Chapter 17: Dibuat Malu

97 7 0
                                    

"Ingatkan aku bahwa kita hanya sebatas teman."
-A&J-

Aurel berdiri di sebelah Jeremy yang sedang mengambil gambar dirinya sendiri dengan menggunakan handphone Aurel. Aurel sendiri merasa bosan dengan aplikasi yang ada di handphone Jeremy. Dia hanya membuka sosial media Jeremy dan membuka gallery, hanya itu.

   Games? Jeremy hanya punya Mobile Legend. Itu pun Aurel tidak bisa memainkannya. Jujur saja, Aurel juga punya Mobile Legend, tapi ia tidak sehebat Jeremy saat bermain.

   Jeremy seorang gamers. Tentunya dia bisa bermain dengan mudah. Bahkan jika ia kalah, ia tidak peduli. Yang penting dirinya mendapat nilai tinggi.

   Aurel menghembuskan nafasnya kuat.

   Jeremy yang berdiri disamping Aurel menatap Aurel bingung.

   "Kenapa?" tanya Jeremy.

   "Bosan," jawab Aurel tanpa berniat menatap Jeremy.

   "Main kalau bosan," ucap Jeremy.

   "Main apaan coba?" tanya Aurel kali ini menatap Jeremy.

   Jeremy berpikir sejenak. Ia kemudian teringat dengan game di handphone-nya.

   "Mobile Legend," jawab Jeremy.

   "Nggak! Gue nggak bisa main begituan," ucap Aurel menggeleng pelan.

   Seakan teringat sesuatu, Jeremy tertawa. Ia bahkan langsung memanggil-mangil Rico sampai Rico pun malas mendengar namanya dipanggil.

   "Kenapa sih Jer?" tanya Rico sedikit kesal.

   Bukannya menjawab, Jeremy malah semakin tertawa. Itu membuat Aurel dan Rico saling bertatap bingung.

   Tawa Jeremy mereda.

   Ia mencoba menceritakan pada Rico kejadian yang menurutnya lucu. Sangat lucu bila diingat.

Flashback.
Aurel mendengus kesal karena Jeremy terus memaksanya untuk bermain Mobile Legend bersamanya. Jujur saja, bukannya tidak mau bermain tapi Aurel malu jika harus bermain bersama Jeremy.

   Bahkan Aurel takut Jeremy menertawakannya karena tidak bisa bermain.

   Game online itu benar-benar membuat Aurel frustasi. Ia sudah menolak ajakan Jeremy untuk bermain, tapi laki-laki itu tidak kehabisan akal untuk membujuknya.

   Aurel akhirnya luluh karena Jeremy terus membujuknya. Dengan perasaan yang campur aduk, Aurel akhirnya bermain dengan Jeremy.

   Sesuai arahan Jeremy, Aurel terus mengikuti Jeremy kemanapun laki-laki itu membawa hero-nya pergi. Sampai akhirnya, hero lainnya muncul dan diketahui Aurel itu adalah musuh mereka.

   Melihat Jeremy menyerang kedua musuh itu, Aurel tidak tinggal diam. Dia mencoba menyerang tapi jaringannya tiba-tiba menghilang. Alhasil hero-nya berjalan dengan sendirinya dan membuat hero-nya dan Jeremy mati.

   Hampir satu jam mereka bermain, Aurel sekarang dapat menghembuskan nafas lega begitu permainan mereka selesai.

   Kelompok mereka menang dan itu karena Jeremy yang dengan mudahnya menerobos masuk ke benteng lawan dan menghancurkannya dalam sekejap mata.

   "Gue nggak suka main ginian lagi. Gue nggak tahu main ginian. Gue nyerah!" ucap Aurel saat dirinya melihat score-nya dan Jeremy berbanding jauh.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang