Cuti, hal yang ditunggu setelah sekian lama. Akhirnya aku bisa pulang kerumah untuk bertemu keluargaku di Jakarta. Kini aku dan Alif telah sampai di ibukota. Setelah landing kita langsung mencari taksi.
Dimusim penghujan ini Jakarta masih saja macet seperti biasa. Setelah sampai di depan halaman rumah. Aku menyerahkan selembar uang seratus ribu dan dua lembar uang lima puluh ribu kepada supir taksi.
"Biar aku aja cil". Ucap Alif menepis pelan tanganku.
Wangi tanah yang dibasahi oleh ribuan tetes air hujan merangsang indra penciumanku saat aku keluar dari taksi. Aku membuka bagasi untuk mengambil tas ranselku. Tapi lagi lagi itu diambil alih oleh Alif. Ya, ia merebut tas ranselku sehingga ia menggendong dua tas.
Aku berlari kecil untuk menghindari gerimis. Sesekali aku melompat untuk menghindari air yang tergenang sehabis hujan tadi. Karena aku berlari kecil untuk menghindari gerimis, sesekali sepatuku basah menginjak genangan air yang berwarna cokelat itu.
Sesampainya di depan pintu utama aku membuka sepatuku, setelah itu aku merogoh saku. Aku kesal karena tidak bisa menemukan apa yang kucari.
"Nih..". Ucap Alif sambil menyodorkan bungkusan tissue kecil.
Aku tersenyum padanya. "Makasih". Ucapku.
Ia meletakkan dua tas ransel itu di tembok dekat pintu utama.
Sementara aku sibuk mengetuk pintu rumah. Tak lama Aghin pun membukakan pintu.
"Kak cil! Udah lama banget sih kakak cilvia gak pulang,jadi kangen". Ucap Aghin memelukku.
"Iya ghin, kakak juga kangen. Maaf baru sempet pulang". Aku membalas pelukannya.
"Yaudah yuk masuk kak". Aghin melerai pelukan dan menarik tanganku.
"Masuk lip".Ajakku pada Alif.
Saat aku memasuki rumah aku melihat ayah, bunda,dan orang tua alif duduk disofa ruang tamu. Mereka melihat ke arahku sambil tersenyum. Akupun yang dilihat seperti itu merasa sedikit risih dan juga malu.
"wa'alaikum salam". Ucap mereka serempak. padahal aku tidak mengucap salam karena lupa.
"Eh, Assalamu'alaikum. Maaf cilvia lupa ucap salam". ucapku ssambil nyengir dan menggaruk tengkuk leherku yang tidak gatal itu.
"Kamu mah emang kebiasaan gitu cil". ucap bunda.
"Hehe". Sengirku. aku pun berjalan ke arah mereka sambil berurut mencium tangan mereka.
"Tante sama om udah dari tadi disini?". Tanyaku pada orang tua Alif.
"Ya, udah dari tadi cil". Ucap tante betari.
"Assalamu'alaikum". Ucap seseorang dari pintu, ya tentu saja itu Alif. Ia baru saja masuk mungkin tadi ia masih membuka sepatunya diluar. Alif masuk masih dengan menggendong dua tas ransel.
"Wa'alaikum salam". Ucap kami serentak sambil melihat ke arahnya.
"Cilvia, itu tas kamu kenapa Alif yang bawa, kasian loh kesusahan si Alif". ucap bunda.
"Eh iya bun, tadi Alif sendiri sih yang minta bawain tas aku". Ucapku menghampiri Alif dan mengambil tasku. "Makasih ya lip". Lanjutku pada alif.
Alif hanya tersenyum dan mengangguk. ia memberi tasku dan meletakkan tas miliknya dibawah. Kemudian ia mencium tangan orang tuanya dan orang tuaku pula.
"Cilvia mau masuk dulu ya mau naruh tas". ijinku.
"Habis itu kamu balik kesini lagi ya cil". ucap ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romansa*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?