Arka sedang berada di sebuah kafe yang menjual lebih banyak jenis kopi. Ruangannya ditata dengan minimalis dan kekinian, membuat pengunjung betah berlama-lama apalagi dengan adanya wifi gratis. Seperti Arka yang kini juga memanfaatkan fasilitas kafe ini.
"Maaf terlambat, masih ada perkerjaan yang harus diselesaikan."
Arka mengangkat wajah dari ponselnya. Ia mendapati sosok Abhi yang duduk di bangku depannya. Arka memilih bertemu dengan Abhi setelah menyalin nomernya dari ponsel Melodi. Saat itu yang Arka lihat hanya ada tiga nomer yang terdaftar dalam kontak gadis itu. Arkana obat kaki, Om Manyun, dan Papa Wira. Itu nama yang tertera dalam ponsel Melodi.
Arka mengulas senyum kecil. "Enggak apa Om, saya juga sambil numpang wifi," ujar Arka sembari menunjukan ponselnya yang menyala.
"Jangan bicara formal, Arka. Santai saja," ucap Abhi.
Arka mengangguk. Tangannya meraih cangkir kopi untuk diminum sedikit. "Mau pesan, Om?" tanya Arka menawari.
Abhi tersenyum kecil kemudian tangannya terangkat untuk memanggil pelayan, memesan, dan kembali fokus pada Arka.
"Jadi ada apa, Arka?"Arka berdeham sebelum mulai bicara. "Arka mau tanya sama Om Abhi. Ini tentang Melodi."
Dua alis Abhi terangkat. "Kenapa kamu ingin tau tentang Melodi? Untuk apa?"
Abhi bukan tipe orang yang bisa membocorkan hal pribadi seseorang. Terlebih ini menyangkut Melodi. Anak atasannya yang sudah sangat dekat dengannya.
Arka mengambil nafas sebelum kemudian dihelanya. "Karena Arka perawatnya, anggap aja Arka psikiaternya. Untuk bikin Melodi sembuh Arka harus tau gimana masa lalu dia, sedangkan dia sama sekali gak cerita, Om."
Kepala Abhi mengangguk-angguk. Apa yang dikatakan Arka memang benar. Melodi memang menjadi semakin tertutup. Kepadanya saja dia terkadang masih enggan, bagaimana bila dengan Arka?
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Abhi pada Arka.
Arka menaruh kedua tangannya di atas meja. Menatap Abhi dengan serius. "Om, Mamanya Melodi udah meninggal. Bener?"
Abhi mengangguk dua kali. "Iya."
"Karena sakit?" tanya Arka ingin memastikan.
Dari kejadian di rumah sakit saat Melodi menangis karena Elina sakit, Arka bisa menyimpulkan hal itu. Melodi seolah meminta Elina untuk tidak sakit agar tidak berakhir seperti ibunya.
Mata Arka memperhatikan Abhi yang tidak langsung menjawab. Pria itu terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab. "Iya."
"Kenapa Om jawabnya lama? Kayak mikir dulu," ujar Arka.
Mata Arka memicing. Semakin menatap Abhi dengan lebih serius. Dari raut wajah Abhi yang tenang, Arka bisa menangkap ada hal lain yang tidak disuarakan oleh pria itu.
"Ada hal lain yang Om sembunyiin?"
Ingatan Arka kembali lagi pada kejadian kemarin di rumah sakit. Saat Melodi menangis, meraung, dan terus bergumam.
Bunda jangan sakit nanti ada yang jahat sama Bunda.
Hal itu yang paling Arka ingat dan menjadi pertanyaan dalam benaknya. Mengenai maksud dari kalimat yang diutarakan Melodi kala itu.
"Apa maksudnya?" tanya Abhi.
"Om yakin Mamanya Melodi meninggal emang karena sakit? Bukan karena ada campur tangan orang lain?" ujar Arka.
Abhi terkesiap begitu mendengar perkataan Arka. "Kamu?"
Kepala Arka mengangguk dua kali. Ia mengerti apa yang menjadi keterkejutan Abhi. "Iya, Arka tau, dari hasil simpulin perkataan Melodi. Bukan dia yang suka rela cerita. Jadi bener?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Psychiatrical
ChickLit[ TAMAT | PROSES REVISI ] "Lo itu cewek paling sinting yang pernah gue temui dan kewarasan lo adalah kegilaan yang selalu gue cari sampai mati." Kebiasaan buruk menghambur-hamburkan uang membuat seorang Arkana Elfreda mendapat hukuman dari sang aya...