"Tukang dagangnya mana? Katanya waktu itu lo mau bawa sekalian?" —pasiennya.
"Mampus lo, Ar!" —babunya.
***
"Ada tas brand terbaru yang kemarin baru aja keluar. Aku mau tas itu, Sayang."Arka tidak bicara selama beberapa saat. Saat ini dia dan Fara—pacarnya ada di sebuah kafe. Arka bingung harus menanggapinya bagaimana. Masalahnya uang Arka sudah ludes, hanya tersisa uang jajan saja. Terakhir kali uang yang diberi ayahnya dia gunakan untuk membelikan Fara ponsel terbaru yang harganya cukup menguras dompet.
"Sayang, aku belum bisa turutin kemauan kamu."
"Kenapa? Kamu enggak mau, ya?"
Arka menggeleng cepat. "Bukan. Bukan gitu. Aku pasti bakal beliin tas itu buat kamu, cuma enggak sekarang."
"Memangnya kenapa?"
Arka menjawab ragu, "Aku ... aku lagi dihukum ayah. Jadi, ayah enggak kasih. Kamu ngerti, kan, maksud aku?"
Fara mengernyit. "Dihukum? Memang kamu ngapain?"
Dihukum karena kamu habisin uang aku, Fara. Alih-alih mengatakan itu, yang keluar dari mulutnya hanya, "Biasa, masalah kuliah."
Fara hanya mengangguk-anggukan kepala, mengerti. Arka sedikit lega karena Fara tidak bertanya lagi. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari Aditya.
Gue tau kemarin malem lo kabur.
Pasien lo lagi berantem.
Samperin dia sekarang atau
gue laporin ke bokap lo!***
Arka menuju kamar yang berada di ujung yang terdengar gaduh. Benar saja. Beberapa pasien lain yang berkumpul di kamar ini. Wajah mereka sudah dipenuhi make up yang berantakan. Matanya terfokus pada Melodi yang sedang saling beradu dengan gadis lain. Wajah Melodi juga sama berantakannya dengan yang lain.
"Lihat! Odi jadi jelek kayak Elsa! Odi mau Joker kayak Gibran!" Melodi menunjuk pria yang wajahnya sudah seperti Joker gadungan di pojok kamar. "Odi enggak suka Elsa! Sekarang Odi jadi jelek gara-gara lo Salsa!"
Arka bergerak maju untuk memisahkan mereka supaya tidak semakin parah. Dia berusaha menarik Melodi meski beberapa kali terkena cakaran dari dua orang tersebut.
Begitu Melodi terlepas dia segera membopongnya seperti karung beras. Melodi memberontak dan terus menyerukan kata turun, tetapi sama sekali tidak digubris. Arka membawa Melodi ke dalam kamarnya sendiri. Sebelum menurunkannya, Arka mengunci pintu lalu memasukkan kunci ke dalam saku celananya.
Melodi berlari ke arah pintu lagi. Menggedor-gedor pintu seraya berteriak. Berharap pintu itu terbuka. Sementara Arka hanya berdiri di belakang Melodi, bertolak pinggang sambil memandangi tingkah konyolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
Literatura Feminina[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...