"Sungguh, aku sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu."
-A&J-Dengan semangat penuh Aurel melangkah sambil bersenandung kecil di sepanjang koridor kelas IPS. Ia tersenyum kecil mengingat perilaku Jeremy semalam yang membuatnya tidak bisa tidur karena terus mengingat kata-kata manis Jeremy.
Aurel sampai di depan kelasnya. Ia membuka pintu kelasnya dan masuk ke dalam. Keadaan kelas masih sepi, tapi Aurel menyukainya. Ia tidak terlalu menyukai kelas yang ramai.
Setelah meletakkan tas-nya di atas meja, ia mengeluarkan dompet-nya dari dalam tas. Ia mengambil uang-nya dan mulai menghitung seberapa banyak uang yang terkumpul. Merasa sudah cukup, Aurel kembali menyimpan uang itu ke dalam dompet dan memasukannya ke dalam tas.
Gadis itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Jeremy. Tinggal dua hari lagi dan dia akan bertemu dengan Jeremy. Membayangkan dirinya yang hanya berdua dengan Jeremy sudah membuat wajahnya memerah.
Jeremy benar-benar berpengaruh besar dalam hidup Aurel.
"Gila! Gue belum hafal sama lagunya!"
Aurel tersadar dari lamunannya dan terkejut menatap Silvi yang dengan hebohnya masuk ke dalam kelas sambil berteriak. Aurel menatap Silvi kesal dan bingung.
"Lo kenapa sih? Masih pagi udah teriak-teriak. Kasihan nih telinga gue teriakan lo," ujar Aurel kesal.
Silvi mendelik sebal lalu memukul punggung Aurel 3 kali. Aurel meringis pelan menahan sakitnya.
"Lo udah hafal sama lagunya? Hari ini kita harus nyanyi, Aurel!"
Aurel menghembuskan nafas legah saat Silvi sudah berhenti memukulnya.
"Lagu? Udah kok."
"Udah apa?"
"Udah hafal."
Silvi menghembuskan nafas beratnya.
"Gue belum hafal. Males juga gue nyanyi di depan banyak orang. Nanti aja deh pas sudah terima raport terus gue nyanyi deh," ujar Silvi.
"Emangnya bisa?" tanya Aurel bingung.
"Bisalah. Semester lalu bisa kok," ujar Silvi tenang.
Aurel mencibir pelan lalu kembali sibuk dengan handphone-nya.
-A&J-
"Tadi itu gila banget!"
Aurel menyeruput minumannya yang ia beli di kantin bersama teman-temannya.
"Gue nggak nyangka nilai kita akan serendah itu," ujar Tessa yang masih tidak percaya.
"Yaelah, lo mah kayak nggak tahu aja gimana guru itu," ujar Silvi mencebik sebal.
Tiffani mengangguk setuju. Kemudian ia kembali menyantap nasi kuning yang ia beli di kantin tadi. Aurel sendiri sibuk dengan handphone-nya untuk melihat kalender.
"Eh? Dua hari lagi hari kasih sayang. Kasih gue cokelat ya?" ujar Silvi penuh harap.
"Gue juga!" seru Tessa semangat.
"Gue juga mau," ujar Tiffani setelah menelan sesuap nasi.
Aurel terbatuk saat mendengar ucapan teman-temannya. Aurel tahu, mereka sengaja mengatakan itu agar Aurel mau memberi mereka cokelat. Seandainya mereka tahu kalau Aurel sedang menabung untuk membeli cokelat dan menonton bersama Jeremy, mungkin saja mereka tidak akan meminta cokelat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurel & Jeremy ✔
Romance[A&J First Story] Masa-masa paling indah yaitu masa dimana kita beranjak remaja dan duduk memakai seragam putih abu-abu. Disitulah kisah kita yang sebenarnya akan dimulai. Kisah persahabatan, kekeluargaan, percintaan. Semuanya berada dalam masa-masa...