part 12

6.2K 314 2
                                    

Jam sudah menunjukkan tepat sepuluh malam. Setelah ijin kepada pengasuh aku berjalan menyusuri lorong lorong batalyon.

"Cilvia!". Panggil seseorang yang kukenal suaranya, dia kak Revin.
"Kamu mau kemana cil? Malam malam gini? Ketauan poltar dan pengasuh ntar kena hukuman".

"Siap, saya mau ke kantin. Siap! Saya sudah ijin ke pengasuh, letnan". Jawabku.

"Udah bicaranya jangan kaku gitu". Ia melipatkan kedua lengannya. "Emang mau ngapain ke kantin? Makan? Yaampun cil tadi kan udah makan malam". Lanjutnya.

"Iya, ih apa sih kak. Aku itu ke kantin mau beli pulpen kok".

"Oh aku pikir kamu masih laper, hehe. Yaudah nih pake pulpen aku aja". Ia merogoh sakunya dan memberikan pulpen padaku.

"Emang kakak pikir aku perut karet kayak kakak apa? Makasih pulpennya".

"Dih, aku nggak kayak gitu juga kali. Aku mau ngomong nih sama kamu". Ucapnya

"Daritadi udah ngomong kali". Balasku.

"Hmm iyaiya. Besok aku udah berangkat ke puslatpur bareng sama Lettu Pandu Cokroyudho. Kamu jaga diri baik baik ya, semoga bisa kenkat lebih dulu seperti tahun kemarin. Kalo pesiar ataupun long week jangan lupa hubungi aku ya. Jangan deket deket sama cowok lain!". Ucapnya panjang lebar.

Aku hanya mengangkat satu alis dengan wajah datar. "Siaap! Letnan dua Revin yang bawel". Ucapku.

"Bagus! Yaudah balik ke kamar gih! Tidur, jangan lupa mimpiin aku. Nanti kalo aku udah pindah, jangan keseringan rindu ya, berat, kamu gak akan kuat biar aku saja, hehe". Ujarnya sambil mengacak ngacak rambutku.

"Haduh, gini nih korban film". Ucapku cekikikan mendengar perkataannya. "Yasudah saya mohon ijin kembali ke kamar,". Lanjutku memberi hormat dan meninggalkannya.

_____

"Suh! Bangun suh!!". Ucap seseorang membangunkanku.
Setelah aku memmbuka mata ternyata Rena yang membangunkanku.

"Biasanya kamu yang ngebangunin aku cil, kenapa skarang gantian". Ucapnya.

"Hehe, gak tau nih, tidur aku semalem nyenyak banget sampe gak denger apa apa". Ucapku masih mengucek ngucek mata.

"Yasudah cepat siap siap solat subuh". Ujarnya sambil meninggalkanku.

Memang setiap hari para taruna dan taruni bangun jam empat pagi. Dan jam setengah lima para taruna dan taruni melaksanakan olahraga pagi, mulai dari pemanasan, senam aerobik, lari, sit up, push up, dan masih banyak lagi.

Setelah melakukan olahraga, biasanya para taruna dan taruni sarapan. Dan sesudah sarapan, para taruna-taruna masuk kelas untuk menerima pelajaran pagi. Itu semua sudah menjadi rutinitas para cadet AAL.

Di kelas, hari ini aku sangat tidak konsen, entah mengapa perasaanku merasa tak enak. Aku juga tidak mendengarkan pelajaran pelajaran yang di jelaskan.

"Sermadatar Cilvia! Kenapa kau sejak tadi melamun?". Tanya kapten laut (p) Egy Mahesa Putra, yang mana ia adalah salah satu pengajar di korps ku.

"Siap salah! Kapten. Siap! Tidak apa, hanya memiliki perasaan tak enak saja". Jawabku formal.

"Lain kali jangan di ulangi! Yang lain juga, jangan pernah mencampurkan masalah pribadi pada saat pelajaran. Bersikap profesional sebagai prajurit taruna disiplin. Mengerti!".

"Siap mengerti". Jawab para taruna-taruni yang berada di di dalam ruang kelas.

__

Jam makan siang telah tiba. Usai mengikuti pelajaran pelajaran di berbagai kelas dari korps-nya masing masing. Para taruna-taruni tingkat 2-4 berkumpul di ruang makan. Semuanya masih menggunakan seragam lengkap dengan Brevet, Evolet dan Cevron-nya, yang terlihat rapi sekali. Petugas Dinas Dalam sebagai perwakilan menyampaikan laporan bahwa para taruna-dan taruni sudah memasuki ruang makan dan siap melaksanakan makan siang.

Di meja sudah terhidang santap siang bermenu nasi putih, ayam goreng, tahu, tempe, sayur lodeh lengkap dengan sambalnya serta semangka sebagai pencuci mulut tersaji rapih di atas tray alumunium. Tak tertinggal air putih juga di dalam gelas yang juga terbuat dari bahan yang sama.

Tengg teng tengg.
Lonceng sebagai penanda makan pun dibunyikan. Sebelum santap bersama dilakukan, seseorang dari para Demustar membacakan doa makan dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris.
Usai pembacaan doa selesai, Petugas Dinas Dalam yang tadinya menyampaikan laporan kesiapan kembali duduk di meja makan miliknya sambil memberi hormat.

"Have a nice lunch". Ujar para ratusan taruna-taruni dari kursi  mejanya masing masing. Setelah itu serentak para taruna dan taruni menyantap sajian yang telah terhidang dengan lahap.

Tetapi aku berbeda dengan yang lainnya, pikiranku kabur kemana mana, perasaan tak enak masih kurasa, aku memikir kan keluarga di rumah, semoga tak terjadi apa-apa dengan mereka.

"Hei! Kau kenapa sun? Seperti orang tak selera makan". Tanya sermatutar Richardo, keluarga asuh ku.

"Siap salah! Bukannya tak selera makan tor! Tapi pesrasaan saya dari tadi pagi tak enak". Jawabku.

"Memangnya ada apa suh?". Tanya sermadatar Figo.

"Siap! Saya tidak tau juga suh". Balasku.

"Oh iya, memang kalian tak dengar kabar toh?". Tanya sermatutar Richardo.

"Siap! Kabar apa tor?". Tanya Sermadatar Figo.

"Itu, lettu Pandu kecelakaan saat perjalanan ke puslatpur purboyo". Ujar Sematutar Richardo.

"Hah? Lettu Pandu Cokroyudho?". Tanyaku panik.

"Iya siapa lagi kalau tak dia". Jawab sermatutar Richardo dengan santainya.

"Berarti i itu mobil yang di tumpangi kak Revin kan? Kecelakaan gimana? Trus mereka gimana? Gak kenapa napa kan?". Tanyaku yang masih panik.

"Iya, itu mobil yang juga ditumpangi Letda Revino". Ucap Sermatutar Richardo. Tiba tiba Sermatutar Faris menyenggol lengannya dengan sengaja. "Eh, apa kali kau ris main senggol lengan aku?". Ujar sermatutar Richardo kesal.

"Mereka kecelakaan gara gara ngehindar dari kucing, terus itu dari arah berlawanan ada truk gandeng yang oleng, nah terus truk-nya itu nabrak mobil lettu Pandu. Mereka dibawa kerumah sakit, katanya sih gawat gitu". Ia menceritakan.

Mataku mebelalak kaget.

'Ketabrak truk gandeng? Gawat? Gimana keadaan kak Revin? Pantesan perasaan aku gak enak, tarnyata kak Revin kecelakaan'. Lirih batinku.

"Kau kan rekanita letda Revin ya? Masa tak tau kabar ini". Ucap sermatutar Richardo. Dan lagi lagi sermatutar Faris menyenggolnya dengan sengaja. "Kau apa apaan dari tadi?". Tanya sermatutar Richard makin kesal.

"Kau ini bodoh kali! Kalo Cilvia tak fokus bagaimana?". Ucap Seramatutar Faris berbisik, tapi masih bisa kudengar.

"Ah iya bodok kali aku ini". Ucap sermatutar Richard memukul mulutnya.

"Kau tenang saja sun, doa kan saja letda Revino. Dia pasti baik baik saja". Ucap sermatutar Faris.

Aku hanya terdiam, meminum air dan melanjutkan makan siangku, walaupun pikiranku sangat khawatir dengan kak Revin.

"Sudah sun, letda Revino pasti baik baik saja, dia kan marinir tangguh. Doakan saja". Ujar sermatutar Richard menghiburku seperti anak kecil.

"Siap tor ". ucapku.

Kami pun melanjutkan makan, karna jam makan siang beberapa menit lagi akan usai.





**

Gimana sama ceritanya?
Author lagi butuh saran nih!
Makasih juga ya buat yang udah ngasih saran lewat pesan, bermanfaat banget! Tq

Tingalkan voment! Please!

Sahabat Hidup (Militer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang