"Woyy!! Turun lo!!!". Ucap seseorang berpenampilan preman dari kaca mobil sambil mengetuk kaca mobil dengan pisau lipat miliknya.
Orang itu membuatku dan Alif kaget.
"Lip siapa dia?". Tanyaku pada Alif.
"Ya aku gak tau cil". Jawab Alif.
"Turun!! Kalo enggak gue pecahin nih kaca mobil". Ucap kasar orang itu lagi sambil menggebrak keras bagian depan mobil.
"Cil, kamu didalem aja ya biar aku yang keluar". Ucap Alif hendak membuka pintu.
"Tunggu lip! Aku juga ikut keluar". Sergapku.
"Udah kamu di dalem aja. Ini bahaya". Ucapnya khawatir.
"Woyy lama lo!!". Ucap orang itu lagi.
"Justru karena ini bahaya lo gak boleh keluar sendiri". Ucapku agak tinggi. "Tunggu bentar". Lanjutku yang tiba tiba ingat bahwa kak Revin suka mengoleksi airsoft gun dan pasti disimpan di mobilnya.
Aku pun membuka, kotak kecil di depanku dan tepat sekali ada dua airsoft gun bermerek Berreta M9A1 dan Revolver Wingun. Aku melempar salah satunya ke Alif.
"Kamu harus tetep hati hati ya cil". Ucap Alif, dan kita pun keluar dari mobil sambil menodongkan airsoft gun ke arah preman itu.
"Serahin semua barang kalian termasuk mobil". Ancam preman tersebut.
Kupikir preman tadi hanya seorang diri, ternyata ada dua temannya yang menunggu di belakang mobil.
"Hei cewek nih? Cewek kok megang megang pistol sih". Ucap salah satu preman mencolek daguku.
"Bacot lo". Ucapku mengangkat airsoft gun kearah kepalanya.
"Wah wah santai dulu dong". Ucap preman itu lagi.
Tak mau banyak bicara aku pun langsung menyerang dengan menendang dan memukul, walau kadang peukulanku sedikit melesat.
Begitu pun Alif dia melawan dua preman sekaligus. Bukannya aku memikirkan diriku sendiri tapi malah memikirkan Alif, karna setauku dia dulu tak punya ilmu bela diri apapun, tapi mungkin ia sudah pandai bela diri semenjak menjadi pasukan TNI.
Preman itu menangkis tanganku sehingga membuat airsoft gun yang dikiranya pistol asli terjatuh dan terlepas dari tanganku. Dan dengan cepat preman itu mengeluar pisaunya dan menyayatkan hingga mengenai pergelangan tanganku.
Dan ketika preman itu ingin menyerangku lagi, tiba tiba Alif loncat dari atas mobil dan menendang bagian kepala preman itu hingga jatuh terpental.
Ketiga preman yang sudah kalah itu berlari menjauhiku dan Alif.
"Kamu gak papa kan cil?". Tanya Alif datang menghampiriku.
Aku hanya diam meringis kesakitan memegang tanganku yang tak henti bercucuran darah.
"Yaampun tangan kamu cil". Kagetnya sambil memegang tanganku. "Untung aja gak kena urat nadi kamu. Bentar ya". Lanjutnya yang masuk kedalam mobil.
Ternyata Alif mengambil tisu dan sapu tangan. Ia membersihkan darah ditangan ku dengan tisu, melipat sapu tangan dan mengikatnya ke tanganku.
"Sakit gak?". Tanya Alif. Aku menjawabnya hanya dengan mengangguk.
"Yaudah kita kerumah sakit sekarang". Ajaknya.
"Gak usah aku gak papa kok". Ucapku. "Gak usah terlalu khawatir juga". Lanjutku.
"Gimana gak mau khawatir sama orang yang aku sayang? Aku sayang sama kamu cil!". Ucap Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Hidup (Militer)
Romance*Baca aja dulu siapa tau suka!*? maaf bila ada kesalahan kalimat atau yang lainnya, maklumlah aku masih penulis pemula?