Chapter 30 : Makan Bersama

60 5 0
                                    

"Melihatmu tersenyum dan tertawa adalah kebahagiaanku. Tapi melihatmu cemberut dan marah adalah kegelianku."
-A&J-

Setelah perdebatan singkat saat keluar dari ruang guru tadi, akhirnya Aurel memenuhi permintaan Jeremy untuk makan di depan sekolah. Jeremy ingin makan ayam karena katanya semalam ia menonton TV yang menayangkan tentang ayam. Entah itu benar atau tidak, Aurel hanya bisa mengiyakannya.

   Begitu mereka keluar dari sekolah,  mereka menjadi sorotan para Ibu yang menunggu di depan sekolah. Ibu-ibu itu menunggu disana karena ingin menjaga anak-anak mereka.

   Aurel kembali dibuat kesal dengan tatapan para Ibu itu pada Jeremy.

   Udah tua juga masih cari yang muda, batin Aurel kesal.

   Mereka tiba di tempat makan yang berada di sebelah Gereja. Aurel dan Jeremy duduk di pojok belakang dengan Aurel yang membelakangi keadaan luar dan Jeremy duduk di depan Aurel.

   "Mana uangnya?" Aurel bertanya  sambil mengadahkan tangannya.

   Jeremy merogoh saku celananya dan mengambil uangnya. Ia menghitung uangnya lebih dulu.

   "Kalau nonton bioskop bayar berapa?" tanya Jeremy.

    "Sekarang kan hari sekolah kalau nggak salah sih 30-an," jawab Aurel.

   Jeremy mengangguk. "Oke," ujarnya.

   Jeremy menghitung kembali uangnya dan memberikan uang Rp.10.000 pada Aurel. Aurel mengambilnya dan pergi membeli makanan. Untung saja Aurel dekat dengan Ibu penjual makanan itu.

   "Bu ada ayam nggak?" tanya Aurel.

   "Ayam habis dek, adanya ikan."

   Aurel melihat ikan yang ada di atas meja. Ada berbagai macam ikan dan Aurel harus memilih ikan itu dengan benar.

   Setelah yakin dengan pilihannya, Aurel memberitahu Ibu itu dan membeli dua porsi. Tentunya Ibu itu yang akan mengantarkannya. Aurel tidak bisa membawa makanan sebanyak itu.

   "Bu, semuanya berapa ya?" tanya Aurel.

   "22 ribu dek."

   Aurel mengambil uang dari saku celana. Beruntung ia membawa uang lebih. Jadi, ia bisa membayar punya Jeremy juga yang kurang dua ribu.

   Setelah membayar, Aurel kembali pada Jeremy dan melihat Jeremy yang menatapnya bingung.

   "Nanti di anter," ujarnya memberitahu.

   Jeremy mengangguk pelan. Tak lama kemudian, seorang perempuan datang membawakan makanan mereka. Sebelum pergi perempuan itu menyempatkan diri untuk menggoda Jeremy.

   Tapi Jeremy hanya diam sambil menatap Aurel dan itu membuat Aurel tersenyum senang. Dengan semangat Aurel mengambilkan Jeremy makanan dan menaruhnya di depan Jeremy.

   Jeremy yang melihat itu langsung tersenyum senang. Mereka pun segera makan.

   "Lo tadi bayar berapa?" Jeremy bertanya setelah nasi dalam mulutnya sudah habis.

   "Dua puluh dua ribu," jawab Aurel lalu kembali menyuapkan nasi bersama lauk-pauknya ke dalam mulutnya.

   Jeremy berhenti mengunyah.

   "Berarti gue kurang dua ribu dong?" tanya Jeremy dengan dahi bertaut.

   Aurel berhenti mengunyah. Ia menatap Jeremy kemudian tersenyum. "Udah nggak apa-apa, anggap aja hutang gue lunas. Dulu kan lo pernah bayarin gue makan karena duit gue kurang."

   "Ya tapi tetap aja-"

   Jeremy tidak melanjutkan ucapannya karena Aurel sudah lebih dulu menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut Jeremy. Aurel tersenyum lalu meminum minumannya.

   Aurel lebih dulu selesai makan. Ia membersihkan mulutnya dan mengambil handphone-nya yang terus bergetar. Ia melihat 13 panggilan tak terjawab dari Jenette dan 24 pesan yang belum dibaca.

   "Duh! Gue lupa," ujar Aurel bergumam pelan.

   Jeremy yang masih menyantap makanannya hanya bisa diam. Ia kemudian melihat di belakang Aurel. Tak jauh darisana berdiri Jenette yang tampak kebingungan.

   "Ada Jenette tuh," ujar Jeremy memberitahu.

   Aurel menatap Jeremy dengan alis bertaut bingung.

   Seakan tahu maksud pandangan Aurel, Jeremy berucap. "Di belakang," katanya.

   Aurel berbalik dan mencari Jenette. Saat ia menemukan Jenette, tanpa sadar Aurel berteriak memanggilnya. Tapi Aurel bersyukur, karena teriakannya dapat didengar oleh Jenette.

   Ia tidak takut sebenarnya. Ia hanya malu kalau Jenette tidak mendengar suaranya padahal sudah berteriak.

   Jenette datang menghampiri Aurel dan Jeremy. Ia duduk di sebelah Aurel dan menyapa mereka.

   "Udah lama Jen?" Aurel bertanya karena merasa bersalah.

   Jenette terlihat berpikir lalu kemudian menggelengkan kepalanya. Ia menatap Aurel serius dan mendekat ke arahnya.

   "Cek handphone lo coba," pinta Jenette.

   Aurel mengernyit bingung lalu mengambil handphone-nya. Disana ada pesan Jenette yang belum ia baca. Pesannya baru dikirim 1 menit yang lalu.

Jenette: Kenapa lo nggak bilang ada Jeremy?😒

   Aurel melirik Jenette yang sedang menatapnya tajam. Aurel tertawa garing lalu mengambil segelas air dan memberikannya pada Jenette.

   "Lo haus kan? Minum dulu, jangan sampai dehidrasi."

   "Lo yang harusnya minum. Dehidrasi berat lo!"

   Jenette meminum air itu dalam sekali teguk. Ia menatap Jeremy dengan alis terangkat satu.

   "Bilangnya nggak suka sama Aurel. Kenapa bisa berduaan sekarang?" tanya Jenette penasaran.

   Jeremy yang sedang minum pun tersedak. Melihat itu dengan cepat Aurel mengambil tissue dari dalam tas kecil yang ia bawa dan memberikannya pada Jeremy untuk membersihkan mulutnya.

   Aurel menatap Jenette kesal. Sementara Jenette hanya menghendikkan bahunya acuh.

   "Lo mau makan nggak Jen? Lo lapar kan?" tanya Aurel tersenyum paksa.

   Dari dulu, Jenette tidak pernah berubah. Asal ceplos dan suka bikin Aurel gemas.

   "Terima kasih atas tawarannya. Tapi, gue udah makan sebelum datang kesini. Oh ya, makasih loh udah bangunin gue dengan telepon berkali-kali," ujar Jenette lalu membuka aplikasi Mobile Legend di handphone-nya.

   Aurel mendengus kesal lalu berucap,"sama-sama". Dengan tampang kesalnya.

   Jeremy berdehem pelan lalu menuangkan segelas air dan memberikannya pada Aurel.

   Aurel menatap Jeremy bingung.

   "Kata Jenette, lo dehidrasi berat. Kayaknya bener deh. Jangan lupa diminum ya?"

   "Ihh! Jeremy ngeselin!"

   "Ihh! Aurel berisik banget sih! Keganggu nih konsentrasi gue. Gue kan lagi main ML," ujar Jenette kesal.

   Aurel merenggut sebal dan membuka aplikasi kamera dan merekam kegiatan yang ada. Setelahnya ia meng-upload ke sosial medianya. Setidaknya, dunia maya dapat membuat Aurel lupa dengan dunia nyata.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang