Masih pagi pagi subuh gini, hp ku sudah penuh dibanjiri notifikasi telpon, line, WA, dan juga pesan. Siapa lagi kalo bukan dari Kak Revin. Dan ditambah juga beberapa dari Alif.
Dan hp ku pun berdering lagi.
"Halo, assalamu'alaikum cil". Sapa kak Revin dari telpon.
"Hm. Wa'alaikumsalam". Jawabku.
"Kok, jawabnya gak semangat gitu? Oiya, Kamu tau nggak--". Ucapnya.
"Ya nggaklah, belom dikasih tau si". Potongku.
"Belom juga nerusin bicara".
"Yauda apa?".
"Emm, nanti aja deh. Kamu udah bangun tidur?".
"Yaudahla. Kalo aku masih tidur. Mana bisa ngangkat telpon. Gimana si".
"Ya sapa tau ngelindur. Udah sholat?".
"Udah". Cuekku.
"Udah mandi?".
"Udah".
"Udah siap siap mau dines pagi?".
"Udah".
"Udah maafin aku?".
"Ud... Belom lah". Ucapku tersadar.
"Yah.. Kok. Kan aku udah minta maaf sama Alif. Kita juga udah baikan".
"Masa?".
"Iyya bener. Semalem aku udah telpon Alif. Minta maaf baik baik". Jelasnya.
"Oh, gitu ya".
"Hah? Cuma bilang oh gitu ya?". Ucapnya meniruku. "Kamu gak mau maafin aku cil?". Lanjutnya.
"Tapi beneran kalian udah baikan?". Tanyaku.
"Bener. Sumpah. Kalo kamu gak percaya tanya aja sama Alif".
"Oke". Ucapku langsung menutup panggilan.
Dan menelepon Alif. Tak butuh waktu lama Alif langsung mengangkat telponku.
"Assalamu'alaikum cil? Apa kabar?".
"Wa'alaikumsalam. Baik". Jawabku. "Bener lo udah baikan sama kak Revin?". Tanyaku langsung.
"Iya. Semalem dia minta maaf sama aku. Tapi aku jadi makin bersalah. Padahal yang salah kan aku, Bukan Revin. Tapi malah dia yang minta maaf dulu". Jelas Alif. "Maafin aku juga ya cil soal waktu itu aku--". Lanjutnya.
"Iyaa, gue maafin lip". Ucapku. "Yaudah ya. Gue mau siap siap dines pagi".
"Oh, oke. Makasih ya cil". Aku pun menutup telpon.
2panggilan tak terjawab dari kak Revin.
'Eh,, gak sabaran banget sih'. Batinku.
Aku menelponnya balik.
"Halo. Gimana? Benerkan aku gak bohong? Bohong itu perkara haram bagi seorang prajurit TNI".
"Yayaya. Tapi kakak pernah bohong juga kan?".
"Masa sih? Kapan emangnya?".
"Itu, waktu kakak dijodohin sama... Sapa sih namanya aku juga belom kenal. Kakak bilangnya lagi sibuk latian, eh ternyata--".
"Udah ah. Jangan gitu cil, aku cuma khilaf waktu itu. Lagi bingung dan mendesak. Antara memilih kebahagian mama atau kebahagiaanmu". Ucapnya dengan nada lesu.
"Halah...".
"VC aja yuk. Aku pengen liat muka kamu". Ajaknya.
"Ngapain juga mau liat muka aku. Ntar naksir loh". Godaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romance*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?