part 19

5.9K 287 6
                                        

Hapsun:). And happy reading guys.


Aku berjalan di salah satu pusat perbelanjaan yang ramai, sambil menggandeng tangan seorang sahabatku yang baru saja bertemu semalam.

Tidak seperti orang lain yang kebanyakan pergi ke pusat perbelanjaan atau mall untuk berbelanja. Aku dan Alif malah pergi untuk bermain, walaupun umur kita sudah terbilang dewasa.

Jam masih menunjukkan pukul 15.30. Setelah bersenang senang bermain. Alif mengajakku untuk pergi ke photobox.

"Kapan lagi kita bisa punya waktu gini. Ya mumpung gue sama lo weekend". Ucap Alif.

"Iyaiya, tapi yakin nih kita mau foto?". Tanyaku.

"Iyalah masa mau makan di dalem photobox. Udah ah kita masuk yuk". Ajaknya.

Setelah di dalem photobox. Kita pun berfoto beberapa kali. Dan setelah keluar dari photobox rambutku berantakan seperti sehabis perang didalam.

"Kan rambut gue berantakan, gegara lo nih! Pake ngacak ngacak rambut gue segala". Kesalku sambil menyisir nyisir rambut pendekku menggunakan tangan.

"Ya maap, udah rapi kok udah rapi". Ujarnya.

"Lo bawa sisir gak?". Tanyaku.

"Lah, pake nanya. Gue aja jarang sisiran". Jawabnya.

"Oh iya ya, pala botak gitu apanya yang mau disisir, haha". Ledekku.

"Yee, tapi gak botak botak amad kali".

"Laper nih, makan napa?". Ucapku.

"Ha? Makan jangaan?". Ucapnya sambil menaik naikan alisnya.

"Udah ayok, lama amat lu, kayak bekicot. Cacing di perut gue udah pada demo semua nih". Ujarku sambil menarik Alif.

"Lo doyan banget narik narik tangan gue ya?". Tanya Alif.

"Ya, lo sih. Pake lama". Ucapku.

"Bilang aja lo pengen megang tangan gue terus". Ujarnya. Aku pun melepas tangannya.

"Pede sekali ya pak?".

"Emang jadi orang itu harus percaya diri. Apalagi sebagai satuan anggota TNI kita harus mempunyai percaya diri yang ting--". Ucapnya panjang.

"Halah, lama lo gue laper. Udah gue duluan aja, bicara noh ama patung". Ucapku dan langsung berjalan ke arah cafe di dalam pusat perbelanjaan ini.

Sesampainya di daerah cafe aku langsung duduk dan diikuti oleh Alif.

"Lo mau makan apa?". Tanya Alif, yang memegang buku menu.

Aku tak menjawab, tetapi aku langsung mencari pelayan dan memangil.

Belum sempat memanggil, aku melihat pelayan yang sedang melayani seorang laki laki yang sangat ku kenali, Kak Revin. Dia sedang memesan makanan dengan seorang wanita cantik, mereka terlihat sangat akrab dan dekat.

"Eh kenapa jadi bengong katanya laper". Tanya Alif.

"Tiba tiba kenyang ngeliat apa yang sekarang lagi gue liat". Ucapku emosi.

"Eh kenapa lo?". Tanyanya lagi.

Aku diam dan hanya menunjuk ke arah kak Revin.

"Bang Revin? Wah parah tu orang". Ucap Alif.

Dengan emosi aku mengambil handphoneku dan langsung menelfon kak Revin.

Kak Revin melihat layar Hp nya yang ada di meja. Ia tak langsung mengangkatnya.

"Dasar cowok gede omongan. Sok sibuk segala". Ocehku. Aku tetap menelfonnya. Dan kali ini malah wanita yang sedang duduk dengannya yang  mengangkat telfonku.

Sahabat Hidup (Militer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang