Chapter 34 : Cerita dari Jeremy

68 6 0
                                    

"Aku tidak berani berbohong padamu. Apalagi cerita tentangmu. Aku tidak bisa."
-A&J-

Aurel: Gue mau ibadah dulu ya? Lanjut nanti.

   Hanya itu. Pesan yang baru Jeremy dapat setelah menunggu balasan pesan Aurel selama hampir 45 menit. Tapi Jeremy juga tidak ingin memaksa Aurel untuk selalu ada disetiap waktunya.

   Aurel juga harus beribadah. Ibadah itu penting. Kalau tidak ibadah, nanti Sang Pencipta sedih.

Jeremy: Yaudah, gue tunggu
Jeremy: Ibadah yang bener ya? Jangan main-main❤

   Jeremy hanya bisa tersenyum tipis saat Aurel hanya membaca pesannya saja dan tidak membalas. Setidaknya, mengirim balasan emot cinta tidak masalah kan?

   Tapi Jeremy tahu kalau Aurel pasti tidak akan fokus kalau ia masih mau membalas pesan Jeremy. Biarlah kali ini Jeremy mengalah demi Aurel. Gadis yang disayanginya.

   Pikiran Jeremy buyar ketika mendengar suara ketiga temannya yang belum juga selesai dengan cerita mereka saat bertemu dengan Aurel. Jeremy bahkan ditinggal sendirian dibelakang. Sementara mereka berjalan di depan.

   "Jeremy," panggil teman-temannya.

   Jeremy mendongak saat mendengar namanya disebut.

   "Kenapa?" tanya Jeremy.

   "Ngapain lo sendirian jalan di belakang? Ketahuan jones lo," ujar Eric dengan tangan yang bergerak meminta Jeremy untuk mendekat ke arah mereka.

   Rico mencibir pelan. "Gimana nggak jones kalau dia-nya aja belum nembak Aurel," ujarnya.

   "Mati dong nanti kalau ditembak," ujar Sandy polos.

   Rico menjitak jidat Sandy kesal. Lalu melirik Jeremy yang sudah berdiri di sebelahnya.

   "Sebagai sahabat yang baik gue cuman pengen yang terbaik buat sahabatnya," ujar Rico.

   Jeremy berdehem sejenak lalu mengangguk pelan. Ia menerima masukan dari Rico. Setidaknya, teman-temannya menyetujui dirinya dengan Aurel dan menyukai keberadaan Aurel dalam kehidupannya.

   Kalau teman-temannya tidak suka, Jeremy tidak bisa memaksa. Ia tidak mau hubungan pertemanan mereka rusak karena seorang cewek. Jeremy paling membenci hal itu.

   "Jer? Ceritain tentang Aurel dong," ujar Eric meminta Jeremy dengan tatapan memohon.

   Sandy mengangguk setuju.

   "Ceritain tentang kejadian yang paling lo ingat, berkelas dan romantis menurut lo," pinta Sandy terkekeh pelan.

   Jeremy berpikir sejenak lalu melanjutkan langkahnya. Membuat ketiga temannya ikut menyamakan langkah.

   "Gue bakalan cerita. Tapi jangan dipotong dan jangan ketawa!"

   "Oke!"

   Ketiganya sama-sama mengancungkan jempol mereka.

Flashback.
Malam ini, malam pertama murid SMP Advent berada di lokasi perkemahan. Mereka terlihat serius saat seorang guru menjelaskan perihal bintang.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan itu sudah lewat dari jam tidur seorang Aurel. Jam tidur Aurel itu jam 8 malam.

   Di aula sudah penuh. Untunglah aula mereka bersifat outdoor, jadinya orang-orang yang duduk diluar aula dapat melihat ke layar yang sudah disediakan.

   Aurel duduk di luar, dibawah langit malam yang tidak ditemani bintang dan bulan. Aurel duduk bersandar di kursi dengan tangan yang mengeratkan jaket pinknya. Ia kedinginan.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang