11. HiBaDiMi

13.2K 1.3K 65
                                    

"Hibadimi?" —Aditya.

"Hilang bak ditelan bumi." —Odi.

***

Manusia itu terkadang memang seharum bunga dan sebusuk bangkai. Semanis cokelat dan sepahit obat. Datangnya mengobati namun perginya juga melukai.

Begitulah Arka dalam pandangan Melodi.

Semua yang pria itu kemarin katakan rasanya hanya omong kosong belaka. Nyatanya, ini sudah hari ketiga dia tidak menampakkan diri di hadapannya. Tidak merawatnya apalagi menemaninya seperti yang dia katakan sewaktu di pantai.

Sudah tiga hari ini pula, setiap pagi Melodi hanya terduduk lesu di atas tempat tidurnya. Memandang pintu kamarnya berharap segera dibuka dengan orang yang dia tunggu sebagai pelakunya. Melodi tidak mengerti. Mengapa sejak menghilangnya Arka dari jangkauan matanya, hari-hari yang dia jalani terasa membosankan?

Memang hidupnya sudah membosankan sedari dulu. Namun dia tidak pernah menduga akan lebih membosankan bila tidak ada Arka di sampingnya. Biasanya jika ada Arka, setidaknya ada sesuatu yang bisa dia debat dengannya. Biasanya pula, pria itu selalu mengomentari hal yang dia lakukan.

Sekarang semua terasa kembali seperti semula. Hidupnya yang serba monoton, membosankan, dan kelabu. Melodi seperti kembali berkubang dalam genangan lumpur pekat yang bau dan menjijikan.

Helaan napas berkali-kali terdengar. Bahunya merosot ke bawah. Rambutnya berantakan. Lingkaran hitam di bawah matanya juga amat ketara. Dilihat dari sisi manapun, Melodi sudah seperti tidak ada nyawa.

Pintu kamarnya terbuka, lantas membuat Melodi segera menolehkan wajah. Memperlihatkan senyum yang sudah lama ingin dia berikan padanya. Namun lagi-lagi dia ditampar kenyataan pahit bahwa yang baru saja membuka pintu bukanlah Arka, melainkan Aditya.

Senyumnya luntur bersamaan dengan hatinya yang kembali menggerutu. Dia mengalihkan pandangan dari pria yang tingginya menjulang. Berlama-lama melihat Aditya membuatnya ingin muntah.

Melodi kembali merenung. Mengingat kembali kejadian di pantai saat itu. Dia tidak mengerti mengapa Arka menghilang. Di benaknya ada banyak dugaan negatif yang membuatnya kembali merasa was-was.

Apa Arka mati? Apa Arka tidak jadi menjadi temannya? Apa Arka membencinya? Apa Arka dendam padanya? Apa Arka muak dengannya? Atau apa Arka marah karena permintaannya kemarin tidak dia tanggapi bahkan dengan anggukan sekalipun?

Kalau itu yang menjadi penyebab pria itu marah lalu pergi meninggalkannya, maka saat ini juga Melodi ingin mengangguk.

"Odi ngapain ngangguk-ngangguk gitu?"

Love in PsychiatricalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang