part 6

7.3K 357 2
                                    

"Taruna laut jaya.... Selamanya tak akan menyerah AAL tetap jaya..". Hentakan kaki di bumimoro terdengar kompak dengan suara mars dan yel-yel. Pagi yang cerah ini, seperti biasa para taruna-taruni sedang lari pagi.

"Hree Dharma Shanty..."

Masing masing taruna-taruni pun memasuki batalyon. Tetapi berbeda denganku sendiri, seseorang yang memakai pdh berwarna biru kelabu lengkap dengan baret ungunya itu menarikku ke arah depan monumen jalesveva jayamahe.

"Maaf, ada apa letnan Revin menarikku kesini? Bagaimana letnan bisa disini?". Tanyaku padanya.

Ya, yang menarikku ke arah monumen jalesveva jayamahe adalah kak Revin.

"Aku perlu bicara sama kamu Cil! Aku dinas disini". Jawabnya.

"Mohon ijin letnan, saya tidak punya waktu banyak, saya harus segera pergi ke batalyon, sebentar lagi akan dilaksanakan apel pukul 9!". Aku bingung, memangnya apalagi yang mau ia bicarakan.

"Iya, aku tau sebentar lagi akan apel. Sebelumnya aku mau minta maaf waktu di praspa, aku juga sudah tau alsanmu pergi, kamu pergi karna--"

"Siap, sudah saya maaf kan letnan. Apa hanya itu yang ingin dibicaran? Maaf saya terburu". Potongku pada perkataannya.

"Terimakasih Cil, tidak, bukan cuma itu, aku gak bisa bicara dengan waktu sesingkat ini, pesiar besok aku mau nemuin kamu lagi! Aku harap kamu bisa!". Ia menyunggingkan senyumnya.

"Siap, tapi saya tidak bisa janji. Ya sudah, mohon ijin!". Aku melangkahkan kakiku kebelekang lalu memberi hormat dengan kak Revin.
Ia pun membalas hormatku.

**

Sial,, minggu ini aku tidak mendapat pesiar dikarenakan yang katanya nilai tugasku akhir akhir ini menurun. Memang benar akhir ini aku sering kurang fokus belajar, tapi sudah kuprediksi bahwa aku mengerjakan tugas dengan baik.

Berbeda dengan taruna taruni lainnya yang mungkin sekarang sedang bersenang menikmati pesiarnya. Aku hanya duduk di meja aula, memegang bolpoin (ya, tepatnya sedang mengerjakan tugas yang belum kelar ini) sambil dijaga dua poltar di dekat pintu aula. Berasa buronan yang dijaga ketat.
Seharusnya sekarang ini aku bersenang, dan karna tepatnya ini adalah hari menetasku eh hari ulangtahunku:v. Aku merasa ini adalah hari ulangtahun yang menyedihkan.

"Tugas belom selesai juga sun?". Tanya poltar yang kukenal bernama Rafandi itu.

"Siap! Hampir selesai tor!". Jawabku sekenanya.

"Sudah, kau pergi pesiar saja sana!". Ucapnya sambil menoleh teman yang disebelahnya dan tersenyum.

"Yang benar saja? Saya kan sedang dihukum, masa iya kabur?". Aku jawab seraya menggelengkan kepala.

"Siapa yang bilang kau dihukum hah?" tanya poltar yang bernama Redo dengan logat ambon.

"Hahaha, siapa yang menghukummu? Memang apa salahmu sampai kamu dihukum?". Sambung Rafandi.

"Lettu Andin. Dia berkata nilai saya akhir ini menurun". Jawabku seraya menutup buku dimeja.

"Memangnya kau sudah mengecek nilai kau?". Tanya Redo lagi.

"Belum sempat". Jawabku.

"Mendingan kamu cek dulu nilai kamu di lettu Andin!. Dia sedang di kompinya". Ujar Rafandi.

Aku berjalan sedikit keburu ke kompi dimana adanya Lettu Andin.

Ruangan piketnya tertutup, aku mencoba mengetuknya.

Tokktokkk.

Pintu pun terbuka. Terlihat wanita rambut sebahu dengan pakaian dinas berwarna biru kelabu di ambang pintu.

Sahabat Hidup (Militer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang