Chapter 7: Dia adalah Jeremy-ku

158 10 0
                                    

"Rasa sayangku padamu benar-benar nyata bukan hanya sekedar ungkapan semata. Jadi jangan pernah mengganggap aku berbohong akan perasaanku. Karena aku tidak bisa membohongi perasaanku."
-A&J-

Malam ini tepat pada pukul 8 malam Aurel belum tidur. Ia belum mengantuk. Jadi ia putuskan untuk membaca novel yang belum selesai ia baca.

   Aurel duduk bersila di atas kursi di ruang tamu. Ditemani segelas susu hangat dan beberapa biskuit yang ia ambil untuk menjadi camilan-nya. Aurel membaca novelnya dengan nyaman.

   "Aurel," panggil Cika yang baru keluar dari kamar Aurel.

   Aurel mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang ia baca. Ia menatap kakaknya dengan pandangan bertanya.

   "Handphone kamu bunyi. Ada yang nelepon," ucap Cika memberitahu.

   Aurel menyimpan novel-nya di atas meja.

   "Nih," ucap Cika memberikan handphone Aurel.

   Aurel menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

   Aurel menatap layar handphone-nya dan melihat panggilan masuk dari Jeremy.

   Jeremy meneleponnya.

   Aurel tersenyum lantas menjawab panggilan dari Jeremy.

   "Halo Aurel?"

   "Halo Jeremy. Ada apa?"

   "Lagi apa? Maaf lama ya? Tadi keasikan main sih,"

   Aurel terkekeh pelan. Ia kembali mengingat pembicaraannya dengan Jeremy sore tadi. Saat ia meminta Jeremy untuk membasuh wajahnya dan setelah Jeremy selesai membasuh wajah ia meminta izin pada Aurel untuk pergi bermain.

   Tentu saja Aurel tidak melarangnya. Jeremy juga butuh kebebasan dan harus bermain bersama teman-temannya.

   "Iya nggak apa-apa. Tadi sih gue lagi baca novel terus lo nelepon jadinya sekarang lagi neleponan sama lo," ucap Aurel.

   Sejenak Aurel mendengar Jeremy tertawa. Entah apa yang lucu, tapi Aurel tersenyum mendengar tawanya. Tawa yang membuat Aurel semakin menyukainya.

   "Maaf deh udah buat kegiatan kesukaan lo terganggu."

   Aurel tersenyum. Ternyata Jeremy masih mengingat kegiatan kesukaannya di waktu luang.

   "Iya, tapi kenapa lo ketawa?"

   "Enggak. Eh bukannya udah jam delapan, ya?"

   "Iya. Kenapa?"

   "Kenapa lo belum tidur?" tanya Jeremy.

   "Belum ngantuk," jawab Aurel.

   "Belum ngantuk atau lo nungguin gue buat nelepon?" tanya Jeremy menggoda Aurel.

   Jeremy tertawa membuat Aurel ikut tertawa.

   "Enggak kok, emang lagi belum ngantuk. Lo sendiri ngapain belum tidur? Terus ngapain nelepon gue? Kangen ya?" tanya Aurel membalas menggoda Jeremy.

   "Iya kangen. Kenapa? Nggak boleh? Lo juga kangen kan sama gue? Ngaku lo,"

   Jawaban Jeremy ternyata diluar dugaan. Aurel pikir Jeremy akan menjawab dengan alasan bosan atau merasa bersalah. Ternyata tidak.

   Aurel yakin wajahnya sudah memerah sekarang karena malu.

   Gue juga kangen banget sama lo. Batin Aurel.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang