Chapter 33 : Cerita dari Eric dan Rico

60 4 0
                                    

"Terkadang aku lebih suka mengingat daripada menceritakan."
-A&J-

Jeremy mengambil handphone-nya saat ia melihat benda tersebut menyala. Disana ada pesan masuk dari Aurel. Jeremy tersenyum senang lalu membuka pesan Aurel dan membacanya.

Aurel: Udah selesai

Jeremy: Cepat banget sih

Aurel: Lo sibuk main makanya nggak sadar kalau sebenarnya lama

Jeremy: Maaf, maaf. Gue nggak lihat jam

Aurel: Iya, iya.

Jeremy: Nanti kalau udah dirumah, kita chat sepuasnya

Aurel: Emang bisa?

Jeremy: Bisa lah

   Jeremy tertawa lalu kembali menaruh handphone-nya saat mendengar pembicaraan ketiga temannya yang masih saja sama. Membicarakan dirinya dan Aurel. Padahal tujuan mereka kesini adalah untuk main.

   Walau sebenarnya mata mereka di layar komputer, tapi mulut dan telinga mereka tetap berfungsi dengan baik.

   "Eh, cerita dong gimana Aurel saat kerumahnya Jeremy," pinta Sandy.

   "Oke."

Flashback.
Aurel baru saja sampai di pangkalan ojek yang dimaksud Jeremy. Ia datang bersama kakaknya. Kata Jeremy, dia akan menjemputnya di pangkalan ojek.

   Beberapa menit kemudian, Jeremy datang dengan motornya. Jeremy tersenyum sopan menatap Cika-kakak Aurel-.

   "Lo mau nganter siapa dulu?" tanya Aurel.

   "Lo dulu," jawab Jeremy lalu menyuruh Aurel untuk naik.

   Setelah memastikan Aurel sudah duduk dengan benar, Jeremy mulai membawa motornya dengan kecepatan sedang. Awalnya Aurel biasa saja di atas motor Jeremy, tapi saat Jeremy melajukan motornya di atas rata-rata membuat Aurel terkejut dan langsung memeluk Jeremy erat.

   Jeremy yang sadar Aurel memeluknya langsung memelankan laju motornya. Ia melirik ke arah perutnya dimana ada tangan yang melingkar. Jeremy melirik spion motor dan hanya bisa melihat sedikit wajah Aurel disana.

   Aurel menyembunyikan wajahnya pada punggung Jeremy. Benar-benar membuat detak jantung keduanya berdetak lebih cepat.

   "Lo ngapain meluk gue?" tanya Jeremy terbata.

   "Jangan ngebut, gue takut. Please, jangan ngebut," jawab Aurel lirih.

   Jeremy terdiam. Kemudian ia tersenyum tipis.

   "Kalau gue nggak ngebut, apa lo bakalan tetap meluk gue?" tanya Jeremy.

   Aurel yang mendengarnya terkejut dan langsung melepas pelukannya. Ia baru sadar kalau ia ternyata memeluk Jeremy.

   "Gue nggak tahu kalau gue meluk lo. Maaf ya? Gue nggak sadar," ujar Aurel lalu menatap ke arah pepohonan yang mereka lewati.

   Jeremy mendesah pelan lalu melajukan kembali motornya dengan cepat. Membuat Aurel langsung melotot kesal dengan tangan yang memeluk pinggang Jeremy.

   "Gitu dong meluk. Susah amat sih," ujar Jeremy seraya memelankan laju motornya.

   "Cari kesempatan banget sih!" ujar Aurel berteriak kesal.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang