Chapter 49 : Kejujuran

64 3 0
                                    

"Terima kasih karena telah berhasil mematahkan hati ini."
-A&J-

"ARRGGHH!"

   Jeremy menendang kursi di hadapannya. Sekarang, ia sedang berada di rooftop, tempatnya berkumpul dengan teman-temannya. Henri dan Lodi sendiri hanya bisa mengelus dada melihat kursi-kursi tak bersalah ditendang oleh Jeremy.

   Handphone Jeremy hampir retak karena Aurel tidak menjawab panggilannya. Bahkan pesannya pun tidak balas. Apa-apaan Aurel ini? Kenapa tiba-tiba menghilang?

   "Lo udah kabarin Aurel?" tanya Jeremy menatap Henri dingin.

   "Udah kok Jer. Tapi, nggak ada balasan," jawab Henri.

   Handphone Jeremy berbunyi tiba-tiba saja berdering. Dengan cepat Jeremy melihat siapa yang meneleponnya itu.

   Rico.

  Jeremy menghembuskan nafas kasar. Ia menunggu panggilan Aurel tapi malah Rico yang meneleponnya.

   "Ad-"

   "Lo apain anak orang Jer?!"

   Jeremy menjauhkan handphone-nya dari telinganya karena teriakan Rico. Baru saja ia akan menjawab, Rico lebih dulu menyela.

   "Lo tega banget Jer! Gue udah bilang kan, kalau lo nggak mampu dan nggak niat, jangan dipaksain! Kasihan anak orang, bego!"

   Jeremy menautkan alis. Tidak mengerti kemana arah pembicaraan Rico.

   "Maksud lo apa?" tanya Jeremy.

   Terdengar hembusan nafas kasar disebelah sana.

   "Lo balikan sama Maria kan?"

   Jeremy diam tak menjawab. Darimana Rico tahu?

   "Bukan gue doang yang tahu, tapi Aurel juga."

   "Bohong," desisnya.

   "Woah! Lo bilang gue bohong? Ngaca woy! Lo sendiri bagaimana? Lo bohongin hati lo sendiri Jer! Gue mau tanya serius sama lo, sebenarnya hati lo itu milik siapa? Aurel atau Maria?"

   "Hati gue itu cuman milik Aurel," tegas Jeremy.

   "Kalau emang hati lo cuman milik Aurel, kenapa lo balikan dengan Maria? Nggak punya perasaan ya lo! Aurel sekarang lagi sedih dan lo-"

   Tut.

   Jeremy memutuskan sambungan teleponnya dengan Rico. Ia mencari kontak Aurel dan meneleponnya kembali.

   Berkali-kali ia menelepon, tapi tidak dijawab. Jeremy berdoa dan mencoba sekali lagi.

   Berhasil! Panggilannya dijawab.

   "Halo? Aurel lo-"

   "Halo?"

   Itu bukan suara Aurel. Melainkan suara cowok. Siapa dia?

   "Dimana Aurel?" tanya Jeremy.

   "Ada urusan apa lo sama dia?"

   "Dimana Aurel?" tanya Jeremy lagi.

   "Dia lagi sibuk."

   Jeremy mencoba bersabar.

   "Berikan handphone-nya pada Aurel," pinta Jeremy.

   "Aurel lagi sibuk."

   "Gue bilang kasih handphone-nya ke Aurel!"

   "Ada apa?"

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang