part33

4.9K 280 6
                                    

Aku membereskan kamarku yang agak sedikit berantakan itu. Saat aku membuka laci lemariku. Aku melihat seikat bunga edelweis itu (lagi).

Bunga edelweis itu pasti selalu mengingatkanku tentang kak Revin. Aku tak menyadari air mataku telah turun di pipiku.

Tokktoktokk...
Suara ketukan pintu dan diiringi pintu yang terbuka.

"Cilvia!". Ucap seseorang itu yang tiba tiba sudah berada di belakangku.

Aku langsung berbalik dan memeluknya. "Bang bhara kenapa baru kesini?". Tanyaku.

"Kmarin kmarin sibuk. Kamu yang sabar ya cil". Ucapnya mengelu elus pundakku.

Aku hanya meresponnya dengan mengangguk dak sesegera melerai pelukan.

"Nanti balik ke Surabaaya ya? Abang deh nanti yang anter kamu ke bandara". Ucapnya.

"Iya bang. Nanti sama Alif juga kan dia di mutasi ke sana". Jawabku sambil menyeka air mataku sendiri.

"Udah lo gak usah cengeng lah". Ucap bang bhara menepuk pundakku.

Aku pun senyum tertawa kepada bang bhara.

___

Di pesawat aku duduk bersebelahan dengan Alif, kita sama sama diam dan tak membuka pembicaraan. Aku merasakan saat ini Alif sedikit berbeda sifatnya.

"Cilvia!". Panggil Alif yang membuatku bernafas lega.

"Gue, eh aku mau ke belakang dl ya". Lanjutnya.

Ia pun dan pergi dan meninggalkan tas gendongnya di tempat duduk. Aku melihat tasnya yang terbuka.

Terdapat sebuah surat yang amplopnya telah disobek. Karena aku penasaran dan sangat ingin tahu, aku membuka dan membaca surat itu dengan lancang.

To: Letda Alif.

Mohon ijin letnan:v.
Lif, cuma lo saat ini yang bisa gue percaya.
Dan cuma lo yang menurut gue bisa ngejaga dia.
Maafin gue lif kalo gue punya salah sama lo.
Gue mohon dengan sangat sama lo, tolong lo jaga Cilvia buat gue Lif.
Gue sayang sama dia. Lo tau kan kalo sekarang pernikahan gue sama dia batal karena perginya gue. Lo tenangin dia ya, lo bahagiain dia.
Gue sangat ikhlas dan menganjurkan kalo lo mau ngegantiin posisi gue buat dia.
Dan jangan pernah sekalipun lo sakitin Cilvia.
Terimakasih lif.

Revin.


'Kak Revin? Ngirim surat gini buat Alif? Dan Alif care sama aku karena kemauan kak Revin?'. Batinku bertanya.

__

Hari ini aku kembali lahi berdinas, karena pekerjaan yang tidak begitu banyak, aku hanya duduk santai di kursi salah satu ruangan.

"Letnan Cilvia!". Panggil Alif dan ia langsung menghampiriku.

Aku pun langsung beranjak dari dudukku.

"Aku, mau bicara penting sama kamu, bisa kan?". Ucapnya

"Yasudah bilang saja". Jawabku.

"Tapi disini tempatnya kurang pas. Bisa kita pergi ke suatu tempat?". Tawarnya.

"Disini aja gak papa". Ucapku.

"Oke". Ucapnya sambil menarik napas panjang. Aku bingung apa yang ingin ia katakan padaku.

"Aku udah nge beraniin diri aku sendiri lagi untuk yang kesekian kalinya". Ucapnya sambil merogoh sakunya. Dan ia mengeluarkan cincim paja.

"Aku mau kita jadian cil, aku mau kita lebih dari sahabat, aku mau kamu jadi pendamping hisup aku. Apa kamu kamu itu juga?". Tanyanya harap.

Sahabat Hidup (Militer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang