part 32

5.2K 268 3
                                    

Cil, kenapa sih murung mulu pagi pagi gini? Biasanya juga kamu lari pagi". Tanya Alif yang melihatku duduk dikursi halaman depan rumah.

"Males aja lip". Jawabku.

"Tumben banget kamu pemales? Ayo mending kamu ikut aku". Ucapnya yang langsung menarikku.

"Eh eh, mau kemana lip?". Tanyaku.

"Pergi ke suatu tempat yang bisa bikin kamu ceria lagi". Ucapnya yang masih menarikku.

"Eh, bentar dulu lah. Aku mau ganti baju dl. Lagian juga belom mandi". Ucapku.

"Hah?". Alif melihat jam tangannya. "Ini udah setengah sembilan kamu masih belom mandi? Ih Cilvia jorok. Segitu malesnya cil? Sana mandi dulu! aku tungguin". Lanjutnya.

"Iya iya".

Aku pun masuk dan mandi terlebih dahulu. Dan kembali ke halaman depan rumahku.

"Udah?". Tanya Alif.

"Iya udah". Jawabnya.

"Cepet banget. Kamu gak mandi ya. Cuma cuci muka ya?". Tanyanya lagi.

"Ih, seudzon banget sih sama aku. Udah ayo berangkat". Ajakku.

Aku dan Alif pun memasuki mobil Alif, dan Alif melajukan mobilnya.

Ia memberhentikan mobilnya di warung kecil. "Kita makan dulu ya cil. Sekali kali diwarung gapapa lah". Ucapnya.

"Iya udah ayo". Kita memasuki warung itu.

"Lalapan ayamnya berapa buk?". Tanyaku.

"Dua puluh lima ribu". Jaeab si pemilik warung.

"Kalo nasi gorengnya berapa?". Tanyaku lagi.

"Kesini niat mau beli apa cuma nanya nanya neng? Kalo cuma mau nanya pergi aja". Ucap pemilik warung itu dengan nada sewot.

"Gaya oke, naik mobil. Ke warung cuma nanya nanya gak beli. Malu maluin". Lanjut si pemilik warung itu.

"Santai dong buk, gak usah nyolot. Cuma nanyak gini aja ngapain saya malu. Yang malu tuh kalo langsung pesen gak bisa bayar uangnya kurang". Ucapku dengan nada tinggi.

"Nengnya malu dikit lah, sok sok an naik mobil makan diwarung".

"Oh tambah panjang ya buk. Pantesan warungnya sepi gini. Tuh mulut ibuknya pedes banget". Ucapku makin keras.

"Gak usah pake teriak gitu neng. Malu". Ucap

"Apasih buk. Udah ayo lip kita makan di cafe biasa aja". Ucapku menekan kata 'cafe'. Sambil menarik Alif.

"Sabar dong cil". Ucap Alif.

"Lagian tu ibuk ibuk ya, udah ditanya baik baik malah nyolot. Nyebelin banget kan. Pantesan warungnya sepi, mulutnya aja begitu. Paling juga makanannya gak enak". Ocehku.

"Heh, udaah. Gak boleh gitu. Yaudah kita ke cafe biasa aja". Alif pun menancap gas.

Setelah dari cafe Alif mengajakku pergi entah kemana.

Dan ternyata ia membawaku ke sekolah taman kanak kanak.

Aku menatap TK itu setelah turun dari mobil.
"Ini kan sekolah aku dulu". Ucapku sambil melihat Alif di belakangku.

Alif tersenyum dan mengangguk. "Iya, masuk yuk". Ajaknya.

Kita pun masuk ke halaman TK itu.

"Cilvia! Sini deh". Panggil Alif yang menyuruhku duduk di ayunan.

Dan Alif juga duduk di ayunan sebelahku. Kita sama sama bermain ayunan. Semakin lama Alif mengayun dengan keras ayunan yang di dudukinya dan ia langsung loncat.

Sahabat Hidup (Militer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang