Aku membanting pintu mobil setelah memasukinya. Ku senderkan tubuhku ke sadel mobil sambil menatap lurus kedepan.
Seseorang di sebelahku yg duduk di kursi kemudi memandangiku dengan memicingkan kedua matanya.
"Bener kan apa yang aku bilang, kamu sih gak nurut". Ucap Alif.
"Ya kan mana tau aku bakal dapet satgas sail dadakan gini". Kataku.
Yang dikatakan Alif seminggu lalu benar adanya, aku sangat menyesal tidak mengikuti anjurannya untuk cuti di awal, sehingga besok lusa aku harus melaksanakan satgas sail ke laut aru, entah itu berapa lama.
Kini Alif tak lagi melihatku seperti tadi, ia memasang seatbeltnya dan fokus mengemudi mobilnya.
"Mau kemana?". Tanyanya.
"Cafe biasa aja deh". Jawabku.
Hening. Itulah suasana di dalam mobil saat ini. Alif tak lagi berbicara panjang lebar seperti biasanya. Mungkin dia marah padaku. Tapi, ah ntahlah aku tidak mengerti.
"Terus gimana sama pernikahan kita kalo aku satgas sail". Tanyaku.
Alif hanya melihatku dengan melirik sekilas tanpa menjawab.
"Apa aku ambil cuti hari ini juga, kan otomatis aku gak bakal satgas juga kan". Lanjutku tanpa banyak pikir.
Ciiiittt...
Tiba tiba saja alif mengerem mendadak, dan hampir saja aku terbentur kedepan."Ngawur kamu, jangan gitu lah. Itu kan sudah kewajiban kamu sebagai kowal. Ya kamu harus jalani, gak boleh lari dari tugas". Omelnya sambil memasangkan seatbeltku.
Aku hanya diam, sedangkan Alif ia melanjut nyetir. Aku memang bodoh seenaknya berbicara ngelantur seperti tadi, di depan seorang kapten pula.
"Terus gimana dong sama pernikahan kita?". Tanyaku lagi.
"Diundur aja dulu". Ucapnya santai.
"Yah diundur ya".
"Ya mau gimana lagi cil, cuma ini satu satunya jalan. Lagian kan undangannya juga belum disebar, jadi kita undur aja. Biar nanti aku yang urus semuanya". Ucapnya.
Aku hanya diam. Alif telah memarkirkan mobil tepat diparkiran sebuah cafe ia keluar dari mobil dan menghampiri pintu mobil di sebelahku seperti biasa akan membukakan pintu untukku, tapi sudah kubuka dulu pintunya.
Ia mengangkat satu alis. "Baru juga mau dibukain". Ucapnya langsung berjalan dan aku mengikutinya dari belakang.
Bukannya aku marah dengannya, tapi ya karna aku memang sedang kesal dengan diriku sendiri saja.
"Mau pesan apa?". Tanyanya setelah duduk.
"Terserah". Singkatku.
"Marah?". Tanyanya sambil melihat wajahku yang agak menunduk.
"Bukan marah". Jawabku.
"Lah terus?". Tanyanya lagi.
"Permisi mau pesan apa?". Tanya pelayan yang sudah menghampiri mejaku dan alif.
"Matcha latte mbak, satu". Ucapku.
"Dua mbak". Tambah Alif.
Aku mengambil buku menu.
"Sama pancake matcha satu juga". Ucapku langsung memberi buku menu dengan kasar ke Alif."Widihh serba matcha". Ucap Alif.
"Suka suka gua". Balasku.
"Bu kowalnya lagi ngambek tuh bak". Ucap Alif kepada pelayan sambil senyam senyum. Mbak pelayan itu pun menanggapinya juga dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romance*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?