"Can we keep company, "

7.1K 110 0
                                    

Pipi Malek ditampar. Buat pertama kalinya , Karen berani menyentuh Malek. Dia terlalu marah. Tangannya menggigil.

"Who told you to kill my aunty! " Karen menjerit. Dia bagaikan histeria. Terlalu marah. Tangannya naik sekali lagi , dia mahu menumbuk lelaki tak guna itu.

"Stop it," Arhh! Karen memberontak. Tangannya di cengkam. Karen menggunakan kakinya untuk menyepak tubuh sasa Malek.

Tetapi Malek lebih tangkas. Dia gunakan kaki itu untuk mengankat tubuh karen.

"Let me go!" Karen lebih aggresif. Dia menggunakan tenaganya untuk menyilangkan tubuh Malek.

Prak.

Tubuh Karen di campak dengan kasar di atas katil. Malek tidak menunjukkan sebarang reaksi apabila Karen menyumpah nyumpah dirinya.

"You son of bitch! Fucker! Dick! Asshole! You jerk! How could kill your own master! " Karen menjerit marah. Dia menggigit bibir bawah.

"If Khalid was here, he won't let you life! " Karen menangis. Dia terlalu marah.

Perangainya teruk. Sikapnya tak macam perempuan.

Namun mana mungkin dia tak sayangkan satu satunya ahli keluarganya yang tinggal. Yang sayang kepadanya.

"Arghh!" Karen teriak. Jantung berdegup pantas. Dia terlalu marah. Karen meraup wajahnya berkali kali.

Ting...
Ting...
Ting...

Tubuh Karen menegak. Dia terdengar loceng keselamatan di bunyikan.

Kakinya melangkah ke balkoni , dari tingkat enam dia dapat melihat dengan jelas berpuluh puluh buah kereta menghampiri tembok tinggi itu.

Bam!

Pintunya dihempas dengan kuat. Tanpa sebarang kata , Malek menarik dirinya untuk turut sama melangkah laju.

"What happen ? Malek?" Tubuhnya di campak masuk ke kesebuah pintu kecil yang terletak sebelah lift. Malek menolak tubuh itu untuk terus masuk ke dalam.

Dalam tidurnya , suara siren polis paling lama berkumandang.

"Do not go out until noon. If you found out no one was here, just run as far as you can, "

Malek memberi arahan kepadanya. Karen menangis kembali. Dia tahu apa yang bakal terjadi.

"Don't.. Leave.. Me, " Karen menggenggam tangan Malek. Dia takut ditinggalkan seorang diri.

Malek menunduk. Dia mengelap air mata yang menitis di pipi Karen.

"Promise me. Run as far as you can... " Malek melepaskan genggaman itu. Dia menutup lubang itu dengan dengan tempat pemadam api.

Karen menekup wajahnya. Dia berada di tempat yang hanya diterangai oleh corong angin.

"Father.."

Serbuan dijalankan secara besar besaran. Seluruh kawasan Syarikat Walker di kepung dan rumah-rumah keluarga Walker dijadikan sasaran.

Karen mendengar segala galanya yang terjadi dalam bilik gelap itu. Bunyi jeritan. Bunyi teriakan. Bunyi tembakan. Dan juga derap kaki mereka yang berada di atasnya.

Karen memaksa dirinya untuk tidur. "Tomorrow will gonna be fine, " ayat itu diucapkan berulang kali dengan mata yang terpejam rapat.

◇◇◇◇

Tangan Nurfa bergetar hebat. Seumur hidupnya , tidak pernah dia lakukan sesuatu yang melibatkan ribuan nyawa manusia.

Dollas yang berdiri sebelahnya menayangkan senyum puas. Dia rasakan bahawa segala usahanya puluhan tahun itu membuahkan hasil.

"Call Karen.. Now, " Dollas berbisik di tepi telinga Nurfa. Dia tahu semestinya Karen disorokkan di mana mana dalam tempat sebesar itu.

"I don't want to hurt her, " Nurfa tetap bertegas dengan pendiriannya. Dia tahu sekiranya dia Fazira , dia takkan pernah sesekali melibatkan orang yang tak patut dipersalahan.

No. You are wrong. I'm the one who are cruel towards other people. I hate so many people and let them suffer in my place.

"Then.. What will you do? "

"Save her. She deserve a better life, "

Dollas menghemburkan ketawa sinisnya.

"Do whatever you want, "

Dollas melangkah pergi bersama sama orang ramai. Mereka semua berpaling daripada Nurfa.

"Come to my house after you are ready to change, "

Dendam sudah terlunas. Ada tiga lagi perkara yang Dollas perlu tunaikan sebagai galang ganti nyawa Fazira.

Setelah pintu gerbang tertutup rapat , Nurfa berjalan ke serata kawasan sambil memanggil nama Karen.

Walaupun perempuan itu pernah menyebabkan dia terlatar di hospital selama beberapa hari , tetapi tidak bermakna perempuan itu layak di layan dengan kejam.

"Why you are here? Want to see my state like this? " Suara itu datang daripada belakangnya tetapi apabila Nurfa berpaling , tiada sesiapa di belakangnya.

"No.. I don't mean... "

"Enough. Just go, "

"Karen..." Nurfa bersuara dalam nada memujuk. Dia berpaling kiri dan kanan tetapi tiada tanda tanda Karen berdekatan dengannya.

"You are not my family. Don't you dare to call me Karen! " Nurfa terkedu apabila terdengar jeritan lantang perempuan itu. Harini , baru dia sedar , Khalid dan Karen memiliki suara yang berbeza walaupun kedua duanya menggunakan suara dalam dan kasar namun lenggok bicara mereka amat berbeza.

"My parents in-law were killed by Harond ," Karen mengangkat wajahnya.

"Are not you're murder too? You kill Malek, " Karen akhirnya keluar dari tempat gelap itu . Dia melihat tubuh belakang Nurfa dengan penuh kebencian.

"Karen.. "

"Kartena . My name is Kartena. " Karen terus menghampiri perempuan yang tidak perasan kehadirannya.

Dia mengangkat pistol separa dengan kepala Nurfa. Dia menolak picu , hanya menunggu masa untuk perempuan itu berpaling lalu dia akan menembak dahi perempuan itu.

Sejak awal lagi bila dia dapat tahu Khalid sudah berkahwin , dia bergegas ke rumah agam itu. Dia ingin melihat sendiri , siapa yang bergelar Mrs.Walker . Tetapi rasa marahnya membuak-buak bila perempuan itu tidak layak sama sekali memegang jawatan tertinggi dalam keluarganya.

Pangkat dan panggilan bukti kehebatan keluarga Walker dalam aktiviti kongsi gelap. Tetapi , perempuan itu tidak punya apa-apa.

Cerita novel yang dikarang oleh Khalid sama seperti bapanya. Cuma , Fazira perempuan berharta yang sedari dulu hidup senang manakala Nurfa si anak yatim piatu yang tinggal di apartment kecil.

Khalid Dhaliah [ COMPLETE ]Where stories live. Discover now