Chapter 24 : Ada Apa Dengan Aurel?

97 5 0
                                    

"Ketika hati sulit untuk memilih antara kebahagiaan atau cinta. Aku lebih memilih mati daripada harus kehilangan keduanya."
-A&J-

Hari ini adalah hari Senin. Aurel kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah dan tak lupa ia juga menyempatkan diri untuk sarapan.

   Aurel melirik handphone-nya yang belum ia sentuh sedaritadi. Aurel menghela nafas panjang lalu menghendikkan bahunya. Ia berjalan menuju rak sepatu dan mengambil sepatu sekolahnya yang berwarna hitam.

   Untuk hari Senin, mereka memang diharuskan untuk memakai sepatu berwarna hitam. Karena, mereka akan mengikuti upacara.

   Setelah memakai sepatu, Aurel beranjak dari tempatnya dan mengambil handphone juga tas sekolahnya.

   "Mama, Aurel pamit dulu, ya? Selamat pagi." Aurel berpamitan pada Mamanya dan berangkat ke sekolah bersama Adiknya.

   Jalan menuju sekolah mereka memang searah. Tapi, Adik Aurel lebih dulu sampai baru setelahnya Aurel.

   "Belajar yang bener," pesan Aurel begitu Adiknya turun dari angkot.

   Aurel menyandarkan tubuhnya ke kursi penumpang saat melihat adiknya sudah berjalan menuju sekolahnya. Aurel menghembuskan nafas lelah saat pikirannya kembali membayangkan bayangan seseorang.

   Ia tidak menyangka, jika hidupnya akan seperti ini. Entah ia harus senang atau sedih karena bisa bertemu dengan Jeremy dan dekat dengan Jeremy.

   Aurel kembali mengingat ucapan Jeremy yang mengatakan bahwa ia sangat menyayangi Aurel. Aurel kembali mengingat sikap konyol Jeremy hanya untuk mengiburnya. Aurel kembali mengingat hal yang membuat dirinya harus menahan sakit. Statusnya dengan Jeremy, mereka hanya sebatas teman. Teman tapi mesra.

   Kapan mereka punya status untuk saling memiliki? Seperti pacaran? Aurel bahkan ingin berpacaran dengan Jeremy. Tapi Jeremy? Apa dia juga ingin berpacaran dengan Aurel?

   Ting!

   Aurel mengambil handphonenya dan melihat pesan yang baru saja masuk. Pesan itu dari Jeremy.

Jeremy: Lo udah di sekolah?

Aurel: Belum. Masih di jalan. Lo sendiri udah di sekolah?

Jeremy: Masih di jalan juga
Jeremy: Semalam gimana? Mimpiin hantunya apa enggak?

   Aurel tersenyum tipis. Ia tidak memimpikan hantu-hantu itu. Tapi, ia memimpikan Jeremy.

Aurel: Puji Tuhan, gue nggak mimpiin hantu itu hehe

Jeremy: Baguslah kalau nggak mimpiin hantu itu
Jeremy: Semalam kan habis video call sama cogan, jadi pasti mimpiin cogan juga

   Aurel menghembuskan nafas lelah. Kepedean Jeremy itu benar-benar tidak bisa dihilangkan.

Aurel: Pede banget sih lo

Jeremy: Gue tahu kok kalau gue ganteng, tapi kenapa harus mimpiin gue sih? 😂

Aurel: Ya ampun! Lo kok pede banget sih?

Jeremy: Apa? Kangen? Udah dibilangin jangan kangen. Berat tahu, lo nggak akan kuat biar gue aja

   "Kok aneh sih? Nggak nyambung tahu nggak? Semalam dia minum apaan sih sebelum tidur? Atau dia kebentur tembok nih?" tanya Aurel bergumam pelan.

   Aurel menggelengkan kepalanya pelan melihat pesan Jeremy. Benar-benar diluar topik pembicaraan mereka.

Aurel: Gue semalam mimpiin cogan sih hehe

Jeremy: Siapa?

Aurel: Adiknya Iqbaal

Jeremy: Gue kan? Hahaha ngaku juga lo 😂😂

   Aurel tersenyum. Ia memang harus jujur sekarang. Agar Jeremy tahu kalau ia sedang menunggu.

   Menunggu sesuatu yang entah kapan akan terwujud. Dan Aurel harap, sesuatu itu dapat menyenangkan hatinya.

-A&J-

"Hari ini lo kelihatan nggak semangat Rel," ujar Tessa.

   "Tahu nih, padahal biasanya dia tuh yang paling semangat kalau bahas soal kakak kelas ganteng," ujar Silvi menambahkan.

   Aurel menghembuskan nafas lelah lalu menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangan yang ia buat di atas meja.

   Keadaan kelas saat ini sedang sepi, karena sekarang lagi freeclass untuk kelas Aurel.

   "Apa ada hubungannya dengan Jeremy?" tanya Tessa menebak.

   Silvi mendengus sebal. "Jeremy lagi, Jeremy lagi. Emangnya apa sih yang harus dibanggain oleh cowok kayak Jeremy? Mending juga yang sekelas. Udah baik, deket sama lo, lucu, terus bisa lo lihatin tiap hari," ujar Silvi kesal.

   Jujur saja, Silvi tidak terlalu menyukai kedekatan Aurel dan Jeremy. Bukannya tidak setuju dengan pilihan hati Aurel. Tapi, semenjak Aurel dekat dengan Jeremy, gadis itu semakin larut dalam kedekatannya dengan Jeremy. Bahkan ia sering melupakan tugasnya sebagai seorang siswi.

   Apa sebegitu besarnya pengaruh Jeremy dalam kehidupan Aurel?

   Silvi akui, dirinya tidak pernah bertemu dengan Jeremy. Melihat saja hanya melalui foto yang Aurel tunjukkan. Tapi, bukan berarti tidak bertemu, Silvi tidak bisa melihat sikapnya kan?

   "Kayaknya sih, apa yang dibilang Silvi ada benarnya. Ada baiknya kalau mulai sekarang lo lupain Jeremy dan menjauh dari dia. Takutnya, dia cuman nyari lo pas dia butuh doang," ujar Tessa menyetujui ucapan Silvi.

   Aurel semakin menenggelamkan wajahnya. Ia memejamkan mata walau telinganya masih dapat mendengar ceramahan teman-temannya.

   "Jangan sampai lo jatuh cinta sendirian Aurel. Karena, kita sebagai teman lo. Maksud gue, sahabat lo nggak akan mau kalau lo tersakiti dan nangis seperti dulu lagi," ujar Tessa menambahkan.

   Silvi mengangguk setuju lalu kembali memainkan handphone-nya. Ia memilih untuk menonton tutorial make-up di Youtube daripada melihat kegalauan Aurel.

   Tessa menghembuskan nafas lelah melihat Aurel yang tidak memberikan respon. Tessa memutuskan untuk membaca cerita di aplikasi Wattpad yang Aurel berikan waktu itu.

   Setidaknya, Tessa dan Silvi sudah berusaha untuk menjelaskan pada Aurel agar sahabat mereka itu tidak jatuh cinta sendirian. Tidak merasakan sakit sendirian. Tidak tersakiti lagi.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang