Assalamualaikum semuanya.
Selamat menunaikan ibadah puasa ya bagi yang menjalankan.
Maaf author baru update sekarang. Dan makasih banyak untuk kalian yang tetap setia sama cerita sahabat hidup, buat kalian yang tetap suport juga makasih banyak ya.
Without you I cannot continue this story.HAPPY READING GUYS:)
"Kak Revin?" Ujarku dengan suara pelan dan nyaris tak terdengar.
Dia tersenyum tipis, sudah lama aku tidak melihat senyumnya. Namun ini berbeda, senyumnya tidak lagi sama, itulah yang kurasakan saat ini.
Aku pun tersadar dari lamunanku.
"Eh kak, silahkan masuk". Ucapku padanya.
"Emm, Riska". Katanya sambil menunjuk arah belakangnya menggunakan jari jempol.
'Kak Revin ngucapin kata Riska kok kayak orang gabisa ngomong r sih, kayak logat bule aja, aneh'. Aku membatin.
"Hey". Ucapnya sambil melambaikan tangannya di depan mukaku. Lagi lagi aku melamun.
"Oh iya, masuk aja dulu kak. Nunggu Riskanya di dalam aja".
Dia mengangguk dan mengikutiku masuk ke dalam rumah, aku menyuruhnya duduk di sofa.
"Siapa cil yang dat--" Tanya Alif yang tiba tiba muncul, Alif masih memegang spatula. Ia berdiri sambil terbengong menganga melihat siapa yang datang.
"Kak Revin lip". Jawabku pada Alif.
Alif menggeleng - gelengkan kepalanya. "Nggak cil, bukan". Ucapnya yang masih berdiri di tempatnya.
"Tapi ini jelas jelas ada di depan kita lip!". Bantahku.
Lagi lagi Alif menggeleng - gelengkan kepalanya. "Nggak, jelas jelas waktu pas akan dimakamin aku lihat dia cil, aku liat almarhum Revin dengan jelas saat itu". Alif pun tak kalah membantahku.
"Tapi lip--"
"Bukan cil! Kamu kan tau sendiri Revin udah mati". Alif memotong perkataanku dengan nada tinggi.
"Tapi kamu bisa liat sendiri kan yang ada di depan mata kita!". Aku pun tak kalah meneriakinya. Karena aku kesal dengan ucapannya yang bilang bahwa seseorang 'mati' bukan 'meninggal'.
"Maaf aku ngomong kasar tadi". Ucap Alif yang terlihat sangat menyesalinya.
"Aku juga minta maaf". Ucapku pada Alif.
"I'm not Revin". Kata Kak Revin yang tiba tiba memotong ucapanku.
Aku dan Alif sama sama menoleh kepadanya.
Kami bertiga terdiam.
"Dia emang bukan bang Revin". Kata seseorang tiba tiba, yang berdiri di ambang pintu.
Kami bertiga pun menoleh ke arah sumber suara.
"Eh maaf maaf, assalamualaikum". Riska yang masih berdiri di depan pintu mengucap salam sambil senyam senyum.
"Waalaikumsalam". Jawab kami bertiga.
"Masuk ris sini". Ucapku.
Riska pun masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di sebelah orang yang katanya bukan Revin ini.
"Permisi ya". Kata Riska."Iya iya silahkan" ucap Alif.
"Bener dia bukan Revin?". Tanyaku pada Riska.
"Bukan, dia kembaran bang Revin namanya Revan". Jawabku.
"Tapi dulu kak Revin kok gak pernah cerita ya kalo dia punya kembaran". Tanyaku lagi.
"Bang Revin juga gak tau kalo dia punya kembaran, kita semua gak ada yang tau. Papa sama mama nyembunyiin ini dari aku sama bang Revin. Jadi kakak mama kami nikah sama orang asli Amrik, dan udah bertahun tahun mereka belum punya anak, dan saat bang revin dan revan umur setahun, kakak mama mengangkat Revan sebagai anaknya. Mama dan papa pun setuju setuju aja, dengan syarat papa dan mama masih bisa sering ketemu Revan. Tapi baru setahun Revan di adopsi, tiba tiba mama denger kabar kalo tante pergi ke Amerika dengan membawa Revan tanpa sepengetahuan papa dan mama, dan papa mama memutuskan untuk gak ngasih tau ini ke aku dan bang revin. Setelah tante aku meninggal, papa angkat Revan nyeritain ini semua ke Revan. Dan Revan pun balik ke sini". Riska menjelaskan semuanya.
"Berarti dia selama ini tinggal di Amerika?". Tanya Alif.
"Iya". Jawab Riska.
"And, you can't speak indonesian bro?". Tanya Alif pada Revan.
"I understand what you guys are talking about. but I still find it hard to speak Indonesian fluently". Jawab Revan. "By the way i'm sorry". Lanjutnya.
"For what?". Tanyaku.
"I made you and he had--".
"No, no. Its okay. it's only a small debate". Jawab Alif memotong perkataan Revan.
"Ini bau apa ya?". Tanyaku.
"like the smell burnt". Kata Revan.
"Iya ini bau gosong loh". Kata Riska.
"Astaghfirullah, nasi goreng gua". Ucap Alif yang langsung berdiri dari duduknya dan langsung berlari ke dapur.
"Tunggu bentar ya". Ucapku pada Riska dan Revan.
Aku pun menyusul Alif ke dapur.
"Gosong lip nasi gorengnya?". Tanyaku pada Alif.
"Ini bukan nasi goreng lagi cil. Ganti jadi nasi bakar namanya". Jawab Alif.
"Coba coba liat". Aku meliat nasi berwarna hitam gosong di wajan. "Ini mah bukan nasi bakar, nasi kebakaran, hahaha". Lanjutku mengetawainya.
"Ini tadi gara gara fokus sama si revan revan itu nih jadi gosong kan. Aduh eman eman rek segone". Ucap Alif.
"Lah kok tiba tiba kamu medhok". Tanyaku pada Alif.
"Lah, kan kita emang udah jadi orang surabaya kan, sejak kita dinas di kota ini". Ucapnya.
"Kita? Nggak kamu aja, aku masih jadi orang jakarta, tempat kelahiranku." Sanggahku.
"Halah opo seh cil". Kata Alif.
"Udah udah aku mau bikin minum dulu tuh buat mereka". Ucapku.
"Yaudah aku mau pesen makanan aja ya. Eh aku beli mie ayam aja deh di depan". Kata Alif.
"Yaudah terserah kamu mah, aku gak peduli". Ucapku.
"Ih kok kamu gitu. Dasar ya jadi istri, tadi aja ga mau masak ke dapur. Istri macam apa". Ucap Alif.
Aku pun menoleh ke arahnya. "Kan tadi kamu yang nawarin diri buat masak. Aku megang air loh mau disiram?". Tanyaku sambil mengangkat botol yang aku pegang.
"Becanda cil kayak ga tau aku aja". Ucap alif sambil memukul lenganku.
"Wah mukulnya kenceng banget pak."
"Kan kamu kowal, jadi kebal dong". Katanya sambil mengangkat angkat alis.
"Kamu beneran mau disiram ya, gini gini aku juga cewek yang lemah gemulai bambank". Ucapku.
"Alif cil bukan bambank hahahah, udah udah itu ada tamu loh. Aku beli mie ayam dulu". Ucap Alif langsung pergi dari dapur.
"Jadi suami rese banget sih". Gumamku sambil menggeleng gelengkan kepala.
"Cil". Panggil Alif yang tiba tiba kembali lagi di dapur.
"Apa?". Aku pun menoleh untuk melihatnya.
Dia hanya tersenyun menunjukkan gigi giginya dan mengedipkan satu matanya kepadaku.
"Ih apaan sih lip gak jelas banget kamu tuh". Kataku yang geli melihat tingkahnya.
"Hahahah, assalamualaikum".
"Waalaikumsalam. Udah sana pergi masih aja berdiri di sana".
"Iyaiya yaampun". Ucapnya dan pergi.
***
Sekali lagi maaf ya author baru update kelanjutan ceritanya.
Dan author juga minta maaf (lagi) kalo ceritanya absurd huhu.Vote dan komennya jangan lupa ya guys. Makasih semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romance*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?