Aku baru terbangun dari tidurku yang begitu lelap. Saat aku melihat jam yang berdetak, jarum jam masih menunjukkan pukul 1 dini hari.
Mumpung masih jam segitu aku memutuskan untuk solat tahajud. Sekalian juga untuk memperyakin pilihanku untuk lebih serius melanjutkan hubungan dengan Alif.
Baru saja aku beranjak dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, tiba tiba bel rumah berbunyi. Aku sangat bingung, siapa yang bertamu di jam segini.
Aku pun turun kebawah, sebelum membuka pintu aku mengintip terlebih dulu lewat jendela. Terlihat seorang lelaki yang memakai baju pdl dan baret ungunya itu membelakangi pintu. Aku membuka pintu perlahan.
Saat orang itu membalikkan badannya dan melemparkan senyum yang begitu manis padaku, aku sangat kaget dan tak percaya.
"Cilvia". Ucap lelaki itu masih dengan senyuman yang sama.
"K k kak re vin". Aku sangat susah menyebut namanya saat itu.
Ia masih saja tersenyum. Sambil mengangguk perlahan.
"Kakak kok bisa disini? Bukannya kak revin udah--".
"Shyuuut". Ia mendekat dan menempelkan jari telunjuknya dibibirku.
"Aku udah pernah janji sama kamu kan, aku pernah janji gak akan ninggalin kamu cil, kamu masih ingat?". Ucapnya yang telunjuknya masih menempel dibibirku dan tangan yang satunya lagi memegang pundakku.
Aku mendengarkan ucapannya itu hanya mengangguk.
"Tapi maaf Aku ingkar. Aku rela kamu sama siapa saja asal dia baik sama kamu. Aku ikhlas kamu sama Alif, malah aku akan bahagia kalau melihat kamu hidup bahagia dengan Alif". Lanjutnya langsung memelukku.
Tak lama ia melerai pelukan dan pergi menjauh dari hadapanku.
"Kakak mau kemana kaakk!". Teriakku. Tapi tetap saja ia pergi berlari sampai aku tak melihat punggungnya lagi.
....
"Cilvia!!". Panggil bunda.
"Cil! Hei bangun cil". Bunda membangunkanku.
Ternyata itu mimpi.. Tapi itu terasa seperti kenyataan.
"Cil, kamu kenapa sih pake teriak teriak gitu? Terus kamu keringetan gini. Kamu bangun tidur apa habis lari maraton sih?". Tanya bunda.
"Bun, cilvia mimpi kak revin". Jawabku.
"Kak revin meluk aku bun, dia---"
"Huusst, revin udah gak ada cil. Lagian mimpi itu kan bunga tidur". Potong bunda.
"Tapi bun, ini kayak kenyataan. Kak Revin juga sempet bilang dimimpi, dia minta maaf sama cilvia bun. Kak revin juga bilang sama cilvia kalau dia rela cilvia sama alif". Lanjutku.
"Cilvia. Kamu itu terlalu kepikiran dengan hubungan kamu dan Alif, kamu juga masih susah buat ngelupain Revin. Jadi sampe kebawa mimpi gitu kan". Ucap bunda.
"Udah sana kamu cepet cepet sholat subuh mumpung masih ada waktu tuh. Terus dibawah ada Alif nungguin kamu, katanya kamu ada janji mau pergi cfd". Lanjut bunda.
"Oiya, hampir aja lupa". Ucapku menepuk jidat.
_____
"Bentar bentar, Udahan larinya". Ucap Alif sambil merentangkan tangannya di depanku.
"Loh kenapa lip?". Tanyaku bingung.
"Ya sekali kali lah, kita cfd an gak olahraga, ya kayak orang orang lain gitu kebanyakan cfd cuma jalan jalan, foto foto, beli beli. Merakyat gitu, hehe". Jawabnya cengengesan.
"Idiiih, bahasamu itu loh pake kalimat merakyat merakyat". Sewotku.
"Haha, gak papalah. Kita duduk sana yuk" ucapnya menunjuk kursi dibawah pohon.
Aku dan Alif pun duduk di kursi itu.
"Kamu inget gak dulu di smp setiap ada kursi putih di bawah pohon. Kamu mesti bilang. Ini tempat duduk kuntilanak. Hahaha, emang aneh kamu cil". Alif mulai mengingat masa dulu.
"Hehe, masih inget aja. Aku aja malahan udah lupain". Jawabku.
"Kamu kenapa bengong mulu?". Tanya Alif.
"Gak papa sih, cuma tadi aku mimpi kak revin". Jawabku sambil menunduk.
"Mimpi revin? Mimpi gimana?". Tanya Alif yang sepertinya memang ingin tau.
"Mm, kak revin cuma bilang dia rela kalo aku sama siapa aja, termasuk kamu". Ujarku.
Alif tersenyum miring sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
"Kenapa kamu senyum gitu lip?" tanyaku.
"Kamu kalo masih kurang yakin buat ngejalanin hubungan sama aku bilang aja cil. Jangan dipendem gitu, kan seakan aku yang maksa kamu. Segitu kami pikirin sampe kebawa mimpi". Ucapnya.
"Maksud kamu gimana?". Tanyaku yang masih kurang mengerti.
"Ya kamu bilang lah kalo masih kurang yakin ngejalanin hubungan, mumpung ini semua masih belum lanjut". Lanjut Alif.
"Aku kan sudah bilang sama kamu, aku bisa cinta sama kamu seutuhnya, tapi ya tau sendiri kan ini butuh proses. Ya jujur aja aku masih gak bisa lupain kak Revin. Masa sih kamu gak ngerti?". Ucapku.
Alif membuang nafas berat. Ia mengangguk. "Maaf". Hanya itu yang di ucapkannya dan setelah itu ia menarik tanganku untuk jogging lagi.
Aneh, padahal dia yang tadinya bilang sekali kali car free day tidak jogging dan hanya sekedar jalan ataupun jajan.
Selama lari, hanya ada keheningan antara aku dan Alif. Untung saja ada teman se letting Alif menyapa ku dan Alif jadi ini tidak garing lagi.
"Wuihh ketemu teman se letting, sedang berdua pula dengan sisun, kalian ada hubungan apa ini pake jogging bersama". Sapa kapten Egik.
"Wah, sudah lama ya tak jumpa sama juru masak satu ini haha". Alif menyapa balik. Mereka berjabatan.
"Mohon ijin". Hormatku. "Sekarang manggil apa nih, tetap mentor, atau berganti kapten".
"Cilvia tak berubah ya, tetap saja selalu formal, haha. Terserah lah gimana enaknya kau panggil". Jawab Kapten Egik.
Aku, Alif dan kapten Egik pun jogging bersama sambil bercerita. Untung saja ada kapten Egik yang merubah suasana.
*****
Segitu dulu lanjutannya;)
Maaf pendek.Entah mengapa tak sesemangat dulu:v
Tapi tetep tungguin kelanjutannya ya.Tetap tinggalkan komen dan vote ya readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romance*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?