasan. "Mel?"

"Hm?"

"Lo mau bikin gue gosong ya?" tanya Arka.

Melodi terhenyak. Ia menunduk untuk menatap Arka. "Enggak, kan lo emang udah gosong dari dulu. Lo punya cita-cita jadi arang?" ujar Melodi.

Arka menggeram pelan. Ia menatap Melodi penuh kekesalan yang berusaha ia tahan. "Lo udah dapet jambunya, sekarang turun! Gue capek," ujar Arka.

Melodi menggeleng cepat. Satu tangannya memeluk dahan pohon dengan erat. Niatnya ingin berjaga-jaga kalau saja Arka tidak mau lagi menopang tubuhnya. "Enggak. Makan jambu dari sumbernya lebih enak," kata Melodi semakin semena-mena. Ia melanjutkan menggigit jambunya.

Di bawah sana Arka mendidih. Matanya menyala-nyala menatap Melodi. "Turun! Lo yang enak makan, gue yang gak enak nahan berat. Turun gak lo?!" kata Arka dengan tegas. Tidak ada kelembutan dalam nada ucapannya.

"Sukurin siapa suruh mau," ujar Melodi.

"Lo yang suruh dan maksa gue, bego!" balas Arka, ngegas.

"Berisik banget sih lo!" Melodi melempar jambu biji di tangannya yang tinggal setengah ke arah Arka dengan kuat.

"Akh!" Arka mengerang kesakitan saat jambu biji itu mendarat tepat di keningnya karena saat itu ia dalam posisi mendongak. Ia memejamkan matanya menahan nyeri yang semakin berdenyut.

Arka menurunkan paksa Melodi. Lantas ia mengusap keningnya yang memerah dengan pelan, sementara Melodi beralih duduk di pinggir kolam ikan yang ada di samping pohon jambu.

Love in PsychiatricalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang