Prolog

708 27 0
                                    

Suara sorakan dari siswa/siswi SMP Advent terdengar riuh di sebuah ruangan berbentuk segi lima ini. Hari ini adalah hari kelulusan bagi siswa/siswi SMP Advent. Semuanya terlihat bahagia karena mendengar penyampaian bahwa mereka semua lulus.

   Seorang gadis yang duduk di bangku ketiga dari depan tersenyum bangga saat namanya dipanggil untuk menerima penghargaan karena mendapat peringkat ke-3 di kelasnya.

   Gadis itu berdiri dan berjalan dengan bangga menuju ke atas panggung. Disusul Mama-nya yang duduk di barisan bangku para orangtua dan tamu.

   Namanya Aurel Amelia Sigar. Gadis yang baik dan cantik. Pernah mengikuti ke-anggotaan program OSIS saat kelas 8 dulu.

   Setelah menerima penghargaan dan mengambil foto bersama Guru yang memberikan penghargaan. Aurel turun dari panggung bersama Mama-nya. Aurel kembali ke tempatnya begitupun Mama-nya.

   "Lo hebat,"

   "Gue bangga sama lo, Aurel!"

   "Teman gue ini,"

   "Udah cantik, baik, pintar lagi. Hebat deh,"

   Segala bentuk pujian dari teman-temannya terdengar saat Aurel kembali ke tempatnya. Aurel tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada teman-temannya.

   Aurel berbalik menatap ke barisan bangku belakang. Ia mencoba mencari seseorang yang membuat hatinya tersenyum.

   Aurel melihatnya. Seorang cowok dengan wajah tampan dan mata sipitnya. Aurel tersenyum kala cowok itu menatapnya.

   Namanya Jeremy Reynald Hartanto. Cowok yang membuat Aurel jatuh cinta pada pandangan pertama. Cowok dengan segala kehumorisan-nya dan mampu membuat siapapun merasa nyaman dengan kehadirannya.

   "Selamat," ucap Jeremy tanpa bersuara.

   Aurel tersenyum malu lalu mengangguk pelan. Ia kembali menatap ke depan dan memperhatikan teman-temannya yang juga naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan.

-Aurel dan Jeremy-

Acara penamatan SMP Advent sudah selesai. Semuanya diperbolehkan untuk mengambil foto dan bercanda bersama teman-teman sebelum akhirnya mereka akan berpisah.

   Aurel mencari Vanessa, sahabatnya. Aurel meminta Vanessa untuk mengambil gambarnya dan Jeremy. Vanessa dengan senang hati mau melakukannya.

   "Jeremy," panggil Aurel pada Jeremy yang sedang berbicara dengan teman-temannya.

   Jeremy berbalik dan menatap Aurel. Ia tersenyum. Lalu pamit pada teman-temannya. Jeremy berjalan menuju Aurel dan berdiri di sisinya.

   "Foto bareng yuk?" ajak Aurel.

   "Boleh," jawab Jeremy tersenyum manis.

   Vanessa langsung mengambil handphone-nya dan membuka aplikasi kamera. Mengarahkan posisinya di depan Aurel dan Jeremy.

   Aurel dan Jeremy berdiri bersisian dengan senyum yang menghiasi wajah mereka. Mereka terlihat serasi.

   "Gue pikir lo nggak bakal dateng," ucap Aurel mengingat Jeremy yang sedang dalam keadaan kurang sehat hari ini.

   "Yakali gue nggak dateng. Hari ini kan acara perpisahan kita," jawab Jeremy mengacak rambut Aurel.

   Bibir Aurel mengerucut imut. Ia tidak suka rambutnya diacak. Tapi ia suka mengacak rambut orang.

   "Rambut gue udah rapih gini malah diacak," ucap Aurel kesal.

   "Oh iya, makasih ya?"

   Aurel menatap Jeremy bingung.

   "Makasih buat apa?" tanya Aurel.

   "Buat satu minggu ini," jawab Jeremy menatap Aurel.

   "Satu minggu? Emangnya gue lakuin apa sama lo?" tanya Aurel bingung.

   "Buat semuanya. Perhatian lo, kasih sayang lo dan bahkan lo rela dengerin info kelas gue. Itu semua nggak pernah ada yang lakuin selain lo. Lo emang sahabat paling the best deh,"

   Aurel tersenyum miris. Sahabat? Apa hubungan mereka memang hanya bisa sebatas sahabat?

   Aurel menggeleng pelan. Menepis segala pemikiran mengenai hubungan-nya dan Jeremy. Harusnya ia bersyukur kan Jeremy masih menganggapnya sahabat?

   "Itu kan emang udah tugas seorang sahabat. Harus saling membantu dalam suka maupun duka," ucap Aurel.

   Jeremy menggeleng.

   "Bahkan Sean pun nggak pernah lakuin itu buat gue. Dia nggak pernah kasih info apapun ke gue. Cuman lo doang," ucap Jeremy.

   "Ya ya ya, terserah lo. Oh iya, lo masih sakit kan?"

   "Udah sehat kok," jawab Jeremy mengalihkan pandangannya.

   "Serius?"

   "Iya,"

   "Bagus deh kalau udah sembuh,"

   Jeremy menatap Aurel yang menghampiri Vanessa. Jeremy menghembuskan nafas berat lalu memanggil Aurel.

   Aurel menoleh ketika Jeremy memanggilnya.

   "Kenapa?" tanya Aurel menghampiri Jeremy.

   "Setelah ini kita bakalan berpisah kan?" tanya Jeremy.

   Pandangannya meredup. Jeremy tidak berani menatap Aurel.

   "Ini kan acara perpisahan. Udah jelas dong kalau kita bakalan berpisah," jawab Aurel terkekeh pelan.

   "Bukan. Maksud gue, kita berdua nggak bakalan ketemu lagi?"

   "Kalau kangen mah telepon aja. Gue siap kok 1×24 jam," jawab Aurel bercanda.

   "Aurel. Jangan lupain gue, ya?"

   Tanpa diminta pun gue nggak pernah lupain lo, Jeremy. Batin Aurel.

   "Iya. Lo juga jangan lupain gue," ucap Aurel.

   Jeremy tersenyum manis. Ia kemudian tertawa lalu memeluk Aurel.

   Untuk pertama kalinya Jeremy memeluk Aurel. Setelah sekian lama mereka menghabiskan waktu bersama, baru kali ini Jeremy memeluknya.

   "Jer..."

   "Gue bakalan kangen sama lo. Semua perhatian dan kasih sayang lo ke gue,"

   "Jer..."

   Jeremy mengeratkan pelukannya kala Aurel membalas pelukannya.

   "Jangan pernah lupain gue,"

   "Gue nggak akan pernah lupain lo,"

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang