part 20

6K 286 4
                                    

Pasukan pedang pora telah dipersiapkan untuk memulai menghunus pedang nya. Secara perlahan pedang pora mulai terangkat, dan mempelai pun berjalan pelan tapi pasti dibawah pedang tersebut.

Suara tambur pun mengiri Bang Bhara dan mbak Kinta yang tengah melewati deretan pedang itu, diikuti oleh pasukan pedang pora yang berjalan tegap dibelakangnya.

Kemudian pasukan pedang pora membentuk formasi lingkaran mengelilingi bang Bhara dan Mbak Kinta sembari menghunuskan pedang ke atas hingga seolah olah membentuk payung.

Dari awal tradisi pedang pora dimulai sekujur tubuhku merinding, dan berandai andai aku sendiri yang berjalan diantara pedang itu.

Aku memang merasa sangat senang karena abangku telah memiliki pasangan hidup seperti mbak Kinta. Tapi disatu sisi lain aku memikirkan kesedihanku atas kejadian semalam.

Setelah berfoto dengan pasukan pedang pora di atas pelaminan. Bang Bhara memberi kode agar aku menghampirinya. Dan aku pun berjalan menghapiri.

"Nyanyi dong, buat abangmu dan  kakak iparmu ini". Bisik bang bara ditelingaku.

"Nggak ah, lagi gak mood buat nyanyi". Tolakku.

"Ayo lah, suara kamu kan bagus. Nyanyi gih. Noh ada alif juga duet aja sana". Bujuknya sembari memanggil alif dari jarak yang sedikit jauh.

"Lain kali aja deh". Ucapku.

"Lain kali? Gue nikah cuman sekali cil. Kapan lagi coba". Ujar bang bhara.

"Ada apa bang?". Tanya Alif.

"Duet gih sama cilvia! Biar gue makin bahagia". Suruh bang bhara.

"Haha, oke sip. Ayo cil". Ajak alif.

"Heh, ini kepaksa loh". Ucapku mengikuti alif.

Aku dan Alif pun nyanyi duet acoustic dengan membawakan lagu TANGGA yang berjudul tak kemana mana.

Satu persatu Alif memetik senar gitar yang terdengar halus. Ia pun mulai menyanyi.

Awal cerita yang selalu bahagia...
Adalah skenario yang ditawarkan cinta...
Namun hanya tuhan yang tau kemana..
Perjalanan ini kan bermuara nantinya...

Kita sedang bahagia...
Jangan buang waktu menerka nerka akhirnya...
Tenang aku disini...
Slama kau disisi aku berjanji tak kemana mana...

Lagu pun selesai, ya sepertinya suara ku tadi masih bagus lah untuk di dengar. Walaupun tadi aku menyanyi dengan terpaksa.

Saat aku kembali ketempat duduk ku yang tadi dan diikuti Alif. Aku diam mematung melihat seorang lelaki yang memakai jas casual tanpa dasi, orang itu berjalan kearahku.

"Cilvia!". Panggilnya.

"Siap! lettu Revin". Hormatku padanya.

Ia menghembuskan nafas dengan kasar. "Tidak usah terlalu formal!". Sentaknya pelan.

"Siap salah! Memang sudah menjadi kebiasaan tor!". Jawabku.

"Cil, plis lah. Aku harus--".

"Mohon ijin. Saya harus ke belakang. Ada urusan". Potongku, langsung hormat dan pergi ke belakang.

Di belakang gedung, aku baru sadar Alif masih tetap mengikutiku.

"Kenapa lo gak dengerin penjelansannya dulu". Tanya Alif.

Aku mengangkat kedua pundakku. "Males aja yang mau dengerin omong kosongnya".

"Jangan gitu lah, seharusnya lo dengerin dulu lah. Kita sebagai manus--".

"Shuut". Ucapku memotong perkataannya dengan jari telunjuk di depan mulutnya agak sedikit jauh. "Kalo lo mau ceramah dimasjid aja sono". Lanjutku.

"Iye udah, gak jadi". Ucap Alif dengan wajah merengut.

_____

(Tiga bulan kemudian)

Acara malam penghantar tugas (MPT) tiba, beberapa hari lagi para taruna tingkat 4 akan melaksanakan praspa tidak hanya dari matra laut matra lain seperti darat laut, bahkan kepolisian juga akan melaksanakan praspa . Senang rasanya aku akan lulus dan cita cita yang kuimpikan akan tercapai.

Acara MPT hapir mirip dengan acara cadet night, para cadet berkumpul untuk mengahabiskan waktu sebelum taruna tingkat 4 lulus.

Di acara MPT ini tak hanya taruna-taruni tingkat 4 saja, tapi juga taruna-taruni tingkat 2 dan 3.

Dan biasanya tiap acara acara cadet AAL keluarga asuhku menjadi band dadakan dan menghibur semua. Tapi kali ini tidak, malah keluarga asuh lain yang menggantikannya.

"Sudah lah, kita cuti dulu jadi band dadakannya. Ya kan suh". Ucap sermatutar Norman yang masih keluarga asuhku.

"Siap tor! Kita santai santai aja dulu nikmatin ini bersama". Jawab sermadatar Mia.

"Eh suh! Kau kenapa. Melamun saja kau. Kita harusnya senang senang ini". Ujar sermatutar Edi.

"Cilvia memang akhir akhir ini galau terus dia. Mungkin sedang memikirkan cintanya, ahaha". Celetuk sermatutar Norman.

"Siap salah suh! Tidak lah. Aku melamun hanya terbawa melodi lagu itu". Jawabku.

"Benar kau? Tak bohong?". Tanya sermatutar Norman. "Eh kalau kau ada masalah ceritalah sama kita, tak apa. Kita kan sudah seperti keluarga". Lanjutnya.

"Sudah lah aku kenal kalian. Kalau ku cerita yang ada aku diledekin kalian juga kan". Ucapku.

"Hehe, kita bukan ngeledek, kita itu menghibur. Ya kan benar kan". Ujar sermatutar Edi.

"Haa benar itu benar". Serentak jawab keluarga asuhku.

"Iya, menghibur diri kalian sendiri". Ujarku.

Acara MPT pun selesai. Para taruna dan taruni kembali ke asrama masing masing setelah apel malam dilaksanakan.

"Cil, btw gimana hubunganmu dengan lettu Revin?". Tanya gita sesampainnya di kamar.

Aku yang tengah merebah diri dikasur pun langsung duduk menghadap gita.

"Baru aja, aku mau istirahat bentar. Eh ditanyain tentang hubunganku dengan kak Revin". Ujarku lesu.

"Eh, emang kenapa? Udah putus". Tanya tanya lagi.

Dengan respon mataku membelalak saat mendengar kata putus. "Kamu doain aku putus sama kak Revin?". Tanyaku balik.

"Eh, bukan gitu. Ya kan kupikir".

"Ya, waktu itu hampir sih, aku nyebutin kalimat haram itu". Ucapku.

"Kalimat haram? Apa?". Tanya gita.

"Kalimat 'putus'". Jawabku.

"Kok bisa? Memang ada masalah?".

"Iya, sampe sekarang pun gitu. Jadi waktu itu....". Aku pun menjelaskan dan menceritakan kejadian tiga bulan yang lalu saat aku bertemu kak Revin di mall itu. Ya setidaknya setelah aku cerita dengan gita curhat lebih tepatnya. Aku merasa bebanku dan kesedihanku sedikit menghilang.

"Tapi sebaiknya kamu dengerin penjelasannya dulu cil". Saran Gita yang mirip dengan saran Alif.

"Belum bisa". Jawabku.

"Kenapa? Nunggu apa lagi. Memangnya kamu betah hubunganmu dengan lettu Revin ngegantung?". Ucap Gita lagi.

"Hmm iya sih. Memang aku sudah berniat untuk mendengarkan penjelasannya. Tapi saat aku ketemu sama dia. Niatku jadi hilang. Nyesek gitu rasanya". Jelasku.

"Ya kamu coba lagi. Biar semua masalahmu kelar. Kalo bisa sebelum praspa clear. Jadi pas praspa kamu makin bahagia juga kan". Ucap Gita menyemangati.






*****

Maaf baru bisa update.

Iya author tau kok kalo absurd, maaf ya guys:)

Tapi tetep jangan lupa tinggalin vomentnya ya.

Sahabat Hidup (Militer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang