haii!! happy sunday:)
Yapp, ternyata yang mengagetiku adalah letda Arka-- dia adalah teman se letting kak Revin, dan sermatutar Bagas-- dia adalah danyon di AAL ini sekaligus sepupu dari letda Arka. Mereka sama sama memiliki sifat yang konyol, bahkan mereka tidak malu melakukan hal konyol di depan umum.
"Ya ampun bang Arka sama bang Bagas toh, bikin kaget aja". Ucapku.
Bang Arka dan bang Bagas melipat tangannya ke dada, sambil senyum dan mengangkat - angkat alisnya secara bersama.
"Kita punya kejutan buat Cilvia!". Ucap mereka kompak.
"Kejutan apa?". Tanyaku.
Mereka saling bertatapan dan "Taraaaaaaaa". Yang sedari tadi posisi mereka berdempetan, sekarang mereka melangkahkan kakinya sehingga posisi mereka sedikit berjauhan.
Kagetnya lagi aku melihat kak Revin berdiri sambil memegang kue tart berukuran sedang dengan lilin bertulis angka 21.
"Happy birthday to you.. happy birthday to you.. Happy birthday happy birthday,, happy birtday Cilvia!". Kak Revin bernyanyi dengan suaranya yang merdu dan setelah bernyanyi ia menyodorkan kuenya untuk ku tiup.
Akupun meniupnya. " Makasih kak surprisenya". Aku tersenyum malu pada kak Revin.
"Iya sama sama". Ia membalas senyumku dengan tulus.
" Aiihhh, kau cuma bilang makasih sama Revin saja? Sama kita tidak". Ujar bang Arka dengan logat bataknya.
"Tau Cilvia nih, Masa iya cuma ucap terimakasi sama bang Revin saja kau? Tak ada niatan ucap sama kita?". Sambung bang Bagas yang sama dengan logat batak.
"Eumm, makasih ya semuanya udah sempetin ngasih kejutan buat saya, sekali lagi terimakasih". Ucapku lagi.
"Cil, aku mau bicara sama kamu, ikut aku bentar yuk". Kata kak Revin. "Ka, pegangin dulu lah kue nya ini". Lanjutnya sambil memberikan kuenya ke bang Arka.
"Weehh, enak betul sepertinya, boleh lah aku icip dikitkan". Kata bang Arka menatap kue.
"Jangan lah, itu punya Cilvia". Cegah kak Revin.
"Udah, gapapa, abisin aja sekalian bang!". Tawarku.
"Makasih makasih, rupanya kau tak pelit seperti si Revin ya. Hahaha". Tawa bang Arka sambil memotong dan langsung memakan kuenya.
"Ayo Cil! Ikut bentar". Kak Revin menarikku agak menjauh dari yang lain.
"Mau bicara apa ya kak?". Tanyaku.
Bukannya menjawab, kak Revin malah diam dan senyum melihatku.
"Ih, kenapa malah senyum sih kak? Bukannya jawab aja! Kebiasaan deh". Ucapku sedikit kesal.
"Akhirnya kamu bicaranya udah gak terlalu formal kayak kemaren kemaren, trus udah manggil aku kakak lagi bukan letnan, jadi seneng". Jawabnya cengengesan.
"Siap salah! Maaf saya lupa letnan". Ujarku mulai tegas.
"Hahaha, udah deh ya sermadatar Cilvia! Bicaranya biasa aja". Kak Revin tertawa.
"Hmm iya, kakak mau ngomong apa?".
"Yaudah sekarang mulai serius". Ucapnya sambil menarik nafas. "Oke, sekarang..". Ia terlihat mengambil sesuatu dari saku celananya. Dan lagi lagi ternyata dia mengambil dogtag yang dulu pernah aku pegang. Ia pun memegang kedua tanganku.
"Aku mau tanyain ini sekali lagi sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku? Maaf aku gak bisa seromantis cowo lain".
'Aduh gimana ini? Gue harus jawab apa? Jawab iya? Tapi bukannya dia udah punya calon? Apa gue jawab nggak aja ya? Tapi masa iya gue bohongin perasaan gue sendiri?.. Aduuh, jadi ini yang dimaksud Gita bakal ada yang dejavu itu gue'. Batinku bingung.
"Gimana jawaban kamu? Apapun pasti aku terima Cil!". Tanyanya lagi.
'Kak Revin nanya mulu deh, kayak dora:v . Gak liat gue lagi bingung apa?'.
"UDAH TERIMA AJA CIL!!". Pecah Gita.
Tanpa pikir panjang aku melepas genggaman kak Revin.
Kak Revin terlihat kaget. "Kamu nolak aku cil?". Tanyanya lagi dengan nada kecewa.
"Eh, bukan, aku gak bermaksud nolak kak tapi...". Jawabku belum selesai.
"Tapi apa? Pasti masalah Kania ya? Dia bilang kalo dia itu calon aku kan?".
"Iya, tapi bener kan? Kalo mbak Kania itu calonnya kak Revin?". Tanyaku ragu.
"Haduh, dia itu anak dari temen papa aku, kita memang sempet di jodohin, tapi karna aku gak mau ya udah gak ada lagi jodoh jodohan itu. Kamu percaya kan sama aku?". Ucapnya sambil menggenggam tanganku lagi.
Dan lagi lagi aku melepaskan genggamannya. "Kurang yakin, aku butuh bukti!". Ujarku mengarahkan pandangan ke arah lain.
"Kalo kamu butuh bukti, oke". Jawabnya.
"Kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati kau jad--". Aku menyubit perut kak Revin. Gimana gak kesel, minta bukti, malah dinyanyiin.
"Auuuu, kenapa dicubit?". Ia mengusap perutnya yang aku cubit tadi.
"Lagian sih, aku tuh minta bukti, bukan minta dinyanyiin lagu bukti".
"Hehe, iya iyaa maaf. Kalo kamu mau bukti, cuti akhir bulan ini aku bakal buktiin yang sejelas jelasnya. Kamu simpen dogtag ini lagi ya!".
"Emang aku tempat penitipan barang?". Ucapku bercanda.
"Emang iya, kamu tempat penitipan barang, sampe sampe barang aku ada yang ketinggalan di kamu kan?". Kata kak Revin sambil mengangkat satu alisnya.
"Emang barang apa yang ketinggalan di aku? Setau aku gak ada tuh".
Aku mengingat-ingat, memangnya apa barang milik kak Revin yang pernah ku pegang. Seingatku tidak ada, hanya saja dogtag ini dan bunga edelweis yang pernah ia kasih.
"Barang aku yang tertinggal itu.... Hati aku". Ucapnya sambil mendongakkan daguku dan tersenyum.
"Dih, gombal, sejak kapan letda laut Revino bisa romantis? Eh, sok romantis maksudku. Hehe". Aku menepis pelan tangannya.
'Bukan cuma hati kakak yang tertinggal di aku, akupun sebaliknya, sepertinya hati aku juga tertinggal dihati kakak. Dan entah sejak kapan itu.I've been in love with you, and hopefully you also feel the same'. Lirihku dalam batin.
*
Ceritanya tambah absurd gak? Maap deh kalo absurd.
Kalian jangan bosen buat baca kelanjutan cerita absurdku ini ya:v.Vote dan komen buat nambahin semangat author untuk ngelanjutin cerita😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romance*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?